Kebutuhan dari program pengelolaan TNKL

82 dapat diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat mengingat beragamnya kepentingan serta ego antar kelompok masyarakat dan lembaga adat di lokasi penelitian. BTNKL memegang kontrol secara penuh terhadap keputusan dan tindakan pada tahap identifikasipengamatan pengelolaan, serta pemantauan dan evaluasi pengelolaan. Hal ini dikarenakan kepentingan BTNKL untuk menjaga kelestarian fungsi ekosistem TNKL disamping meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, sehingga diharapkan pengelolaan TNKL akan berkelanjutan. Sementara itu pada tahap perencanaan dan pelaksanaan, BTNKL terlibat sebagai mitra yang duduk bersama stakeholders lainnya dalam menentukan keputusan dan tindakan pengelolaan ke depan. Berdasarkan hal tersebut, dalam pengelolaan secara co-management hendaknya BTNKL tidak mengkontrol secara penuh pengelolaan kawasan, namun juga tidak membiarkan dan tidak melakukan intervensi dan kontribusi sama sekali terhadap pengelolaan. Borrini-Fayerabend et al. 2004 menyebutkan bahwa posisi pemerintah adalah di tengah, dimana terjadi pembagian tugas dan tanggung jawab yang berimbang antara pemerintah dengan stakeholders. Lembaga adat Saga sebagaimana masyarakat perlu dilibatkan sebagai mitra dalam setiap tahapan pengelolaaan. Hal ini dikarenakan kepentingan mereka yang tinggi terkait kebutuhan kayu dalam kawasan. Sementara itu lembaga adat Wologai, Kepala Desa Saga dan Wologai Tengah perlu dilibatkan dalam konsultasi dan kemitraan terkait kepentingannya dalam menjaga stabilitas keamanan wilayah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Stakeholders pemerintah daerah BAPPEDA, Dishutbun, dan Disbudpar Unflor, dan Tananua Flores dilibatkan dalam penyampaian informasi dan konsultasi baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dilibatkan dalam kemitraan pengelolaan terkait pengembangan kegiatan kepariwisataan alam dan budaya di sekitar TNKL. Sementara itu Tananua Flores dilibatkan untuk konsultasi pada tahap identifikasipengamatan kemungkinan alternatif pengembangan usaha ekonomi masyarakat agar tidak bergantung terhadap kawasan TNKL.

