Kegiatan yang diperlukan Pengolahan Elemen-elemen Strategi Pengelolaan TNKL dengan Teknik ISM

92 Level 1 Level 4 Level 2 Level 3 Menciptakan mekanisme pembelajaran dialogis Meningkatkan partisipasi masyarakat Meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar stakeholders inti Meningkatkan potensi kemitraan Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar TNKL Menjembatani perbedaan pandangan dan nilai-nilai lokal Menjaga fungsi ekosistem kawasan Meminimalkan konflik lahan antara masyarakat dengan pemerintah pengelola Meningkatkan sistem perlindungan TNKL Menjaga stabilitas keamanan wilayah Meningkatkan kapasitas SDM Gambar 24 Diagram model struktural dari elemen tujuan pengelolaan TNKL melalui pendekatan co-management.

5.4.5. Kegiatan yang diperlukan

Fisher et al. 2001 menyebutkan bahwa strategi merupakan serangkaian langkah yang saling terkait secara logis ke arah seluruh tujuan, yang dapat diuji dan diubah sesuai dengan perkembangan situasi. Terkait definisi tersebut maka berdasarkan kajian kepentingan dan aspirasi sub subbab 5.2.2. dan hasil analisis ISM terhadap kebutuhan pengelolaan sub subbab 5.4.2., kendala utama sub subbab 5.4.3. dan tujuan pengelolaan sub subbab 5.4.4., maka perlu dianalisis serangkaian langkah apa saja yang sesuai untuk dilaksanakan dalam pengelolaan TNKL melalui pendekatan co-management. Penyusunan serangkaian langkah tersebut didasarkan pada resolusi konflik yang terjadi di TNKL, utamanya di Desa Saga. Adapun ketentuan co-management dalam penyusunan strategi pengelolaan pada penelitian ini mengikuti Peraturan Menteri Kehutanan No. P.19Menhut-II2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Analisis kegiatan dilakukan dengan mengkaitkan program pengelolaan BTNKL dan jenis kegiatan sesuai P.19Menhut-II2004, dengan kepentinganaspirasi stakeholders, kebutuhan, 93 kendala utama dan tujuan pengelolaan sebagai elemen kunci dalam pengelolaan TNKL Tabel 15. Tabel 15 Analisis kegiatan yang diperlukan dalam pengelolaan TNKL secara co- management No Program pengelolaan TNKL Jenis kegiatan Kepentingan dan aspirasi stakeholders Kebutuhan dalam pengelolaan Kendala utama Tujuan pengelolaan A Rehabilitasi kawasan 1. Pembibitan jenis endemik 2. Pengkayaan jenis dalam kawasan B Pengembangan wisata alam 3. Pelatihan pemandu wisata 4. Pengembangan interpretasi wisata 5. Pengembangan track wisata    C Perlindungan dan pengamanan kawasan 6. Pembinaan PAM Swakarsa 7. Pengamanan dan perlindungan kawasan bersama masyarakat    D Pembinaan partisipasi masyarakat 8. Pengembangan sistem distribusi air dari dalam kawasan 9. Pemberian bantuan usaha ekonomi masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat 10. Peningkatan ketrampilan masyarakat melalui pelatihan 11. Penguatan kelembagaan lokal dan adat             12. Pengembangan hutan adat 13. Peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap keberadaan TNKL melalui penyuluhan       E Program terkait 14. Pertemuan antar stakeholders inti 15. Sosialisasi program 16. Pembentukan wadahforum stakeholders 17. Pembuatan aturankesepakatan stakeholders                 Berdasarkan Tabel 15 disimpulkan bahwa sub elemen kegiatan yang diperlukan dalam pengelolaan TNKL melalui pendekatan co-management terdiri dari 11 sub elemen kegiatan yaitu 1 pengembangan track wisata, 2 pemberian bantuan usaha ekonomi masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan 94 masyarakat, 3 peningkatan keterampilan masyarakat melalui pelatihan, 4 penguatan kelembagaan lokal dan adat, 5 peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap keberadaan TNKL melalui penyuluhan, 6 pertemuan antar stakeholders inti, 7 sosialisasi program, 8 pembentukan wadahforum stakeholders, 9 pembuatan aturankesepakatan stakeholders, 10 pengamanan dan perlindungan kawasan bersama masyarakat, dan 11 pengembangan sistem distribusi air dari dalam kawasan. Pengelompokan sub elemen kegiatan yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan dalam sektor independent, lingkage, dan dependent terdapat pada Gambar 25. Gambar 25 Posisi sub elemen kegiatan yang diperlukan dalam pengelolaan TNKL melalui pendekatan co-management pada Grafik Driver Power – Dependence. Gambar 25 menunjukkan bahwa sub elemen pemberian bantuan usaha ekonomi masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, pertemuan antar stakeholders inti, pembentukan wadahforum stakeholders, pembuatan aturankesepakatan stakeholders, dan peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap keberadaan TNKL melalui penyuluhan, merupakan peubah independent yang berarti memiliki kekuatan penggerak terbesar terhadap pengelolaan TNKL melalui pendekatan co-management. Sub