61 pengelolaan tanah, air, dan hutan. Pelibatan LSM Yastim dan Swisscontact
dalam pengelolaan
TNKL yaitu
untuk mengupayakan
dan mengurangi
ketergantungan masyarakat terhadap kawasan TNKL sekaligus mencarikan alternatif solusi dengan mengembangkan dan mengintensifkan usaha pertanian
dan perkebunan di luar kawasan TNKL di sekitar desa. Pelibatan Yayasan Tananua
Flores lebih
kearah penguatan
kapasitas masyarakat
serta penyampaian informasi perlindungan dan peningkatan kesadaran fungsi
kawasan konservasi. Oleh karena itu Swisscontact dan Yastim merupakan LSM yang dipengaruhi oleh kebijakan pengelolaan TNKL, sedangkan Tananua Flores
dapat mempengaruhi maupun dipengaruhi oleh kebijakan pengelolaan TNKL.
5.2.2. Kepentingan interest dan aspirasi stakeholders
Pengelolaan TNKL, dalam pelaksanaannya melibatkan stakeholders atau pihak yang berkepentingan dan terkait baik secara langsung maupun tidak
langsung. Stakeholders tersebut merupakan bagian dari sistem pengelolaan taman nasional yang masing-masing memiliki kepentingan interest dan aspirasi
tersendiri terhadap sistem atau mekanisme pengelolaan TNKL. Tabel 9 dan 10 menunjukkan bahwa terdapat beberapa kepentingan interest dan aspirasi
stakeholders yang sinergi ataupun tidak sinergi dengan fungsi ekosistem TNKL dan program pengelolaan TNKL.
62 Tabel 9
Kepentingan interest stakeholders terkait dengan fungsi ekosistem dan program pengelolaan TNKL
No Stake-
holders Kepentingan Interest
Fungsi Ekosistem Program
Pengelolaan R
H P
I C
P1 P2 P3 P4 1
PTK - Menanam kopi dalam kawasan, tidak dilarang
oleh pihak BTNKL - Meningkatkan kapasitas dan ketrampilan untuk
alternatif pendapatan
+
+
+
2 MS
- Pemenuhan kebutuhan air sehari-hari - Peningkatan kesejahteraan
- Perlindungan sumberdaya dan budaya lokal - Kebebasan melakukan kegiatan ritual adat