5.4.2. Kebutuhan dari program pengelolaan TNKL

Berdasarkan kajian pada sub subbab 5.2.2., diketahui bahwa terdapat 11 kepentinganaspirasi yang dibutuhkan stakeholders dalam program pengelolaan TNKL. Kesebelas kebutuhan tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan teknik 83 ISM untuk menentukan kebutuhan mana yang paling prioritas untuk dikelola terlebih dahulu karena pengaruhnya terhadap kebutuhan lainnya. Elemen kebutuhan terhadap program pengelolaan TNKL secara co- management terdiri dari 11 sub elemen yaitu 1 keseimbangan fungsi ekosistem TNKL, 2 distribusi manfaat TNKL secara berkeadilan, 3 peran serta masyarakat dalam menjaga keutuhan TNKL, 4 koordinasi rencana antar lembagastakeholders dalam pengelolaan, 5 keberlanjutan pembiayaan pengelolaan TNKL, 6 pendidikan lingkungan bagi stakeholders, 7 peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat sekitar, 8 perluasan lapangan kerja, 9 pengembangan desa penyangga, dan 10 kontribusi ekonomi TNKL bagi pembangunan daerah, dan 11 perencanaan bersama stakeholders inti. Kesebelas sub elemen tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik ISM untuk mendapatkan elemen kunci yang merupakan kebutuhan utama dalam pengelolaan TNKL dengan pendekatan co-management Gambar 19 dan 20. Gambar 19 Posisi sub elemen kebutuhan dari program pada Grafik Driver Power – Dependence. Berdasarkan hasil analisis seperti gambar tersebut di atas memperlihatkan bahwa sub elemen koordinasi rencana antar lembagastakeholders dalam pengelolaan, pendidikan lingkungan bagi stakeholders, dan perencanaan bersama stakeholders inti, terletak pada sektor IV yang merupakan peubah independent yaitu sub elemen kebutuhan yang perlu mendapat perhatian serius karena merupakan sub elemen yang mempunyai kekuatan penggerak driver power yang besar dalam pengelolaan TNKL dengan pendekatan co- 8 7 3 1 6 2, 9 5 4 10 11 DEPENDENCE 84 management dan memiliki ketergantungan dependent yang rendah terhadap sub elemen kebutuhan pengelolaan lainnya. Hal ini sesuai dengan kepentingan dan aspirasi sebagian besar stakeholders yang menghendaki koordinasi rencana antar lembagastakeholders yang baik dan kontinyu, serta peningkatan pengetahuan masyarakat. Sementara itu, sub elemen distribusi manfaat TNKL secara berkeadilan serta pengembangan desa penyangga, terletak pada sektor III yang merupakan sub elemen pengait lingkage dari sub elemen lainnya. Sub elemen pada sektor ini memiliki kekuatan pendorong driver power yang besar terhadap suksesnya pengelolaan TNKL tetapi memiliki ketergantungan dependence yang besar pula. Setiap tindakan terhadap kebutuhan pengelolaan pada sub elemen ini akan mempengaruhi suksesnya pengelolaan TNKL dan sebaliknya jika sub elemen ini mendapatkan perhatian yang kurang maka dapat berpengaruh terhadap kegagalan pengelolaan TNKL melalui pendekatan co-management. Adapun sub elemen keseimbangan fungsi ekosistem TNKL, peran serta masyarakat dalam menjaga keutuhan TNKL, peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat sekitar, perluasan lapangan kerja, dan kontribusi ekonomi TNKL bagi pembangunan daerah, terletak pada sektor II yang merupakan sub elemen yang sangat dipengaruhi oleh keberadaan sub elemen lainnya. Sementara itu sub elemen keberlanjutan pembiayaan pengelolaan TNKL terletak pada sektor I autonomus merupakan sub elemen yang tidak terkait dengan sistem, dan mungkin mempunyai hubungan sedikit. Model struktur elemen kebutuhan sebagaimana Gambar 20 terdiri dari 5 tingkat. Koordinasi rencana antar lembagastakeholders dalam pengelolaan merupakan elemen kunci kebutuhan. Sub elemen ini menjadi penggerak utama dan mempengaruhi sub elemen pada tingkat di bawahnya. Ketika kebutuhan terhadap koordinasi rencana antar lembagastakeholders dalam pengelolaan yang dilanjutkan dengan pendidikan lingkungan bagi stakeholders serta perencanaan bersama stakeholders inti telah terpenuhi, maka akan dapat membantu pemenuhan distribusi manfaat TNKL secara berkeadilan. Kebutuhan tersebut juga untuk memenuhi pengembangan desa penyangga. Ketika kebutuhan tersebut di atas telah terpenuhi maka pemenuhan kebutuhan selanjutnya yang akan tercapai yaitu peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat sekitar dan perluasan lapangan kerja. Dampak selanjutnya yaitu kebutuhan terhadap peran serta masyarakat dalam menjaga keutuhan TNKL, 85 kontribusi TNKL bagi pembangunan daerah, serta keseimbangan fungsi ekosistem TNKL akan terwujud. Level 1 Level 4 Level 2 Level 3 Pengembangan desa penyangga Distribusi manfaat TNKL secara berkeadilan Perencanaan bersama stakeholders inti Pendidikan lingkungan bagi stakeholders Peran serta masyarakat dalam menjaga keutuhan TNKL Keseimbangan fungsi ekosistem TNKL Kontribusi ekonomi TNKL bagi pembangunan daerah Peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat sekitar Perluasan lapangan kerja Koordinasi rencana antar lembaga stakeholders dalam pengelolaan Level 5 Gambar 20 Diagram model struktural dari elemen kebutuhan dalam pengelolaan TNKL melalui pendekatan co-management. Elemen kunci kebutuhan program dalam pengelolaan TNKL melalui pendekatan co-management yaitu perlunya koordinasi rencana antar lembagastakeholders. Kebutuhan terhadap koordinasi antar lembagastakeholders dirasa sangat penting. Hal ini dikarenakan koordinasi merupakan sistem yang kompleks dan melibatkan berbagai pihakstakeholders. Perubahan situasilingkungan yang begitu cepat, menuntut interaksi antar stakeholders yang semakin cepat pula. Terkait dengan perencanaan kegiatan pengelolaan TNKL, koordinasi membutuhkan pertukaran informasi yang intensif antar lembagastakeholders untuk mengkonfirmasi sejumlah data detail sumberdaya untuk mencapai tujuan pengelolaan TNKL. Perencanaan yang tidak sinergi dengan kepentingan lembaga lainnya akan menyebabkan kegagalan program. 86 Disamping itu, pelaksanaan pendidikan lingkungan dengan mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial secara seimbang perlu bagi stakeholders yaitu pejabat seperti kepala desa dan pihak BTNKL, dan juga lembaga adat dan masyarakat. Pendidikan lingkungan ini bermanfaat untuk mempromosikan sikap pro-lingkungan serta mengurangi konflik antara masyarakat setempat dengan kawasan konservasi Liu et al. 2010. Mbile et al. 2005 juga menyatakan bahwa sistem pengelolaan perlu menjaga keseimbangan pemanfaatan dengan daya dukung dan menjamin partisipasi masyarakat lokal secara dinamis untuk mendukung pembangunan ekonomi.

5.4.3. Kendala utama dalam pengelolaan TNKL secara co-management