Konsensus yang disepakati stakeholders inti

56 kejelasan dan 40 lainnya menyatakan belum ada kejelasan dalam kegiatan pengelolaan. Jumlah yang berimbang tersebut menunjukkan bahwa peluang konflik kepentingan antara masyarakat setempat dengan pihak BTNKL masih mungkin terjadi. Hal ini berarti bahwa konsep co-management sudah diterapkan namun masih belum mencapai tingkat saling percaya antar stakeholders. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian masyarakat merasa belum dilibatkan dalam setiap kegiatan pengelolaan karena ada keraguan terhadap program pengelolaan TNKL. Berdasarkan hal tersebut, dalam pengelolaan secara co- management hendaknya BTNKL tidak mengkontrol secara penuh pengelolaan kawasan, namun juga tidak membiarkan dan tidak melakukan intervensi dan kontribusi sama sekali terhadap pengelolaan. Posisi di tengah, dimana terjadi pembagian tugas dan tanggung jawab yang berimbang antara pemerintah dengan stakeholders, hendaknya dilaksanakan dengan tahap-tahap pengelolaan Borrini-Fayerabend et al. 2004 yaitu mempersiapkan kemitraan, mengembangkan kesepakatan, serta melaksanakan dan mereview kesepakatan.

5.1.5. Konsensus yang disepakati stakeholders inti

Penerapan prinsip co-management selanjutnya yang dianalisis dalam penelitian ini adalah konsensus yang disepakati. Gambar 15 menunjukkan bahwa di dalam pengelolaan TNKL, telah ada konsensus yang disepakati antara masyarakat Desa Wologai Tengah dengan pihak BTNKL. Persentase masyarakat yang menyatakan bahwa telah ada konsensuskesepakatan yang disepakati bersama antara masyarakat dengan pihak BTNKL sebanyak 53 dan pernyataan masyarakat tersebut berada pada kategori tinggi. Pendapat yang dikemukakan oleh masyarakat tentang keberadaan konsensuskesepakatan di Desa Wologai Tengah didukung oleh pernyataan tokoh adat Wologai yang mengemukakan bahwa masyarakat berkewajiban menjaga keamanan kawasan TNKL, sedangkan pihak pemerintah membantu pengembangan ekonomi masyarakat dalam hal pembiayaan, serta pihak lembaga adat menyediakan sebidang tanah ulayatnya untuk pengembangan ekonomi tersebut berupa lokasi pembangunan camping ground dan area kolam pemancingan. Sementara itu responden di Desa Saga yang menyebutkan telah ada konsensus sebanyak 37 sedangkan yang menyebutkan belum ada konsensus sebanyak 40. Kondisi yang berimbang tersebut dimungkinkan karena beberapa masyarakat beranggapan bahwa kesepakatan torajaji yang dibuat pada tahun 2002 telah memuaskannya, karena selain demi kelestarian kawasan dan 57 keberlangsungan fungsi ekosistem, beberapa masyarakat telah dilibatkan dalam beberapa kegiatan pengelolaan bersama TNKL. Namun bagi masyarakat yang kurang puas dengan kesepakatan tersebut, selain karena desakan kepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidup, juga karena merasa tidak dilibatkan dalam kegiatan pengelolaan sehingga tetap menginginkan dilakukan kesepakatan ulang. 53 30 17 37 23 40 telah ada konsensus tidak memberikan pendapat belum ada konsensus Konsensusyang Disepakati Desa Wologai Tengah Desa Saga Gambar 15 Persentase pendapat responden tentang konsensus yang disepakati dalam pengelolaan TNKL. Berdasarkan hal tersebut di atas, menunjukkan bahwa pengelolaan TNKL di Desa Saga merupakan proses co-management yang masih pada tahap awal. Oleh karena itu konsensus yang disepakati bersama akan ditemukan seiring dengan penerapan prinsip belajar dan adaptasi sosial, komunikasi yang intensif antar stakeholders inti, serta prinsip saling percaya Berkes 2009 untuk melakukan pengelolaan secara bersama dan demi kepentingan bersama.

5.2. Stakeholders, Kepentingan interest dan Aspirasi