- Menginginkan lahan untuk berkebun dalam
kawasan klaim kepemilikan lahan - Informasi yang akurat berkenaan dengan
pembangunan dan program pada wilayah desa bersangkutan
- Pelatihan pertanian dan pelatihan ketrampilan lainnya
- Perluasan lapangan kerja +
+
+
+
+ +
+ +
+
+
+
+ +
+ +
+ +
+ 3
LS - Kebebasan melakukan ritual adat, termasuk
pengambilan kayu untuk pembangunan rumah adat
- Keterlibatan pengambilan keputusan dalam pengelolaan TNKL
- Peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat
- Mendapatkan informasi pengelolaan kawasan +
+
+ +
+
+ +
+
+
+ +
+ +
4 KS
- Menjaga stabilitas keamanan wilayah - Pengembangan potensi desa
- Mendapatkan informasi pembangunan kawasan +
+ 5
MW - Pemenuhan kebutuhan air sehari-hari
- Peningkatan kesejahteraan - Mengembangkan jalur tracking menuju danau
Kelimutu - Pengembangan berbagai upaya dalam rangka
peningkatan ekonomi masyarakat - Informasi yang akurat berkenaan dengan
pembangunan dan program pada wilayah desa +
+ +
+
+ +
+ +
+
+
6 LW
- Kebebasan melakukan ritual adat - Pengakuan hak adat
- Peningkatan kesejahteraan warga - Pengenalan informasi pembangunan kawasan
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
7 KW
- Menjaga stabilitas keamanan wilayah - Peningkatan kesejahteraan warga
- Mendapatkan informasi pembangunan kawasan +
+
63 Lanjutan Tabel 9.
8 BTN
- Tercapainya visi dan misi pengelolaan - Keberlanjutan pembiayaan pengelolaan TNKL
- Adanya suatu mekanisme komunikasi antar stakeholders yang dilaksanakan secara rutin
- Koordinasi rencana dalam pengelolaan - Mekanisme yang lebih baik berkenaan dengan
penyebaran informasi tentang konservasi TNKL ke masyarakat dan stakeholders lainnya
- Mekanisme komunikasi antar stakeholders yang dilaksanakan secara rutin
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+
9 BPD - Melaksanakan visi misi Bupati periode 2009 –
2014 - Keseimbangan fungsi ekosistem TNKL
- Kontribusi ekonomi taman nasional bagi pembangunan daerah
- Perluasan lapangan kerja +
+ +
+ +
+ +
+ +
10 DHB - Meningkatkan kesadaran masyarakat dan institusi lain akan pentingnya fungsi kawasan
lindung terutama ekosistem TNKL - Penyebaran informasi pengelolaan hutan
kepada masyarakat +
+ +
+ +
+ +
+
11 DBP - Meningkatkan PAD dari sektor pariwisata pada wilayah pengembangan desa adat
- Menyebarkan informasi tentang kegiatan pariwisata kepada stakeholders dan
masyarakat luas - Mengembangkan program berkenaan dengan
kepariwisataan TNKL +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ 12 UF
- Peningkatan kualitas pengetahuan masyarakat - Pengembangan keilmuan terkait pengelolaan
pertanian di sekitar taman nasional - Pemberian Informasi berkenaan dengan
pengembangan kapasitas desa +
+
13 YT - Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam
bidang pertanian +
14 SC - Peningkatan kualitas pengetahuan masyarakat
- Pemberian informasi terkait pengembangan kakao
+
15 TF - Peningkatan kesejahteraan masyarakat
- Peningkatan kualitas pengetahuan masyarakat - Penguatan hak-hak masyarakat terhadap SDA
dan advokasi kebijakan daerah dalam pengelolaan tanah, air, dan hutan
+ + + + +
+
Keterangan: PTK: Petani kopi dalam kawasan; MS: Masyarakat Saga; LS: Lembaga Adat Saga; KS: Kepala Desa Saga; MW: Masyarakat Wologai Tengah; LW: Lembaga Adat Wologai; KW:
Kepala Desa Wologai Tengah; BTN: BTNKL; BPD: Bappeda; DHB: Dishutbun; DBP: Disbudpar; UF: Unflor; YT: Yastim; SC: Swisscontact; TF: Tananua Flores; R: fungsi regulasi; H: fungsi habitat;
P: fungsi produksi; I: fungsi informasi; C: Carrier function; P1: program rehabilitasi kawasan; P2: program pengembangan wisata alam; P3: program perlindungan dan pengamanan kawasan; P4:
program pembinaan partisipasi masyarakat; + adalah kepentingan stakeholders sinergi dengan fungsi ekosistem TNKL program pengelolaan;
adalah kepentingan stakeholders tidak sinergi dengan fungsi ekosistem TNKL program pengelolaan; tidak terkait.
