Komponen Afektif terhadap Jagung

Dimensi pada Komponen Afektif terhadap Jagung Perasaan positif, netral, dan negatif terhadap jagung pada setiap kelompok responden merupakan kecenderungan perasaan responden mengenai jagung baik dari dimensi rasa enak dan nikmat dan dimensi perasaan malu. Jika dijabarkan lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 3. Seluruh responden baik petani maupun non petani memiliki perasaan yang positif terhadap rasa jagung yang enak. Selanjutnya pada dimensi rasa lainnya yaitu rasa jagung yang nikmat terdapat 46 persen responden petani dan 38 persen responden non petani yang memiliki perasaan positif. Namun, terdapat perbedaan yaitu sebesar 6 persen responden non petani yang memiliki perasaan negatif terhadap rasa jagung yang nikmat. Sedangkan yang memiliki perasaan netral terhadap rasa jagung yang nikmat yaitu sebesar 4 persen responden petani dan 6 persen responden non petani. Artinya, responden non petani biasa saja dalam menganggapi rasa jagung yang nikmat. Dimensi lainnya pada komponen afektif yaitu perasaan malu jika mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok sehari-hari. Jawaban atas perasaan positif, negatif, dan netral pada masing-masing responden amat beragam pada pernyataan tersebut. Sebagian besar responden menyatakan perasaan negatif terhadap pernyataan tersebut. Sebab, mengkonsumsi jagung sebagai makanan sehari-hari tidak ada perasaan malu jika memang tidak ada persediaan beras. Terdapat 42 persen responden petani dan 38 persen responden non petani yang menyatakan perasaan negatif. Untuk persentase perasaan positif pada kedua responden lebih tinggi dibandingkan perasaan netral yang hanya terdapat 2 persen untuk masing-masing responden. Perbandingan Dimensi pada Komponen Afektif terhadap Jagung Pada Tabel 26 disajikan skor rata-rata pada setiap pernyataan komponen afektif terhadap jagung. Berdasarkan Tabel 26 dapat diketahui intensitas perasaan pada masing-masing responden baik responden petani maupun responden non petani. Skor rata-rata tertinggi pada komponen afektif ini adalah pada dimensi rasa yaitu rasa jagung yang enak. Hal ini dapat dilihat bahwa skor rata-rata untuk dimensi rasa enak terhadap jagung adalah 3. Artinya, kedua responden memiliki perasaan yang sangat positif pada pernyataan tersebut. Skor 3 merupakan skor maksimal pada setiap pernyataan untuk masing-masing dimensi. Sedangkan pada dimensi rasa lainnya yaitu pernyataan rasa jagung nikmat. Pada pernyataan ini terdapat skor rata-rata pada responden petani lebih tinggi dibandingkan skor rata-rata responden non petani. Hal ini menunjukkan bahwa responden petani memiliki perasaan yang lebih positif terhadap rasa jagung yang nikmat. Skor yang paling rendah terdapat pada dimensi perasaan yaitu rasa malu. Skor rata-rata yang lebih rendah pada kedua responden terdapat pada responden petani. Artinya, responden petani tidak malu jika mengkonsumsi jagung sebagai makanan sehari-hari. Tabel 26. Jumlah Skor Rata-Rata pada Setiap Pernyataan Komponen Afektif terhadap Jagung No Dimensi Afektif terhadap Jagung Skor Rata-Rata Kelompok Skor Rata- Rata Keseluruhan Petani Non Petani 1 Enak 3,00 3,00 3,00 2 Nikmat 2,92 2,64 2,78 3 Malu jika mengkonsumsi sebagai makanan pokok sehari-hari 1,28 1.44 1,36 Rata-Rata Afektif 2,40 2,36 2,38

