44
sesudah dibuat ladang tidak ditinggalkan bero begitu saja tetapi dibentuk menjadi kebun menetap. Di lahan kebun ini mereka menanam kopi atau
kakaocokelat dengan tanaman inang pada umumnya seperti kemiri, ampupu Eucalyptus urophylla, dadap atau pohon-pohon campuran lainnya.
Pendapatan per kapita Kecamatan Detusoko cukup tinggi yaitu 336 kg beraskapita. Data tersebut menunjukkan bahwa pendapatan per kapita
Kecamatan Detusoko berada di atas garis kemiskinan atau di atas 320 kg beraskapita. Sementara itu pengamatan di tingkat lapangan dan data sekunder
BTNK 2008b, diperoleh informasi bahwa pendapatan per kapita bervariasi antara 150-250 kg beraskapita, yang berarti termasuk miskin dan bahkan sangat
miskin.
4.3.3. Tata guna lahan
Pengggunaan lahan yang dilakukan oleh masyarakat desa penyangga sekitar TNKL meliputi antara lain pekarangan, kebun, ladang, sawah, hutan
rakyatkebun kayu, hutan negara, dan padang rumput Tabel 7. Pekarangan adalah sistem pengelolaan lahan di sekitar rumah tinggal
dengan ditanami tanaman pertanian dan pohon-pohon, sering terdapat juga hewan ternak atau empang ikan. Tidak semua desa penyangga terdapat
pekarangan karena sempitnya lahan untuk tempat tinggal atau susunan rumah adat yang tidak memprioritaskan terbentuknya pekarangan seperti di Nduaria
dan Kelikiku. Walaupun demikian, banyak pekarangan yang telah berkembang dengan baik seperti di Desa Saga dengan rumah yang berjajar di tepi jalan
utama. Kebun, biasanya agak jauh dari rumah tinggal, berkembang pesat di
daerah yang relatif datar. Biasanya kebun terdiri dari 2 atau lebih strata tajuk, yaitu tanaman pokok dan pelindung. Ditemukan 4 atau 5 pola kebun, yaitu dibagi
strata bawah terdiri dari kopi, cokelat, vanili atau salak, kemudian distrata atas terdiri dari ampupu, kemiri, dadap, cengkeh, jambu mete, dan lain-lain.
Sawah di beberapa daerah lembah berkembang bagus, biasanya ada aliran airsungai dari atas gunung-gunung di TNKL seperti Koanara, Wologai,
dan Wolofeo. Hutan rakyat atau kebun kayu, biasanya terdiri dari pohon kayu- kayuan. Adapun jenis-jenis vegetasi yang terdapat di setiap penggunaan lahan
seperti tertera pada Tabel 6.
45
Tabel 6 Jenis tanaman di setiap penggunaan lahan
No Penggunaan Lahan
Strata Bawah Strata Atas
1 Pekarangan Jahe, Kencur, Kopi, Cokelat, Vanili,
Nenas, Jeruk, Pisang, Salak, Jaranan sebagai pagar, Pepaya
Cengkeh, Apukat, Mangga, Nangka, Kelapa, Pinang, Dadap,
Rambutan, Durian, Kelengkeng. 2 Kebun
Kopi, Cokelat, Vanili, Jeruk, Markisa
Kemiri, jambu mete, Asam, Dadap, Ampupu.
3 Ladang Padi, Ketela Pohon, Ubi Jalar,
Sargum, Sayur, Empon empon -
4 Hutan Rakyat Pisang, Mulwo, Juwet, Rumput gajah, Empon empon.
Ampupu, Kemiri, Bambu, Randu, Aren, Tarap, Ficus, kayu Manis,
Durian, Suren, Kayu Masohi. Sumber: RPJP TN Kelimutu Periode 2009-2029
Dari data pada Tabel 7 nampak bahwa lahan tergarap sudah dikurangi hutan negara adalah 6.852 Ha, dengan jumlah keluarga 3.337 KK. Oleh karena
itu lahan tergarap hanya 2.0 haKK atau setengahnya dari luas penguasaan lahan.
Tabel 7 Data penggunaan lahan Kecamatan Detusoko
No Tata Guna Lahan
Luas Ha Keterangan
1 Sawah
935 6,60
Jumlah KK = 3.337 2
Pekarangan 1.403
10,02 Lahan tergarap = 6.852 Ha
3 Kebun
1.502 10,73
4 Ladang
1.205 8,60
5 Padang
204 1,40
6 Tak diusahakan
1.167 8,30
7 Hutan rakyat
401 2,80
8 Hutan Negara
7.145 51,00
9 Perkebunan
5 0,03
10 Rawa
10 0,06
11 Empang
5 0,03
12 Lain-lain
15 0,09
Jumlah 13.997
100,00
Sumber: RPJP TN Kelimutu Periode 2009-2029
4.4. Adat Istiadat dan Budaya Masyarakat di Sekitar Kawasan