64 Tabel 10
Aspirasi stakeholders terkait dengan fungsi ekosistem dan program pengelolaan TNKL
No Stake-
holders Aspirasi
Fungsi Ekosistem Program
Pengelolaan R
H P
I C
P1 P2 P3 P4 1
PTK - Pengakuan lahan masyarakat dalam
kawasan - Pihak BTNKL menyediakan pelatihan
pertanian dan pelatihan ketrampilan lainnya - Penguatan kelembagaan lokal
- Bantuan peningkatan usaha ekonomi masyarakat
+
+
+
+ +
2 MS
- Kebebasan mendapatkan air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
- Pihak BTNKL menyediakan pelatihan pertanian dan pelatihan ketrampilan lainnya
- Bantuan peningkatan usaha ekonomi masyarakat
- Pemberdayaan desa penyangga - Penguatan kelembagaan lokal
+ +
+ +
+ +
+ +
3 LS
- Akses untuk mendapatkan kayu adat - Komunikasi yang baik antar berbagai
instansi - Keterlibatan dalam pengambilan keputusan
- Penguatan kelembagaan adat
+ +
+
+ 4
KS - Koordinasi yang lebih intensif dan kontinyu
- Bantuan peningkatan usaha ekonomi masyarakat
- Keterlibatan pengambilan keputusan dalam pengelolaan TNKL
- Penguatan kelembagaan adat - Pembentukan wadah forum stakeholders
dan membuat aturan kesepakatan - Pengamanan kawasan bersama masyarakat
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
5 MW
- Diperbolehkan mengambil air dari dalam kawasan
- Program pelatihan yang menunjang kebutuhan masyarakat
- Program pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan nyata di desa
- Bantuan peningkatan usaha ekonomi masyarakat
- Kemungkinan pengembangan jalur track wisata menuju danau kelimutu yang dimulai
dari lokasi camping ground +
+
+
+
+ +
+ +
+ +
+
6 LW
- Komunikasi yang baik antar instansi +
7 KW
- Koordinasi yang baik antara pihak BTNKL dengan masyarakat
- Pelaksanaan pelatihan untuk peningkatan SDM masyarakat
- Pengamanan kawasan bersama masyarakat +
+ +
+ +
+ +
+
65 Lanjutan Tabel 10.
8 BTN - Sosialisasi program
- Koordinasi rencana antar lembaga - Penguatan kelembagaan lokal
- Upaya menumbuhkan kreatifitas masyarakat dengan kegiatan di luar kawasan TNKL,
melalui berbagai kegiatan pelatihan - Penyebaran informasi program kerja kepada
stakeholders terutama kepada pemerintah daerah.
- Pengamanan kawasan bersama masyarakat - Pembentukan wadah forum stakeholders
dan membuat aturan kesepakatan - Peranserta masyarakat dalam menjaga
keutuhan taman nasional +
+
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+
+
+ +
9 BPD - Pelaksanaan program-program
pembangunan di segala bidang - Pemberian bantuan bagi desa penyangga
+ 10
DHB - Mekanisme komunikasi antar stakeholders berkenaan dengan sosialisasi program kerja
- Pengelolaan dan pengembangan hutan rakyat sebagai alternatif peningkatan
pendapat masyarakat - Pengembangan desa penyangga
+
+ 11
DBP - Fasilitas wisata yang baik - Terbukanya lapangan kerja sebagai
implikasi pariwisata - Tetap terpeliharanya nilai-nilai budaya
setempat termasuk bangunan adat yang ada - Terjalin komunikasi antar stakeholders
berkenaan dengan sosialisasi program kerja +
+ +
+ +
+
+ 12
UF - Membentuk wadah stakeholders
- Menjalin kerjasama antar institusi - Melaksanakan pendidikan dan pelatihan
kepada masyarakat +
13 YT
- Menjalin kerjasama antar institusi - Melaksanakan pelatihan pertanian
+ 14
SC - Keberlanjutan pengembangan potensi
perkebunan rakyat seperti kakao - Melakukan pelatihan dan fasilitasi
pengembangan kakao rakyat +
15 TF
- Pemberdayaan masyarakat - Penyuluhan dan pelatihan
- Penguatan kelembagaan adat - Koordinasi dengan institusi terkait
+ +
+ +
Keterangan: PTK: Petani kopi dalam kawasan; MS: Masyarakat Saga; LS: Lembaga Adat Saga; KS: Kepala Desa Saga; MW: Masyarakat Wologai Tengah; LW: Lembaga Adat Wologai; KW:
Kepala Desa Wologai Tengah; BTN: BTNKL; BPD: Bappeda; DHB: Dishutbun; DBP: Disbudpar; UF: Unflor; YT: Yastim; SC: Swisscontact; TF: Tananua Flores; R: fungsi regulasi; H: fungsi habitat;
P: fungsi produksi; I: fungsi informasi; C: Carrier function; P1: program rehabilitasi kawasan; P2: program pengembangan wisata alam; P3: program perlindungan dan pengamanan kawasan; P4:
program pembinaan partisipasi masyarakat; + adalah aspirasi stakeholders sinergi dengan fungsi ekosistem TNKL program pengelolaan;
adalah aspirasi stakeholders tidak sinergi dengan fungsi ekosistem TNKL program pengelolaan; tidak terkait.
