54 management, dimana stakeholders duduk bersama untuk membicarakan konflik
kepentingan diantara stakeholders dengan satu pemahaman saling memberi dan menerima untuk mencapai kesepakatan.
87 3
10
37 20
43
telah dilaksanakan tidak memberikan pendapat
belum dilaksanakan
Proses Negosiasi
Desa Wologai Tengah Desa Saga
Gambar 13 Persentase pendapat responden tentang proses negosiasi dalam pengelolaan TNKL.
Sementara itu, sebanyak 37 responden masyarakat Saga mengatakan bahwa telah dilakukan negosiasi dengan pihak BTNKL, sedangkan sebanyak
43 belum. Jumlah yang cukup berimbang antara yang merasa telah dilakukan negosiasi dan yang belum menunjukkan bahwa penerapan co-management
masih pada tahap awal dari keseluruhan proses co-management. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pihak BTNKL telah berupaya untuk menjalin komunikasi
dengan stakeholders namun hasilnya belum menyentuh substansi kepentingan dan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat Desa Saga. Beberapa responden
mengemukakan bahwa sebagian masyarakat belum dilibatkan dalam proses negosiasi pada kegiatan pengelolaan. Sementara itu untuk menerapkan
pengelolaan co-management, perlu memperhatikan keterwakilan bermacam- macam suara dan kepentingan stakeholders Borrini-Feyerabend et al. 2004.
Selain itu, masing-masing pihak hendaknya bersedia untuk bernegosiasi, saling percaya Borrini-Feyerabend et al. 2000; Zachrisson 2008, dan prosesnya lebih
difokuskan pada bagaimana tugas-tugas pengelolaan diorganisasikan pada fungsi, dibanding pada struktur formal dalam sistem Carlsson Berkes 2005.
5.1.4. Kejelasan hak dan tangggung jawab komunitas lokal dengan BTNKL
Penerapan prinsip co-management lainnya yang dianalisis penerapannya dalam penelitian ini adalah kejelasan hak dan tanggung jawab komunitas lokal
dengan BTNKL. Gambar 14 menunjukkan bahwa 74 masyarakat yang
55 menyatakan bahwa hak dan tanggung jawab stakeholders dalam pengelolaan
TNKL di Desa Wologai Tengah telah jelas dan diatur dalam konsensus yang tidak tertulis. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa masyarakat
melaksanakan kegiatan pengamanan kawasan walaupun mereka tidak terlibat dan tergabung dalam keanggotaan Pam Swakarsa. Tanggung jawab yang
diperlihatkan oleh masyarakat Wologai Tengah tersebut memberikan gambaran bahwa keterlibatan masyarakat dalam pengamanan merupakan implikasi dari
kejelasan hak yang diberikan kepada masyarakat, yaitu mereka berhak memanfaatkan sumber air bersih dari dalam kawasan, serta mengelola camping
ground dan kolam pemancingan yang pembangunannya difasilitasi oleh pihak BTNKL dan pemda. Keterlibatan masyarakat tersebut akan meringankan beban
biaya yang dibutuhkan karena para stakeholders saling bahu membahu menyumbangkan
sumberdaya termasuk
informasi maupun
tenaga yang
dimilikinya. Hal ini
merupakan salah satu sasaran yang diharapkan dalam pengelolaan
kawasan dengan
pendekatan co-management
agar fungsi
ekosistem kawasan TNKL dapat terjaga. Sementara itu peran pemerintah baik BTNKL maupun dinas pemda terkait ikut membantu mengembangkan potensi
desa seperti bantuan pengembangan camping ground dan areal pemancingan, serta pengembangan usaha lebah madu dan beberapa bentuk pelatihan.
74 23
3
40 20
40
ada kejelasan tidak memberikan
pendapat belum ada kejelasan
Kejelasan Hakdan Tanggung Jawab
Desa Wologai Tengah Desa Saga
Gambar 14 Persentase pendapat responden tentang kejelasan hak dan tanggung jawab dalam pengelolaan TNKL.
Selanjutnya, terkait
dengan kejelasan
hak dan
tanggung jawab
stakeholders sebagai salah satu prinsip co-management dalam pengelolaan TNKL di Desa Saga terlihat sebanyak 40 responden menyatakan telah ada
56 kejelasan dan 40 lainnya menyatakan belum ada kejelasan dalam kegiatan
pengelolaan. Jumlah yang berimbang tersebut menunjukkan bahwa peluang konflik kepentingan antara masyarakat setempat dengan pihak BTNKL masih
mungkin terjadi. Hal ini berarti bahwa konsep co-management sudah diterapkan namun masih belum mencapai tingkat saling percaya antar stakeholders. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian masyarakat merasa belum dilibatkan dalam setiap kegiatan pengelolaan karena ada keraguan terhadap program
pengelolaan TNKL. Berdasarkan hal tersebut, dalam pengelolaan secara co- management hendaknya BTNKL tidak mengkontrol secara penuh pengelolaan
kawasan, namun juga tidak membiarkan dan tidak melakukan intervensi dan kontribusi sama sekali terhadap pengelolaan. Posisi di tengah, dimana terjadi
pembagian tugas dan tanggung jawab yang berimbang antara pemerintah dengan stakeholders, hendaknya dilaksanakan dengan tahap-tahap pengelolaan
Borrini-Fayerabend et
al. 2004
yaitu mempersiapkan
kemitraan, mengembangkan kesepakatan, serta melaksanakan dan mereview kesepakatan.
5.1.5. Konsensus yang disepakati stakeholders inti