Ikhtisar Sikap terhadap Jagung

6.3 Sikap terhadap Ubi 6.3.1 Komponen Kognitif terhadap Ubi Komponen kognitif terhadap ubi merupakan aspek sikap yang menyangkut pengetahuan dan keyakinan masyarakat terhadap ubi sebagai makanan pokok. Komponen kognitif ini dilihat berdasarkan 11 pernyataan yang terdiri dari 3 dimensi yaitu harga, keunggulan, dan budaya. Pernyataan yang diajukan memiliki 3 pilihan jawaban dengan skor : tidak setuju skor 1, ragu-ragu skor 2, dan setuju skor 3. Secara keseluruhan, sebagian besar responden yaitu 70 persen memiliki tingkat pengetahuan yang sedang terhadap ubi. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan keyakinan masyarakat terhadap ubi tergolong cukup baik mengenai harga, keunggulan, dan budaya. Tingkat pengetahuan yang tergolong rendah juga dimiliki oleh responden yaitu terdapat 7 persen. Sedangkan terdapat 24 persen responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap ubi. Tabel 27. Jumlah dan Persentase Responden pada Kelompok Petani dan Kelompok Non Petani Berdasarkan Komponen Kognitif terhadap Ubi Tingkat Pengetahuan dan Keyakinan terhadap Ubi Jumlah Total Persentase Petani n=25 Non Petani n=25 Jumlah Jumlah Tinggi 2 8 10 40 12 24 Sedang 22 88 13 52 35 70 Rendah 1 4 2 8 3 7 Total 25 100 25 100 50 100 Berdasarkan Tabel 27, juga dapat diketahui bahwa kelompok responden non petani memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok responden petani. Artinya, responden non petani memiliki tingkat pengetahuan dan keyakinan yang lebih baik mengenai harga, keunggulan, dan budaya tentang ubi. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa semakin dekat responden terhadap bahan makanan pokok non beras dalam hal ini yakni ubi, maka mempengaruhi tingkat pengetahuannya terhadap bahan makanan pokok tersebut. Berikut ini adalah pembahasan mengenai masing-masing dimensi pada komponen kognitif. Persentase hasil masing-masing dimensi komponen kognitif terhadap ubi dapat dilihat pada lampiran 3. Dimensi pada Komponen Kognitif terhadap Ubi Komponen kognitif terhadap ubi akan dibahas 3 dimensi, yakni harga, keunggulan, dan budaya. Secara lebih rinci terdapat pada lampiran 3. Dimensi harga terhadap ubi merupakan pengetahuan dan keyakinan bahwa harga ubi murah. Dimensi yang akan dibahas pertama adalah dimensi harga. Pada dimensi harga terdapat perbedaan pada kedua responden. Kelompok responden petani tidak setuju jika harga ubi murah. Hal ini dibuktikan bahwa terdapat 26 persen kelompok responden petani yang tidak setuju. Beda halnya dengan kelompok responden non petani yang setuju jika harga ubi murah. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi dan keyakinan mengenai harga ubi yang murah. Dimensi selanjutnya adalah dimensi keunggulan. Terdapat beberapa dimensi keunggulan, yakni mengenyangkan, makanan cemilan, mudah didapat, digemari oleh keluarga, dapat dibuat bermacam-macam makanan, tidak menyebabkan perut kembung, dan tidak cepat busuk. Semua pernyataan mengenai dimensi keunggulan memberikan hasil yang hampir sama, yaitu kedua responden berpendapat setuju. Namun, ada satu pernyataan yang sebagian besar responden tidak setuju, yaitu ubi tidak cepat busuk. Artinya, responden memiliki keyakinan dan pengetahuan bahwa ubi cepat busuk, sehingga tidak dapat disimpan lama. Persentase yang paling tinggi pada dimensi keunggulan adalah pada pernyataan ubi digemari oleh keluarga dan ubi dapat dijadikan sebagai makanan cemilan. Pada dimensi budaya terdapat 3 pernyataan, yaitu memalukan jika menyuguhkan untuk tamu, cocok dikonsumsi dengan lauk, dan hanya dikonsumsi oleh keluarga yang tidak mampu saja. Sebagian besar responden, baik pada responden petani maupun responden non petani menunjukkan sikap yang tidak setuju terhadap ketiga pernyataan tersebut. Artinya, pengetahuan dan keyakinan responden terhadap ketiga pernyataan dalam dimensi budaya

Dokumen yang terkait

Peranserta Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 87

Hubungan Antara Karakteristik, Tingkat Pendapatan dan Interaksi Sosial pada paemuda Sirkulator ( Kasus Desa Cibatok II Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa Barat)

0 8 74

Respon Masyarakat Pedesaan terhadap Penayangan Ikan Partai Politik di Televisi (Kasus Penduduk Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 7 136

Efek Iklan Layanan Masyarakat "Versi Pak Lurah “ Terhadap Perilaku Pemilih Dalam Pemungutan Suara. Kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

0 13 118

Kelembagaan Pengajian dalam Pembangrman Masyarakat Perdesaan (Studi Kasus Kelembagaan Pengajian di Desa Situ 1lir, Kecamatan Cibungbulang, Bogar)

0 10 156

Kajian pola dan struktur tata ruang perdesaan (studi kasus desa Cibatok satu, kecamatan Cibungbulang, kabupaten Bogor)

0 9 98

Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah (Kasus masyarakat Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan bogor Barat, Kota Bogor dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 12 117

Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

1 28 174

Analisis pengaruh program pemerintah terhadap tingkat kemiskinan rumah tangga di pedesaan melalui program bantuan langsung tunai (BLT) dan raksa desa. Kasus desa Cibatok satu kecamatan Cibungbulang Kab. Bogor Propinsi Jawa Barat.

1 28 153

POLA PENCARIAN INFORMASI DIKALANGAN MASYARAKAT PEDESAAN (Studi Kasus Masyarakat Desa Rambat Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah)

0 0 16