66 Terkait dengan hasil dari analisis kepentingan interest dan aspirasi
stakeholders tersebut, pada prinsipnya masing-masing stakeholders memiliki kepentingan yang bersifat spesifik. Hal ini berhubungan dengan kewenangan,
otoritas, peran, manfaat yang diinginkan dan tanggung jawab yang terdapat pada masing-masing stakeholders terkait pengelolaan TNKL. Dari analisis tersebut
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar stakeholders sangat berkepentingan dalam
koordinasi rencana
antar lembagastakeholders
dan keterbukaan
informasi dalam pengelolaan TNKL, serta peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat Tabel 11.
Tabel 11 Rekapitulasi hasil analisis kepentinganaspirasi stakeholders No
Kepentinganaspirasi Stakeholders
1 Koordinasi rencana antar
lembagastakeholders dan keterbukaan informasi dalam pengelolaan
MS, LS, KS, MW, LW, KW, BTN, DHB, DBP, UF,
SC
2 Peningkatan kesejahteraan dan
pendapatan masyarakat PTK, MS, LS, MW, LW,
KW, YT, SC, TF 3
Distribusi manfaat TNKL MS, MW, BPD, UF, TF
4 Pengembangan desa penyangga
MS, MW, LS, LW 5
Kontribusi ekonomi TNKL bagi pembangunan daerah
KS, MW, BPD, DBP 6
Perluasan lapangan kerja MS, BPD, MW
7 Pendidikan lingkungan bagi stakeholders
MS, BTN, UF 8
Perencanaan bersama stakeholders inti KS, LS, BTN
9 Keseimbangan fungsi ekosistem TNKL
BTN, BPD 10
Peran serta masyarakat dalam menjaga keutuhan TNKL
BTN, DHB 11
Keberlanjutan pembiayaan pengelolaan TNKL
BTN
Keterangan: PTK: Petani kopi dalam kawasan; MS: Masyarakat Saga; LS: Lembaga Adat Saga; KS: Kepala Desa Saga; MW: Masyarakat Wologai Tengah; LW: Lembaga Adat Wologai; KW:
Kepala Desa Wologai Tengah; BTN: BTNKL; BPD: Bappeda; DHB: Dishutbun; DBP: Disbudpar; UF: Unflor; YT: Yastim; SC: Swisscontact; TF: Tananua Flores
Stakeholders pemerintah BTNKL, BAPPEDA, Disbudpar, serta Dishutbun memiliki kewenangan regulasi dan menentukan kebijakan kegiatan konservasi
dan pembangunan wilayah. Kewenangan ini tidak dimiliki stakeholders dari Unflor, LSM, kepala desa, lembaga adat, maupun masyarakat. Hal ini
menyebabkan posisi
stakeholders kalangan
pemerintah sangat
kuat
67 dibandingkan dengan stakeholders lain dalam konteks regulasi dan kebijakan
wilayah. Secara
spesifik, BTNKL
memiliki kewenangan
dalam menentukan
kebijakan yang
memadukan kegiatan
pengelolaaan konservasi
dengan pengembangan wilayah di kawasan TNKL. Dengan demikian BTNKL harus
mengkomunikasikan model pengelolaan wilayah yang tidak mengganggu fungsi- fungsi ekosistem TNKL. Sementara itu, stakeholders dinas merupakan pihak
yang berkepentingan dan memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan pembangunan daerah sekitar TNKL. Dalam penelitian ini diketahui bahwa
pemerintah daerah sangat mendukung pengelolaan TNKL. Namun demikian koordinasi perlu terus dilakukan guna meningkatkan hubungan kerja yang baik.
