Diversifikasi Pangan Tinjauan Pustaka
pangan pokok yang beragam, khususnya pangan pokok seperti beras. Sadjad 2006, menjelaskan pendekatan mengenai diversifikasi yaitu bahwa
“Pengertian diversifikasi hendaknya bersifat vertikal di samping horizontal. Artinya bukan saja dalam arti mengkonsumsi komoditi
non beras horizontal, tetapi juga mendiversifikasi produk satu komoditi vertikal misalnya dari padi menjadi beras, tepung, bihun,
kue dan lain-lain. Petani pedesaan sebaiknya mulai dibina kearah diversifikasi vertikal dengan pemikiran yang lengkap. Khususnya
dalam pemberian subsidi yang bersifat investasi. Diversifikasi vertikal memerlukan industrialisasi. Karena itu industrialis-
industrialisnya juga perlu dibina.
Diversifikasi pangan menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan. Sadjad 2006, mengatakan bahwa ketahanan pangan nasional
ditentukan juga oleh ketersediaan lahan pertanian di desa yang berimbang antara lahan sawah dan lahan darat. Begitu pula berkelanjutannya hidup rakyat tidak
hanya difokuskan dari padi produksi lahan sawah, tetapi juga dari produk palawijanya. Pada periode Tahun 2000-2004, diversifikasi pangan diarahkan pada
peningkatan bahan pangan dan mutu pangan sejalan dengan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada salah satu jenis pangan terutama beras. Tujuan
ini dicapai dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber pangan lokal yang beragam sesuai dengan kondisi agro ekosistem serta memperhatikan kelembagaan
dan budaya lokal. Jika tujuan ini tidak mengoptimalkan pemanfaatan sumber pangan lokal,
maka program diversifikasi pangan mengalami hambatan. Memang benar untuk mengubah kebiasaan makan suatu masyarakat adalah hal yang sulit, karena
menyangkut perubahan watak, adat-istiadat, lingkungan, baik yang bersifat individual maupun komunal. Namun dalam kondisi terpaksa perubahan tersebut
bisa cepat terjadi. Misalnya persediaan beras yang menurun sehingga mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi bahan pangan lain.
Dalam penelitiannya Cahyani 2008, menjelaskan bahwa Inpres No 14 Tahun 1974 yang kemudian disempurnakan dengan Inpres No 20 Tahun 1979
tentang “perbaikan menu makanan rakyat”. Pada perkembangan selanjutnya yaitu pembangunan pertanian selama PELITA I-V, program diversifikasi pangan
dilakukan lebih dominan ke arah produksi dan ketersediaan pangan dilaksanakan dalam rangka peningkatan pendapatan keluarga dan diikuti oleh penyuluhan gizi.
Pada periode ini program diversifikasi pangan dilakukan di wilayah miskin dan rawan gizi melalui pembinaan kelompok tani di pedesaan. Upaya ditujukan
untuk meningkatkan ketersediaan keanekaragaman pangan di tingkat keluarga. Selain itu juga bertujuan untuk menurunkan laju konsumsi beras perkapita pada
tingkat nasional.