Komponen Kognitif terhadap Jagung
cepat dibandingkan singkong yaitu hanya 3 bulan, sedangkan panen singkong hampir 1 Tahun lamanya untuk mendapat kualitas yang baik.
Dimensi pada komponen kognitif lainnya yaitu dimensi keunggulan. Pengetahuan dan keyakinan mengenai keunggulan yaitu pengetahuan dan
keyakinan bahwa jagung mengenyangkan, dapat dijadikan sebagai makanan cemilan, mudah didapat, digemari oleh keluarga, tidak menyebabkan perut
kembung, dan tidak cepat busuk. Hanya 6 persen dari kelompok responden petani yang setuju jika jagung tidak cepat busuk dan 2 persen dari kelompok
responden non petani. Sebanyak 28 persen kelompok responden petani dan 24 persen kelompok responden non petani berpendapat bahwa jagung
mengenyangkan. Artinya ada sebagian responden yang berpendapat bahwa jagung tidak mengenyangkan. Menurut responden yang berpendapat bahwa
jagung tidak mengenyangkan karena kandungan jagung tidak seperti nasi yang mengenyangkan dan tahan lama untuk membuat perut kenyang.
Pada dimensi keunggulan lainnya yaitu jagung dapat dijadikan sebagai makanan selingan. Seluruh responden non petani setuju dengan pernyataan
tersebut. Namun, pada kelompok responden petani terdapat 4 persen yang tidak sependapat. Hampir sebagian besar responden baik petani maupun non petani
setuju dan sependapat bahwa jagung mudah didapat, digemari oleh keluarga, dapat dibuat bermacam-macam, makanan, dan tidak menyebabkan perut
kembung. jagung digemari oleh keluarga karena selain rasanya enak, jagung juga dapat dibuat bermacam-macam makanan cemilan atau dibuat lauk untuk
dikonsumsi dengan nasi seperti bakwan jagung dan perkedel jagung. Jagung yang hanya disajikan dengan cara direbus saja sudah memberikan rasa yang
enak dibandingkan dengan singkong. Hal itulah yang menyebabkan jagung digemari oleh keluarga. Keunggulan jagung lainnnya yaitu tidak dapat
menyebabkan perut kembung jika mengkonsumsinya. Pada dimensi budaya terdapat 44 persen responden petani dan non petani
tidak setuju dengan pernyataan malu jika menyuguhkan tamu dengan jagung. Terdapat 26 persen responden petani dan 32 responden non petani yang tidak
setuju dengan pernyataan bahwa jagung cocok dikonsumsi dengan lauk. Sudah menjadi kebiasaan responden jika mengkonsumsi jagung tidak dengan lauk.
Jagung tidak hanya dikonsumsi oleh orang yang tidak mampu saja, tetapi orang yang mampu juga suka mengkonsumsi jagung. Hal ini ditunjukkan oleh 42
persen responden petani dan 34 persen responden non petani yang tidak setuju jika jagung hanya dikonsumsi oleh orang yang tidak mampu saja.
Perbandingan Dimensi pada Komponen Kognitif terhadap Jagung
Pada Tabel 24 dapat dilihat hasil intensitas pengetahuan dan keyakinan responden pada masing-masing dimensi kognitif terhadap jagung. Secara
keseluruhan pandangan yang paling menonjol dalam menyatakan jagung sebagai bahan makanan pokok pengganti beras yaitu jagung digemari oleh keluarga. Hal
ini terlihat dari rata-rata seluruh kelompok responden pada pernyataan ini yaitu sebesar 2,98 persen. Artinya, jagung dapat menjadi makanan pokok pengganti
beras karena digemari oleh keluarga. Namun, ada sebagian responden yang berpendapat bahwa jagung kurang mengenyangkan dibandingkan nasi, sehingga
ada pernyataan yang menyatakan bahwa “belum kenyang jika belum makan nasi”. Oleh karena itu, jagung digemari oleh keluarga bukan sebagai makanan
pokok, melainkan sebagai makanan cemilan saja. Hal ini terbukti dengan skor rata-rata responden pada pernyataan jagung merupakan makanan cemilan
mendapat peringkat kedua tertinggi setelah pernyataan jagung digemari oleh keluarga.
Rata-rata skor kognitif yang paling rendah adalah pada pernyataan jagung tidak cepat busuk. Terdapat skor-rata keseluruhan responden terhadap
pernyataan ini sebesar 1,22 persen. Hal ini menunjukkan bahwa responden kurang mengetahui bahwa jagung tidak cepat busuk. Pada responden non petani,
nilai rata-rata skor pada pernyataan ini lebih tinggi dibandingkan responden petani. Artinya, pengetahuan non petani lebih baik mengenai jagung tidak cepat
busuk. Rata-rata skor kognitif yang sama diperoleh kedua responden adalah pada pernyataan jagung mudah didapat. Salah satu alasannya adalah di Desa Cibatok
Satu ini mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah sebagai petani yang biasanya menanam singkong, jagung, dan ubi. Jika musim panen tiba, para
petani biasanya menjual hasil pertaniannya ke pasar, sebagian lagi untuk
dibagikan kepada tetangga dan dikonsumsi sendiri. Hal inilah yang menjadi alasan bahwa jagung mudah didapat.
Tabel 24. Jumlah Skor Rata-Rata pada Setiap Pernyataan Komponen Kognitif terhadap Jagung
No Pengetahuan dan
Keyakinan terhadap Jagung
Skor Rata-Rata Kelompok Responden
Skor Rata- Rata
Keseluruhan Petani
Non Petani Jumlah
Harga 1
Harga murah 1,60
1,84 1,72
Keunggulan 1
Mengenyangkan 2,16
2,08 2,12
2 Makanan cemilan
2,72 3,00
2,86 3
Mudah didapat 2,48
2,48 2,48
4 Digemari oleh keluarga
3,00 2,96
2,98 5
Dapat dibuat bermacam-macam
makanan 2,32
2,60 2,46
6 Tidak membuat perut
kembung 2,48
2,40 2,44
7 Tidak cepat busuk
1,28 1,56
1,22 Budaya
1 Memalukan
menyuguhkan makanan ini untuk tamu
1,20 1,24
1,22 2
Cocok dikonsumsi dengan lauk
1,68 1,64
1,66 3
Hanya dikonsumsi oleh keluarga yang tidak
mampu 1,28
1,56 1,42
Rata-Rata Skor Kognitif 2,02
2,12 2,07
Terdapat pula perbedaan rata-rata skor yang cukup jauh diantara kedua responden yang berpendapat bahwa jagung hanya dikonsumsi oleh keluarga
yang tidak mampu saja. Kedua responden tidak setuju dengan pernyataan ini, namun rata-rata skor responden petani lebih rendah yaitu sebesar 1,28 persen
dibandingkan responden non petani yang lebih tinggi yaitu sebesar 1,56. Hal ini menunjukkan bahwa responden non petani lebih setuju dengan pernyataan
tersebut. Hal ini disebabkan oleh rasa gengsi yang lebih tinggi terdapat pada
responden non petani. Sedangkan bagi responden petani jagung tidak hanya dikonsumsi oleh orang yang tidak mampu saja.