Kerangka Pemikiran PENDEKATAN TEORITIS
gengsinya. Hal ini akan mendorong individu untuk mengkonsumsi beras dibandingkan non beras yang diyakini kurang meningkatkan gengsinya.
Perilaku konsumsi bahan makanan pokok non beras pada penelitian ini dilihat dari 4 aspek, yakni tingkat konsumsi masing-masing bahan makanan,
frekuensi konsumsi, cara konsumsi, dan cara penyajian. Tingkat konsumsi dilihat berdasarkan berapa banyak responden mengkonsumsi bahan makanan pokok non
beras tersebut. Sedangkan frekuensi konsumsi akan dilihat seberapa sering responden mengkonsumsi singkong, jagung, dan ubi sebagai makanana pokok non
beras. Cara konsumsi terhadap bahan makanan pokok non beras ini tentu berbeda bagi setiap responden. Begitu pula pada cara penyajian setiap responden memiliki
cara yang berbeda dalam menyajikan singkong, jagung, dan ubi. Faktor budaya dan faktor ketersediaan bahan pangan juga mempengaruhi
perilaku konsumsi terhadap bahan makanan pokok non beras, namun tidak terlalu dibahas dalam skripsi ini, hanya dilihat sejauh mana kedua faktor tersebut
mempengaruhi perilaku konsumsi. Budaya yang ada di masyarakat yang sangat kental dalam mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok tentu saja dapat
mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut dalam mengkonsumsi singkong, jagung, dan ubi sebagai makanan pokok non beras. Begitu pula dengan faktor
ketersediaan bahan pangan yang berhubungan dengan kesuburan lahan. Lahan yang subur memungkinkan padi tumbuh dengan baik, sehingga semakin tinggi
tingkat konsumsi padi, maka tingkat konsumsi makanan selain padi akan rendah. Selain itu, selama di masyarakat tersebut masih terdapat persediaan beras, maka
akan sulit mengubah kebiasaan masyarakat untuk mengkonsumsi pangan non beras, karena hubungan masyarakat terhadap beras lebih positif dibandingkan
bahan makanan pokok non beras beras. Jika diasumsikan masyarakat yang mata pencahariannya sebagai petani selalu memproduksi singkong, jagung, dan ubi
sebagai makanan pokok non beras di sawahnya, seharusnya tingkat konsumsi petani terhadap makanan non beras tersebut lebih tinggi dibandingkan non petani.
Perilaku konsumsi masyarakat terhadap makanan pokok dapat dikenali pada tingkat kelembagaan. Tingkat kelembagaan ini memiliki 4 tingkatan dengan
sanksi yang berbeda-beda. Untuk itu, dapat diketahui sudah sampai tahap mana perilaku konsumsi pada suatu masyarakat. Sampai sejauh mana perilaku konsumsi
ketiga bahan makanan pokok non beras tersebut sudah melembaga pada masyarakat sebagai makanan pokok. Apabila telah ada sanksi yang jelas
menyangkut perilaku konsumsi ketiga bahan makanan ini, maka dapat dikatakan sudah melembaga, namun jika belum terdapat norma atau aturan yang jelas, maka
hanya terbatas pada tingkatan norma cara dan kebiasaan saja.
Secara sederhana penjelasan di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kelembagaan Makanan Pokok Non Beras pada
Masyarakat Pedesaan Keterangan :
Mempengaruhi Saling mempengaruhi
Hubungan Faktor Individu:
Sikap : -Kognisi
- Afeksi - Konasi
Karakteristik Individu :
- Usia - Pendidikan
- Luas lahan - Tingkat
Pengeluaran Perilaku konsumsi
bahan makanan pokok non beras :
- Tingkat konsumsi
masing-masing bahan makanan
- Frekuensi konsumsi
- Cara konsumsi - Cara penyajian
Faktor Budaya
Faktor Ketersediaan
Bahan Pangan
Tingkat Kelembagaan
Makanan Pokok Non
Beras :
- Cara - Kebiasaan
- Tata
kelakuan - Adat
istiadat