18 pada tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan
suatu kegiatan dalam kawasan taman nasional. Tabel 1 Faktor pendukung co-management
No Indikator
Dephut 2004
Borrini- Fayerabend 2000
Knigt and Tighe 2003
Kusumanto et al. 2006
1 Kemitraan
2 Pembagian wewenang dan
tanggung jawab
3
Kesepakatan
4
Kerjasama
5
Partisipasi
6
Pengakuan hak, sederajat
7 Saling percaya dan menghargai
8
Berbagi keuntungan
9
Peningkatan ketrampilan dan kemampuan lokal
Beberapa jenis kegiatan yang dapat dikolaborasikan dengan masyarakat dalam taman nasional Dephut 2004 antara lain kegiatan rehabilitasi kawasan,
wisata alam, pelaksanaan perlindungan dan pengamanan, serta program peningkatan
kesejahteraan dan
kesadaran masyarakat.
Pada kegiatan
rehabilitasi kawasan, bentuk kemitraan bersama stakeholders bisa dilakukan dalam hal penyediaan jenis bibit sekaligus kegiatan penanamannya. Pada
kegiatan wisata alam, bentuk kemitraan bersama stakeholders bisa dilakukan dalam hal penyusunan rencana aktivitas wisata alam yang dikaitkan dengan
wisata adat budaya, beserta program interpretasinya. Selain itu, keterlibatan stakeholders dalam kegiatan wisata alam dapat dilakukan dengan pembentukan
guidepemandu wisata lokal yang menguasai interpretasi wisata alam taman nasional. Pada kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan, kemitraan
bersama stakeholders dilakukan dengan perencanaan dan pembentukan kelompok pengamanan swakarsa oleh masyarakat setempat. Di samping itu,
pemerintah dan
stakeholders juga
mempunyai tanggung
jawab untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat sekaligus turut merencanakan program peningkatan kesejahteraannya. Kegiatan dalam hal ini berupa berbagai kegiatan
penyuluhan dan pelatihan yang direncanakan bersama masyarakat.
2.7. Teknik Interpretative Structural Modeling ISM
Teknik Interpretative
Structural Modeling
ISM merupakan
suatu metodologi dengan menggunakan bantuan komputer yang dapat
membantu suatu kelompok untuk mengidentifikasi hubungan antara gagasanide dan
19 struktur penentu dalam sebuah masalah yang kompleks Eriyatno Sofyar
2007. Teknik ISM mengkaji kelompok dimana model-model struktural dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari suatu sistem, melalui pola yang
dirancang secara seksama dengan menggunakan grafik serta kalimat. ISM ini menyediakan suatu keadaan yang sangat baik untuk memperoleh keragaman
dan sudut pandang yang berbeda dalam sebuah konsep kompleks yang lebih baik.
Prinsip dasarnya adalah identifikasi dan struktur didalam suatu sistem akan memberikan nilai manfaat yang tinggi guna meramu sistem secara efektif dan
pengambilan keputusan yang lebih tinggi. Dalam teknik ISM, program yang ditelaah perjenjangan strukturnya dibagi menjadi elemen-elemen dimana setiap
elemen selanjutnya diuraikan menjadi sejumlah subelemen. Studi dalam perencanaan program yang terkait memberikan pengertian mendalam terhadap
berbagai elemen dan peranan kelembagaan guna mencapai solusi yang lebih baik dan mudah diterima. Teknik ISM memberikan basis analisa dimana
informasi yang dihasilkan sangat berguna dalam formulasi kebijakan serta perencanaan strategis. Menurut Saxena 1992 dalam Marimin 2005 bahwa
program dapat dibagi menjadi sembilan elemen yaitu: 1. Sektor masyarakat yang terpengaruh
2. Kebutuhan dari program 3. Kendala utama
4. Perubahan yang dimungkinkan 5. Tujuan dari program
6. Tolok ukur untuk menilai setiap tujuan 7. Aktivitas yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan.
8. Ukuran aktivitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai oleh setiap aktivitas. 9. Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program.
Untuk setiap elemen dari program yang dikaji, selanjutnya dijabarkan menjadi sub elemen. Kemudian ditetapkan hubungan kontekstual antara sub
elemen yang mengandung adanya suatu pengarahan pada perbandingan berpasangan. Hubungan kontekstual pada teknik ISM selalu dinyatakan dalam
terminologi sub ordinat yang menuju pada perbandingan berpasangan antara sub elemen yang mengandung suatu arahan pada hubungan tersebut. Menurut
Eriyatno 2003 dalam Adiprasetyo 2010 hubungan kontekstual dapat bersifat kualitatif atau kuantitatif. Keterkaitan antar sub elemen dapat meliputi berbagai
20 jenis hubungan seperti perbandingan, pernyataan, pengaruh, keruangan, atau
kewaktuan. Berdasarkan hubungan kontekstual tersebut, maka disusun Structural Self
Interaction Matrix SSIM dengan menggunakan simbol VAXO sebagai berikut: V ... hubungan dari elemen E
i
terhadap E
j
, tetapi tidak sebaliknya. A... hubungan dari elemen E
j
terhadap E
i
, tetapi tidak sebaliknya. X... hubungan interrelasi antara E
i
dan E
j
dapat sebaliknya O ..E
i
dan E
j
tidak ada hubungan. Marimin 2005 menguraikan bahwa metodologi dan teknik ISM dibagi
menjadi dua bagian yaitu penyusunan hirarki dan pengelompokan sub elemen. Untuk menentukan klasifikasi sub elemen digunakan nilai driver power dan
dependence yang digolongkan dalam empat sektor yaitu: -
Sektor 1: weak driver – weak dependent variable autonomous. Sub elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem, dan
mungkin mempunyai hubungan sedikit. Walaupun hubungan tersebut bisa saja kuat namun dalam penentuan strategi pengelolaan, sub elemen pada
sektor ini dapat diabaikan. -
Sektor 2: weak driver – strongly dependent variables dependent. Sub elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya sub elemen yang tidak
bebas. Dalam strategi pengelolaan, sub elemen pada sektor ini didefinisikan sebagai akibat dari pengaruh sub elemen yang terdapat pada sektor IV dan
III. -
Sektor 3: strong driver – strongly dependent variable linkage. Sub elemen yang masuk dalam sektor ini harus dikaji secara hati-hati, sebab hubungan
antara sub elemen tidak stabil. Setiap tindakan pada sub elemen akan memberikan dampak terhadap sub elemen lainnya dan pengaruh umpan
baliknya dapat memperbesar dampak. Dalam strategi pengelolaan, sub elemen pada sektor ini dapat menyukseskan program atau bahkan
menggagalkan program. -
Sektor 4: strong driver – weak dependent variables Independent. Sub
elemen yang masuk dalam sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem dan disebut juga peubah bebas. Dalam strategi pengelolaan, sub elemen pada
sektor ini sangat mempengaruhi sub elemen pada sektor lainnya sehingga perlu dimaksimalkan pengelolaannya karena dapat menyukseskan program.
21
III. METODE PENELITIAN