Dalam hal ini kebijakan pembangunan daerah yang tidak diintegrasikan dengan tujuan konservasi akan menjadi sumber tekanan bagi kawasan TNKL yang
berakibat pada degradasi kawasan. Lembaga swadaya masyarakat yang melakukan kegiatannya di sekitar
lokasi penelitian ini adalah Yastim, Swisscontact dan Tananua Flores. Yayasan Tananua Flores merupakan organisasi mandiri yang didirikan sebagai wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kemiskinan masyarakat pedesaan pada khususnya, sekaligus prihatin atas rusaknya lingkungan di Kabupaten Ende pada
umumnya. Kegiatan Tananua
Flores antara lain
melakukan penguatan
kelembagaan adat, meningkatkan kearifan lokal, penguatan komunitas adat, penguatan hak-hak masyarakat akan sumberdaya alam, serta advokasi
kebijakan daerah dalam pengelolaan tanah, air, hutan dan kawasan TNKL. Kepentingan Tananua Flores tersebut bisa berdampak terhadap sinergi atau
tidak sinerginya
dengan pengelolaan
TNKL. Pemahaman
yang lebih
mengutamakan kepentingan peningkatan ekonomi sesaat tanpa memperhatikan keberlanjutannya bagi generasi mendatang akan berdampak buruk terhadap
pengelolaan TNKL. Sementara itu Yastim dan Swisscontact bergerak di bidang pengembangan
potensi pertanian masyarakat desa. Kepentingan kedua LSM tersebut cukup sinergi dengan upaya BTNKL dalam mengupayakan intensifikasi pertanian di
luar kawasan hutan. Dengan demikian peran LSM dalam memediasi dan mengkomunikasikan
informasi serta
menjembatani masyarakat
dengan stakeholders lainnya terutama pemerintah sangat penting.
68 Stakeholders dari kalangan masyarakat petani kopi dalam kawasan dan
masyarakat di sekitar kawasan memiliki kebutuhan untuk melakukan kegiatan langsung pada kawasan TNKL. Dengan demikian dampak pembangunan secara
langsung dirasakan oleh stakeholders ini. Dengan mengakomodasi kebutuhan dan aspirasinya, masyarakat lokal sebenarnya dapat mendukung perlindungan
ekosistem taman nasional Castillo et al. 2005 dalam Adiprasetyo 2010. Oleh karenanya pengelolaan kawasan TNKL harus seminimal mungkin menimbulkan
dampak negatif
dan seoptimal
mungkin menghasilkan
dampak positif.
Keterlibatan stakeholders masyarakat sekitar dalam pengelolaan yaitu dapat berperan sebagai penyangga sosial yang turut menjaga kelestarian kawasan jika
manfaat pengelolaan TNKL dirasakan oleh mereka. Petani kopi dalam kawasan memiliki kepentingan interest yang tinggi yaitu
untuk meningkatkan pendapatan dengan berladangberkebun tanaman kopi dalam kawasan. Masyarakat Saga yang mengklaim mempunyai kepemilikan
lahan dalam kawasan, juga berkeinginan untuk mengelolamembuka kebun kopi baru. Begitu juga dengan lembaga adat Saga yang berkepentingan dalam
menjalankan ritual adatnya yaitu dengan mengambil kayu dari dalam kawasan demi untuk pembangunan rumah adat. Kebutuhan stakeholders tersebut tidak
sejalan dengan fungsi ekosistem TNKL. Akses masyarakat ke dalam kawasan dimungkinkan
akan mengganggu
fungsi habitat
ekosistem TNKL
bagi kelangsungan hidup berbagai flora-fauna yang ada di dalamnya.
Sementara itu masyarakat Wologai Tengah memiliki kepentingan interest terkait dengan kebutuhan ketersediaan air bersih untuk keperluan air minum dan
kebutuhan sehari-hari yang diambil dari dalam kawasan. Selain itu, masyarakat Wologai Tengah juga berkeinginan untuk mengembangkan wisata minat khusus
berupa tracking wisata ke puncak kelimutu, yang terintegrasi dengan lokasi camping ground yang mulai berkembang. Kepentingan stakeholders tersebut
tidak bertentangan dengan fungsi ekosistem TNKL dan dapat sinergi dengan upaya-upaya pengelolaan kawasan ke depan. Wells and Sharma 1998 dalam
Adiprasetyo 2010 menyebutkan bahwa dua aspek yang terbukti penting untuk diperhatikan dalam pengelolaan taman nasional yaitu 1 rekonsiliasi antara
kebutuhan dan aspirasi masyarakat lokal dalam pengelolaan taman nasional, dan 2 rekonsiliasi peluang ekonomi pemanfaatan taman nasional, seperti
pariwisata alam dengan dampak ekologi yang mungkin timbul dari pemanfaatan tersebut.
