90 nilai-nilai
lokal, 11
menjaga stabilitas
keamanan wilayah,
dan 12
meminimalkan konflik lahan antara masyarakat dengan pemerintahpihak BTNKL.
Hasil analisis dengan menggunakan teknik ISM terhadap pendapat pakar untuk elemen tujuan pengelolaan disajikan pada Gambar 23 dan 24. Gambar 23
menunjukkan bahwa sub elemen menciptakan mekanisme pembelajaran dialogis, meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar stakeholders inti,
meningkatkan potensi
kemitraan, meningkatkan
partisipasi masyarakat,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar TNKL, dan menjembatani perbedaan pandangan dan nilai-nilai lokal, merupakan peubah independent,
yang berarti memiliki kekuatan penggerak yang besar terhadap tujuan pengelolaan
TNKL dengan
pendekatan co-management
dan memiliki
ketergantungan dependent
yang rendah
terhadap sub
elemen tujuan
pengelolaan lainnya.
Sub elemen
menjaga fungsi ekosistem
kawasan, meningkatkan sistem perlindungan TNKL, meningkatkan kapasitas SDM,
menjaga stabilitas keamanan wilayah, dan meminimalkan konflik lahan antara masyarakat dengan pemerintahpihak BTNKL, merupakan peubah dependent,
yang berarti sub elemen tersebut terpengaruh oleh sub elemen tujuan lainnya.
Gambar 23 Posisi sub elemen tujuan pada Grafik Driver Power –
Dependence. Pada sektor I autonomus, sub elemen menjamin terpeliharanya
keberadaan dan potensi budaya merupakan sub elemen yang tidak terkait dengan sistem, dan mungkin mempunyai hubungan sedikit.
8, 9, 12
3 1
11 2, 10
4, 5, 6, 7
DEPENDENCE
91 Tujuan pengelolaan TNKL melalui pendekatan co-management agar
berkelanjutan juga harus didukung dengan upaya peningkatan kapasitas sumberdaya masyarakat setempat. Kapasitas, yang meliputi sikap, pengetahuan,
keahlian, informasi, sumberdaya dan pengakuan sosial Borrinni-Feyerabend et al. 2004, merupakan kemampuan untuk mencapai kinerja, untuk menghasilkan
keluaran outputs dan hasil outcomes. Kapasitas masyarakat merupakan kemampuan
dalam memecahkan
permasalahan yang
dihadapi dan
menyesuaikan dengan lingkungannya. Dengan demikian, salah satu proses agar masyarakat mampu secara cepat untuk beradaptasi maka dapat ditempuh
melalui upaya untuk meningkatkan potensi kemitraan, partisipasi masyarakat, komunikasi yang baik, serta menciptakan mekanisme pembelajaran dialogis.
Komunikasi tersebut
tidak hanya
sekedar menyampaikan
informasi, meningkatkan kesadaran, dan melakukan pelatihan saja, namun yang terpenting
adalah pembelajaran interaktif Borrini-Feyerabend et al. 2000. Pembelajaran interaktif berupaya membangun dialog dengan cara berhadapan secara
langsung antara
pandangan-pandangan yang
berbeda sehingga
dapat mengatasi kesenjangan atau membantu mengelola konflik.
Model struktur elemen tujuan pengelolaan sebagaimana Gambar 24 terdiri
dari 4
tingkat. Menciptakan
mekanisme pembelajaran
dialogis, meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar stakeholders inti, meningkatkan
potensi kemitraan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat, merupakan elemen kunci tujuan pengelolaan TNKL. Sub elemen ini menjadi penggerak
utama dan mempengaruhi sub elemen pada tingkat di bawahnya, hingga tercapai tujuan menjaga fungsi ekosistem kawasan.
92 Level 1
Level 4 Level 2
Level 3
Menciptakan mekanisme pembelajaran dialogis
Meningkatkan partisipasi masyarakat
Meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar stakeholders inti
Meningkatkan potensi kemitraan Meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di sekitar TNKL Menjembatani perbedaan
pandangan dan nilai-nilai lokal Menjaga fungsi ekosistem kawasan
Meminimalkan konflik lahan antara masyarakat dengan
pemerintah pengelola Meningkatkan sistem
perlindungan TNKL Menjaga stabilitas
keamanan wilayah Meningkatkan kapasitas SDM
Gambar 24 Diagram model struktural dari elemen tujuan pengelolaan TNKL melalui pendekatan co-management.
5.4.5. Kegiatan yang diperlukan