Arti Beras Sebagai Makanan Pokok

Masyarakat Indonesia memiliki beberapa bentuk kelembagaan makanan pokok diantaranya pada masyarakat Talang Mamak. Dalam penelitian Hidayah 2002, mengenai masyarakat Talang Mamak yang menyatakan bahwa mata pencaharian berpengaruh pada makanan pokok mereka. Masyarakat yang bermata pencaharian sebagai pemburu dan peramu makanan pokok mereka berasal dari hutan seperti sagu rumbia, ubi gadung, ubi menggalo, ubi ketelo dan buah sulur- suluran labu, kundur, timun, ketelo, sedangkan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai buruh kayu makanan pokok mereka adalah beras. Seiring berjalannya waktu, masyarakat yang bermata pencaharian sebagai pemburu dan peramu mulai menyadari bahwa ketergantungan terhadap hutan dalam hal pemenuhan makanan tidak dapat menjamin ketahanan pangan. Oleh sebab itu, mereka mengganti makanan pokok mereka dengan beras. Mengingat bahwa kondisi pertanian di Indonesia yang semakin menurun. Maka pemerintah mengambil kebijakan untuk mengimpor beras agar kebutuhan beras sebagai makanan pokok terpenuhi bagi masyarakat. Beras secara strategis berpengaruh pada ketahanan pangan nasional dan ketahanan Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat Arifin, 2007. Jika impor beras impor beras terus dibiarkan dapat berakibat fatal bagi kondisi pertanian Indonesia. Dengan demikian ketergantungan pada beras harus dikurangi. Dalam rangka inilah pemerintah Indonesia saat ini sedang menggalakkan program diversifikasi pangan.

2.1.2 Diversifikasi Pangan

Kebijakan diversifikasi pangan dan perbaikan menu makanan rakyat dalam upaya memperbaiki mutu gizi masyarakat sudah ditetapkan sejak Tahun 1974 dan disempurnakan dengan Inpres 201979. Namun secara operasional diversifikasi pangan belum dapat terlaksana dengan efektif Amang et al. 1999. Bunasor 1989 dikutip Cahyani 2008, dilihat dari produksi dan penawaran, diversifikasi pangan berarti menghasilkan komoditas pangan yang lebih beragam dengan sumberdaya tertentu yang digunakan secara optimal. Sedangkan dari sisi permintaan atau konsumen, diversifikasi pangan berarti penganekaragaman pemenuhan kebutuhan terhadap komoditas pertanian. Pada umumnya diversifikasi pangan bertujuan untuk mewujudkan jenis konsumsi pangan pokok yang beragam, khususnya pangan pokok seperti beras. Sadjad 2006, menjelaskan pendekatan mengenai diversifikasi yaitu bahwa “Pengertian diversifikasi hendaknya bersifat vertikal di samping horizontal. Artinya bukan saja dalam arti mengkonsumsi komoditi non beras horizontal, tetapi juga mendiversifikasi produk satu komoditi vertikal misalnya dari padi menjadi beras, tepung, bihun, kue dan lain-lain. Petani pedesaan sebaiknya mulai dibina kearah diversifikasi vertikal dengan pemikiran yang lengkap. Khususnya dalam pemberian subsidi yang bersifat investasi. Diversifikasi vertikal memerlukan industrialisasi. Karena itu industrialis- industrialisnya juga perlu dibina. Diversifikasi pangan menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan. Sadjad 2006, mengatakan bahwa ketahanan pangan nasional ditentukan juga oleh ketersediaan lahan pertanian di desa yang berimbang antara lahan sawah dan lahan darat. Begitu pula berkelanjutannya hidup rakyat tidak hanya difokuskan dari padi produksi lahan sawah, tetapi juga dari produk palawijanya. Pada periode Tahun 2000-2004, diversifikasi pangan diarahkan pada peningkatan bahan pangan dan mutu pangan sejalan dengan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada salah satu jenis pangan terutama beras. Tujuan ini dicapai dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber pangan lokal yang beragam sesuai dengan kondisi agro ekosistem serta memperhatikan kelembagaan dan budaya lokal. Jika tujuan ini tidak mengoptimalkan pemanfaatan sumber pangan lokal, maka program diversifikasi pangan mengalami hambatan. Memang benar untuk mengubah kebiasaan makan suatu masyarakat adalah hal yang sulit, karena menyangkut perubahan watak, adat-istiadat, lingkungan, baik yang bersifat individual maupun komunal. Namun dalam kondisi terpaksa perubahan tersebut bisa cepat terjadi. Misalnya persediaan beras yang menurun sehingga mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi bahan pangan lain. Dalam penelitiannya Cahyani 2008, menjelaskan bahwa Inpres No 14 Tahun 1974 yang kemudian disempurnakan dengan Inpres No 20 Tahun 1979 tentang “perbaikan menu makanan rakyat”. Pada perkembangan selanjutnya yaitu pembangunan pertanian selama PELITA I-V, program diversifikasi pangan

Dokumen yang terkait

Peranserta Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 87

Hubungan Antara Karakteristik, Tingkat Pendapatan dan Interaksi Sosial pada paemuda Sirkulator ( Kasus Desa Cibatok II Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa Barat)

0 8 74

Respon Masyarakat Pedesaan terhadap Penayangan Ikan Partai Politik di Televisi (Kasus Penduduk Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 7 136

Efek Iklan Layanan Masyarakat "Versi Pak Lurah “ Terhadap Perilaku Pemilih Dalam Pemungutan Suara. Kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

0 13 118

Kelembagaan Pengajian dalam Pembangrman Masyarakat Perdesaan (Studi Kasus Kelembagaan Pengajian di Desa Situ 1lir, Kecamatan Cibungbulang, Bogar)

0 10 156

Kajian pola dan struktur tata ruang perdesaan (studi kasus desa Cibatok satu, kecamatan Cibungbulang, kabupaten Bogor)

0 9 98

Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah (Kasus masyarakat Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan bogor Barat, Kota Bogor dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 12 117

Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

1 28 174

Analisis pengaruh program pemerintah terhadap tingkat kemiskinan rumah tangga di pedesaan melalui program bantuan langsung tunai (BLT) dan raksa desa. Kasus desa Cibatok satu kecamatan Cibungbulang Kab. Bogor Propinsi Jawa Barat.

1 28 153

POLA PENCARIAN INFORMASI DIKALANGAN MASYARAKAT PEDESAAN (Studi Kasus Masyarakat Desa Rambat Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah)

0 0 16