69 Secara umum, kepentingan interest dan aspirasi stakeholders BTNKL,
pemerintah daerah, Unflor, kepala desa, LSM dan lembaga adat Wologai telah sinergi dengan fungsi ekosistem dan program pengelolaan TNKL. Namun,
kepentingan interest dan aspirasi petani kopi, masyarakat Saga dan lembaga adat Saga yang tidak sinergi dengan program pengelolaan TNKL adalah sebagai
berikut: 1 Pengambilan kayu untuk pembangunan rumah adat
Masyarakat adat Lio yang telah bertahun-tahun mendiami daerah di sekitar kawasan TNKL, memiliki ikatan batin yang kuat dengan keberadaan kawasan
gunung Kelimutu. Ikatan batin ini juga terlihat ketika ritual adat pembangunan rumah adatkeda kanga akan dilaksanakan. Masyarakat adat Lio mempercayai
bahwa untuk membangun rumah adatkeda kanga, kebutuhan kayu akan diambil dari dalam kawasan TNKL melalui mimpi sang ketua adatMosalaki. Pihak
BTNKL telah berupaya melakukan penanaman kayu adat di sekitar lahan masyarakat, namun jenis kayu adat ini perlu pemeliharaan yang intensif. Selain
itu, kayu adat yang jumlahnya masih terbatas dan kecil, maka belum bisa ditebang. Hal ini menuntut perhatian pihak BTNKL untuk memberikan alternatif
bagi masyarakat adat dalam mendapatkan kayu adat tersebut. 2 Kebutuhan lahan untuk berkebun dan klaim kepemilikan atas sebagian lahan
dalam kawasan Hasil penelitian memberikan informasi bahwa sebagian masyarakat Saga
dan petani
kopi dalam
kawasan mengklaim
kepemilikan lahan
serta menginginkan agar mereka diijinkan mengelola kebun kopi dalam kawasan. Kopi
merupakan komoditas pertanian yang memberikan hasil sangat baik di daerah Saga. Petani kopi dalam kawasan mempunyai lahan kebun di luar kawasan
TNKL, namun tidak sesuai dan tidak cukup subur untuk ditanami kopi. Hal ini menyebabkan mereka tetap bertahan untuk melakukan penanaman dan
pemeliharaan kopi di daerah-daerah yang subur dan sesuai untuk tanaman kopi di dalam kawasan TNKL.
Kegiatan perambahan kawasan TNKL dimungkinkan akan mengganggu keutuhan dan kelestarian fungsi ekosistem kawasan. Luas kawasan TNKL hanya
5.356,5 ha, sehingga perambahan kawasan yang beberapa hektar pun dapat mengganggu kelestarian kawasan, serta memungkinkan berdampak pada fungsi
Danau Kelimutu dan beberapa jenis flora dan fauna dalam kawasan TNKL.
70 Berkenaan dengan kompleksitas berbagai kepentingan interest dan
aspirasi stakeholders tersebut di atas, maka konsep co-management dalam pengelolaan TNKL perlu diterapkan untuk menjembatani berbagai kepentingan
tersebut. Hal ini disebutkan oleh Carlsson and Berkes 2005 bahwa dalam penerapan co-management terdapat beberapa kompleksitas antara lain dalam
hal tata pemerintahan, kondisi masyarakat, dan sistem penguasaan. Hal tersebut mestinya menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan strategi
pengelolaan TNKL ke depan.
5.3. Nilai Penting Importance dan Pengaruh Stakeholders 5.3.1. Nilai penting importance stakeholders