elemen sosialisasi program, merupakan variabel lingkage, yang berarti harus dikaji secara cermat karena hubungan sub elemen tersebut dengan sub elemen kegiatan lainnya tidak stabil. Setiap perubahan pada sub elemen ini berdampak besar terhadap keberhasilan pengelolaan TNKL melalui pendekatan co-management, yang bisa mensukseskan atau bahkan menggagalkan program pengelolaan. Sub elemen pengembangan track wisata, peningkatan keterampilan masyarakat melalui 10 3, 4 1 7 5 8, 9 2 6 11 D E PE N D E N C E 95 pelatihan, penguatan kelembagaan lokal dan adat, pengamanan dan perlindungan kawasan bersama masyarakat, serta pengembangan sistem distribusi air dari dalam kawasan, merupakan peubah dependent yang berarti kegiatan-kegiatan ini merupakan akibat dari kegiatan sebelumnya. Model struktur elemen kegiatan yang diperlukan sebagaimana Gambar 26 terdiri dari 7 tingkat. Pertemuan antar stakeholders inti merupakan elemen kunci kegiatan yang diperlukan dalam pengelolaan TNKL. Sub elemen ini menjadi penggerak utama dan mempengaruhi sub elemen kegiatan pada level di bawahnya. Oleh karena itu, strategi pengelolaan untuk penyelesaian konflik merupakan suatu rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan berdasarkan urutan level yang dimulai dari level 7. Level 7 sampai level 4 merupakan kondisi yang dibutuhkan, sedangkan level 3 sampai level 1 merupakan kondisi ketercukupan. Kondisi yang dibutuhkan necessary condition yaitu jenis kegiatan yang sangat diperlukan untuk menyelesaikan konflik melalui pendekatan co-managemment, dengan tahapan kegiatan yang berurutan. Kondisi ketercukupan sufficient condition yaitu jenis kegiatan yang akan disesuaikan dengan situasi dan dinamika yang berkembang selama pelaksanaan kegiatan-kegiatan sebelumnya. Kondisi yang dibutuhkan necessary condition sebagaimana Gambar 26 merupakan rangkaian jenis kegiatan yang dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 1 Pertemuan antar stakeholders inti Implikasi dari bentuk berbagi peran dan tanggung jawab dalam sistem co- management adalah pemerintah, dalam hal ini pihak BTNKL, mengakui otoritas masyarakat untuk mengelola sumberdaya dalam kawasan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56Menhut-II2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional, dalam zona tradisional dimungkinkan memberikan akses terbatas kepada masyarakat untuk pemanfaatan kawasan. Namun demikian hal tersebut harus dilakukan dengan membangun kesepakatan-kesepakatan bersama melalui pertemuan antar stakeholders inti. 96 Level 1 Level 5 Level 2 Level 4 Level 3 Penguatan kelembagaan lokal dan adat Peningkatan keterampilan masyarakat melalui pelatihan Pertemuan antar stakeholders inti Pemberian bantuan usaha ekonomi masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Pembuatan aturan kesepakatan stakeholders Pembentukan wadah forum stakeholders Peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap keberadaan TNKL melalui penyuluhan Sosialisasi program Pengamanan dan perlindungan kawasan bersama masyarakat Pengembangan track wisata Pengembangan sistem distribusi air dari dalam kawasan Level 6 Level 7 Gambar 26 Diagram model struktural dari elemen kegiatan yang diperlukan dalam pengelolaan TNKL melalui pendekatan co-management Hal yang harus menjadi pertimbangan dalam pertemuan tersebut adalah adanya persamaan informasi dan persepsi, terpenuhinya unsur keterwakilan stakeholders, serta dilaksanakan sedini mungkin dan sesering mungkin. Dengan demikian, maka diharapkan semakin cepat semua kepentingan terakomodir akan semakin baik pula hasilnya. Partisipasi sejumlah pihak dalam proses pengambilan keputusan akan memberikan rasa kepemilikan dari sumberdaya yang ada dalam TNKL. Oleh karena itu, yang perlu menjadi perhatian adalah keterwakilan masing-masing stakeholders pada pertemuan antar stakeholders inti. Keterwakilan ini memungkinkan semua stakeholders secara efektif berbicara untuk kepentingan mereka dan bertanggung jawab kepada kelompok mereka. Pertemuan antar stakeholders inti dengan berbagai unsur yang cukup 97 terwakili akan menghasilkan legitimasi atas kesepakatan dan keputusan yang diambil. Dalam rangka persamaan persepsi dan informasi, stakeholders perlu memahami bahwa kawasan TNKL merupakan suatu sistem yang saling terkait dengan daerah di sekitarnya, sehingga harus dikelola agar berkelanjutan. Pengelolaan tersebut tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi semata, namun juga faktor ekologi dan sosial. Secara ekologis, kawasan TNKL yang dulunya berupa padang semak belukar dan saat ini telah menjadi hutan, merupakan daerah tangkapan air yang mampu menyediakan air bagi kelangsungan hidup berbagai makhluk di bawahnya. Selain itu karakteristik kawasan dengan topografi yang bergunung-gunung serta pada satu sisi terjal dan curam, sangat rawan terhadap erosi. Dari aspek sosial, nilai-nilai yang dimiliki masyarakat Lio adalah mbelo rho melihat dulu hasilnya. Jika salah satu desa diberikan akses pemanfaatan ke dalam kawasan, maka masyarakat di desa lainnya juga akan menuntut hal yang sama. Jika hal ini terjadi, maka kelestarian kawasan TNKL sebagai suatu sistem yang saling terkait dengan daerah di sekitarnya akan terpengaruh, sehingga dikhawatirkan terjadi degradasi kawasan yang akan mengganggu kehidupan masyarakat itu sendiri. 