6.2.3 Ikhtisar

Kecenderungan tingkat pengetahuan dan keyakinan terhadap jagung tidak berbeda seperti singkong, yaitu tergolong sedang. Namun, terdapat sedikit perbedaan pada komponen afektif yaitu terdapat responden yang memiliki perasaan negatif terhadap rasa singkong yang enak, sedangkan pada pada komponen afektif terhadap jagung tidak ada responden yang memiliki perasaan negatif terhadap rasa jagung yang enak. Persentase skor rata-rata ada komponen kognitif terhadap jagung lebih besar pada responden non petani, karena tingkat pengetahuan responden non petani lebih tinggi. Namun, pada komponen afektif skor rata-rata responden petani lebih tinggi dibandingkan responden non petani karena responden petani memiliki perasaan yang lebih positif. 6.3 Sikap terhadap Ubi 6.3.1 Komponen Kognitif terhadap Ubi Komponen kognitif terhadap ubi merupakan aspek sikap yang menyangkut pengetahuan dan keyakinan masyarakat terhadap ubi sebagai makanan pokok. Komponen kognitif ini dilihat berdasarkan 11 pernyataan yang terdiri dari 3 dimensi yaitu harga, keunggulan, dan budaya. Pernyataan yang diajukan memiliki 3 pilihan jawaban dengan skor : tidak setuju skor 1, ragu-ragu skor 2, dan setuju skor 3. Secara keseluruhan, sebagian besar responden yaitu 70 persen memiliki tingkat pengetahuan yang sedang terhadap ubi. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan keyakinan masyarakat terhadap ubi tergolong cukup baik mengenai harga, keunggulan, dan budaya. Tingkat pengetahuan yang tergolong rendah juga dimiliki oleh responden yaitu terdapat 7 persen. Sedangkan terdapat 24 persen responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap ubi. Tabel 27. Jumlah dan Persentase Responden pada Kelompok Petani dan Kelompok Non Petani Berdasarkan Komponen Kognitif terhadap Ubi Tingkat Pengetahuan dan Keyakinan terhadap Ubi Jumlah Total Persentase Petani n=25 Non Petani n=25 Jumlah Jumlah Tinggi 2 8 10 40 12 24 Sedang 22 88 13 52 35 70 Rendah 1 4 2 8 3 7 Total 25 100 25 100 50 100 Berdasarkan Tabel 27, juga dapat diketahui bahwa kelompok responden non petani memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok responden petani. Artinya, responden non petani memiliki tingkat pengetahuan dan keyakinan yang lebih baik mengenai harga, keunggulan, dan budaya tentang ubi. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa semakin dekat responden terhadap bahan makanan pokok non beras dalam hal ini yakni ubi, maka mempengaruhi tingkat pengetahuannya terhadap bahan makanan pokok

Dokumen yang terkait

Peranserta Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 87

Hubungan Antara Karakteristik, Tingkat Pendapatan dan Interaksi Sosial pada paemuda Sirkulator ( Kasus Desa Cibatok II Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa Barat)

0 8 74

Respon Masyarakat Pedesaan terhadap Penayangan Ikan Partai Politik di Televisi (Kasus Penduduk Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 7 136

Efek Iklan Layanan Masyarakat "Versi Pak Lurah “ Terhadap Perilaku Pemilih Dalam Pemungutan Suara. Kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

0 13 118

Kelembagaan Pengajian dalam Pembangrman Masyarakat Perdesaan (Studi Kasus Kelembagaan Pengajian di Desa Situ 1lir, Kecamatan Cibungbulang, Bogar)

0 10 156

Kajian pola dan struktur tata ruang perdesaan (studi kasus desa Cibatok satu, kecamatan Cibungbulang, kabupaten Bogor)

0 9 98

Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah (Kasus masyarakat Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan bogor Barat, Kota Bogor dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 12 117

Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

1 28 174

Analisis pengaruh program pemerintah terhadap tingkat kemiskinan rumah tangga di pedesaan melalui program bantuan langsung tunai (BLT) dan raksa desa. Kasus desa Cibatok satu kecamatan Cibungbulang Kab. Bogor Propinsi Jawa Barat.

1 28 153

POLA PENCARIAN INFORMASI DIKALANGAN MASYARAKAT PEDESAAN (Studi Kasus Masyarakat Desa Rambat Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah)

0 0 16