9, 12 5, 6, 7 Tujuan dari pengelolaan dengan pendekatan co-management

90 nilai-nilai lokal, 11 menjaga stabilitas keamanan wilayah, dan 12 meminimalkan konflik lahan antara masyarakat dengan pemerintahpihak BTNKL. Hasil analisis dengan menggunakan teknik ISM terhadap pendapat pakar untuk elemen tujuan pengelolaan disajikan pada Gambar 23 dan 24. Gambar 23 menunjukkan bahwa sub elemen menciptakan mekanisme pembelajaran dialogis, meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar stakeholders inti, meningkatkan potensi kemitraan, meningkatkan partisipasi masyarakat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar TNKL, dan menjembatani perbedaan pandangan dan nilai-nilai lokal, merupakan peubah independent, yang berarti memiliki kekuatan penggerak yang besar terhadap tujuan pengelolaan TNKL dengan pendekatan co-management dan memiliki ketergantungan dependent yang rendah terhadap sub elemen tujuan pengelolaan lainnya. Sub elemen menjaga fungsi ekosistem kawasan, meningkatkan sistem perlindungan TNKL, meningkatkan kapasitas SDM, menjaga stabilitas keamanan wilayah, dan meminimalkan konflik lahan antara masyarakat dengan pemerintahpihak BTNKL, merupakan peubah dependent, yang berarti sub elemen tersebut terpengaruh oleh sub elemen tujuan lainnya. Gambar 23 Posisi sub elemen tujuan pada Grafik Driver Power – Dependence. Pada sektor I autonomus, sub elemen menjamin terpeliharanya keberadaan dan potensi budaya merupakan sub elemen yang tidak terkait dengan sistem, dan mungkin mempunyai hubungan sedikit.

8, 9, 12

3 1 11 2, 10

4, 5, 6, 7

DEPENDENCE 91 Tujuan pengelolaan TNKL melalui pendekatan co-management agar berkelanjutan juga harus didukung dengan upaya peningkatan kapasitas sumberdaya masyarakat setempat. Kapasitas, yang meliputi sikap, pengetahuan, keahlian, informasi, sumberdaya dan pengakuan sosial Borrinni-Feyerabend et al. 2004, merupakan kemampuan untuk mencapai kinerja, untuk menghasilkan keluaran outputs dan hasil outcomes. Kapasitas masyarakat merupakan kemampuan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dan menyesuaikan dengan lingkungannya. Dengan demikian, salah satu proses agar masyarakat mampu secara cepat untuk beradaptasi maka dapat ditempuh melalui upaya untuk meningkatkan potensi kemitraan, partisipasi masyarakat, komunikasi yang baik, serta menciptakan mekanisme pembelajaran dialogis. Komunikasi tersebut tidak hanya sekedar menyampaikan informasi, meningkatkan kesadaran, dan melakukan pelatihan saja, namun yang terpenting adalah pembelajaran interaktif Borrini-Feyerabend et al. 2000. Pembelajaran interaktif berupaya membangun dialog dengan cara berhadapan secara langsung antara pandangan-pandangan yang berbeda sehingga dapat mengatasi kesenjangan atau membantu mengelola konflik. Model struktur elemen tujuan pengelolaan sebagaimana Gambar 24 terdiri dari 4 tingkat. Menciptakan mekanisme pembelajaran dialogis, meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar stakeholders inti, meningkatkan potensi kemitraan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat, merupakan elemen kunci tujuan pengelolaan TNKL. Sub elemen ini menjadi penggerak utama dan mempengaruhi sub elemen pada tingkat di bawahnya, hingga tercapai tujuan menjaga fungsi ekosistem kawasan. 92 Level 1 Level 4 Level 2 Level 3 Menciptakan mekanisme pembelajaran dialogis Meningkatkan partisipasi masyarakat Meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar stakeholders inti Meningkatkan potensi kemitraan Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar TNKL Menjembatani perbedaan pandangan dan nilai-nilai lokal Menjaga fungsi ekosistem kawasan Meminimalkan konflik lahan antara masyarakat dengan pemerintah pengelola Meningkatkan sistem perlindungan TNKL Menjaga stabilitas keamanan wilayah Meningkatkan kapasitas SDM Gambar 24 Diagram model struktural dari elemen tujuan pengelolaan TNKL melalui pendekatan co-management.

5.4.5. Kegiatan yang diperlukan