2 Pemberian bantuan usaha ekonomi masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Pada pertemuan antar stakeholders inti, masyarakat dapat mengusulkan berbagai bantuan yang dapat meningkatkan kesejahteraannya. Bantuan yang diusulkan merupakan bantuan yang betul-betul dibutuhkan dan dirasakan oleh masyarakat. Selain itu, bantuan tersebut harus dapat memberikan rangsangan bagi masyarakat untuk turut serta menjaga kelestarian TNKL. Pemberian bantuan bukan untuk membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program bantuan. Tujuan akhir pemberian bantuan adalah memandirikan masyarakat, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan. 3 Pembentukan wadahforum stakeholders dan pembuatan aturan kesepakatan stakeholders Dalam rangka menyelesaikan konflik, perlu dilakukan pembentukan forum stakeholders. Dalam forum stakeholders, semua anggotanya harus saling menghargai, saling mempercayai, mau menjalin komunikasi yang baik, dan 98 mempunyai akses yang sama. Antar stakeholders tidak hanya saling menghargai tetapi juga dapat memahami dan menghargai misi, tujuan dan peraturannya masing-masing. Komunikasi yang terus-menerus dengan frekuensi yang sering, serta pemantauan kemajuan akan membangun hubungan yang saling memberikan pengakuan, kepercayaan dan penghargaan serta meningkatkan kapasitas setiap stakeholders untuk menyelesaikan permasalahan secara bersama. Dalam forum stakeholders, masing-masing angggotanya harus dijamin mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi serta mendapatkan akses terhadap informasi yang relevan. Forum stakeholders yang terbentuk akan mengarah pada pembuatan aturankesepakatan stakeholders serta penyusunan berbagai program dan usulan rencana kegiatan. Kesepakatan yang telah ada sebelumnya namun belum memuaskan beberapa kelompok masyarakat dapat dievaluasi dalam forum ini, sehingga tersusun kesepakatan baru yang benar-benar diakui dan menguntungkan bagi semua stakeholders. 4 Peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap keberadaan TNKL melalui penyuluhan Masyarakat yang sudah tidak bergantung kepada kawasan oleh pemberian bantuan, perlu ditingkatkan kesadaran dan kepeduliannya terhadap TNKL. Penekanan kegiatan penyuluhan adalah menyamakan pemahaman dan persepsi bahwa kawasan TNKL merupakan suatu sistem yang saling terkait dengan daerah di sekitarnya. Kerusakan pada sebagian kawasan dalam TNKL akan berdampak pada daerah sekitarnya. Oleh karena itu tujuan penyuluhan tidak hanya untuk mengamankan TNKL dari kerusakan, melainkan juga untuk terus menerus menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan ekonomi masyarakat, agar berpartisipasi dalam pembangunan kawasan TNKL secara lestari. Hal yang juga menjadi perhatian adalah kapasitas penyuluh. Penyuluh sedini mungkin harus membangun kepercayaan dan kemitraan, serta memahami konteks lokal. Membangun kepercayaan dan kemitraan yang baik dengan stakeholders, utamanya masyarakat, merupakan langkah utama agar masyarakat mau berbagi pandangan secara bebas dan mau secara sukarela menerima informasi dan ikut berpartisipasi dalam pelestarian kawasan TNKL. 99 5 Sosialisasi program Program yang telah disepakati perlu disosialisasikan. Sosialisasi program dimaksudkan untuk menyamakan persepsi dan penafsiran stakeholders atas program yang telah disepakati bersama berdasarkan kepentingan dan aspirasinya, agar tetap pada kesepakatan. Oleh karena itu sosialisasi program perlu dilakukan dengan hati-hati karena kegiatan ini dapat mensukseskan atau bahkan menggagalkan program pengelolaan. Seiring berjalannya kegiatan pengelolaan TNKL pada Level 7 sampai 4 sebagaimana tersebut di atas, juga memungkinkan dilaksanakan jenis kegiatan lainnya. Jenis kegiatan tersebut akan berkembang seiring dengan interaksi antar stakeholders, pelaksanaan komunikasi dan pembelajaran antar stakeholders, serta tindakan bersama yang menghasilkan perubahan atau penyesuaian kegiatan pengelolaan sebagaimana prinsip-prinsip co-management yang adaptif.

5.4.6. Strategi pengelolaan