Analisis penerapan prinsip co-management dalam pengelolaan TNKL pada saat ini Analisis stakeholders

25 Pengelolaan TNKL 1. Identifikasi stakeholders 2. Kepentingan interest dan aspirasi stakeholders 3. Klasifikasi stakeholders 1. Lembaga dan pelaku yang terlibat 2. Kebutuhan dari program 3. Kendala utama dalam pengelolaan TNKL 4. Tujuan dari pengelolaan TNKL 5. Kegiatan yang diperlukan Upaya co-management TNKL Penerapan prinsip co- management Strategi Pengelolaan TNKL Analisis Stakeholders Analisis penerapan prinsip co-management Analisis strategi dengan teknik ISM Gambar 4 Tahapan penelitian.

3.5.1. Analisis penerapan prinsip co-management dalam pengelolaan TNKL pada saat ini

Analisis penerapan prinsip co-management pada penelitian ini akan melihat sejauhmana prinsip co-management telah dilaksanakan dalam pengelolaan TNKL pada kondisi saat ini existing. Prinsip co-management Kassa 2009 yang dijadikan parameter dalam penelitian ini yaitu 1 partisipasi komunitas lokal, yaitu antusiasme untuk terlibat dan ikut serta dalam pengelolaan karena motivasinya; 2 pengakuan terhadap hak masyarakat adat, yaitu pengakuan terhadap hak masyarakat lokal atas nilai-nilai kearifan lokal dan pengelolaan tradisional; 3 ada proses negosiasi, yaitu komunikasi dua arah antar stakeholders inti yang duduk bersama mengkomunikasikan pandangan yang berbeda; 4 kejelasan hak dan tanggung jawab komunitas lokal dengan BTNKL, 26 yaitu stakeholders yang terlibat mengerti secara penuh dengan peran yang jelas dan sikap saling percaya; serta 5 ada konsensus yang disepakati oleh stakeholders inti, yaitu kesepakatan bersama yang diperoleh dari hasil negosiasi terhadap perbedaan kepentingan yang dijadikan kontrol oleh masing-masing stakeholders dalam pengelolaan TNKL. Selanjutnya untuk mengukur seberapa besar penerapan prinsip co- management dalam pengelolaan TNKL akan diukur berdasarkan skala Chapin Kassa 2009 yakni apabila persentase penerapannya:  ≤ 25 maka penerapannya rendah,  25 – 50 penerapannya sedang, dan  50 maka dapat dikatakan bahwa penerapan prinsip co-management dalam pengelolaan TNKL berada pada kategori yang baiktinggi.

3.5.2. Analisis stakeholders

Untuk mengetahui kepentingan dan aspirasi stakeholders, karakteristik permasalahan, serta klasifikasi stakeholders dalam pengelolaan TNKL, dilakukan dengan analisis stakeholders. Analisis stakeholders dilaksanakan dengan menentukan maksud analisis, identifikasi stakeholders, penilaian atribut stakeholders, dan menyusun analisis untuk melengkapi hal-hal yang telah ditemukan yang diintegrasikan ke dalam fungsi ekosistem TNKL. Stakeholders yaitu individu, kelompok atau institusi yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh kebijakan atau tindakan dalam pengelolaan TNKL. Identifikasi stakeholders merupakan proses yang dilakukan secara berulang, hingga ditetapkan stakeholders yang benar-benar mengetahui pengelolaan taman nasional melalui pendekatan co-management. Jika pembatasan stakeholders telah ditetapkan sejak awal, maka stakeholders memang dapat lebih mudah teridentifikasi. Namun, hal ini mengandung resiko bahwa beberapa stakeholders akan terabaikan, dan tentu saja identifikasi ini menjadi tidak relevan lagi Reed et al. 2009. Penentuan stakeholders ditetapkan melalui kombinasi pendapat pakar, wawancara dan snowball sampling. Setelah para stakeholders teridentifikasi, maka langkah selanjutnya yaitu mengkaji kepentingan interest dan aspirasinya. Pada analisis ini dilakukan pencermatan terhadap faktor-faktor yang menjadi kebutuhan Hartrisari 2007 dan aspirasi stakeholders terhadap tujuan pengelolaan TNKL, yaitu kesesuaian terhadap kelestarian fungsi ekosistem TNKL dan program pengelolaan TNKL. 27 Kategori fungsi ekosistem yang dikaji dalam penelitian ini de Groot et al. 2002; de Groot 2006 adalah: fungsi regulasi, fungsi habitat, fungsi produksi, fungsi informasi, serta carrier functions. Sementara itu, program-program pengelolaan TNKL Dephut 2004 yang dikaji adalah program rehabilitasi kawasan; program pengembangan wisata alam yang meliputi perencanaan aktivitas dan interpretasi wisata; program perlindungan dan pengamanan kawasan; serta program pembinaan partisipasi masyarakat yang meliputi peningkatan kesejahteraan, peningkatan kesadaran, pendidikan dan pelatihan. Langkah selanjutnya yaitu mengelompokkan dan membedakan antar stakeholders berdasarkan posisinya terkait nilai penting importance dan pengaruhnya dalam pengelolaan TNKL. Metode analisis yang digunakan yaitu menggunakan matriks pengaruh dan nilai penting. Menurut Groenendijk 2003 pengaruh influence merupakan kekuatan power yang dimiliki stakeholders untuk mengontrol pengambilan keputusan, memfasilitasi pelaksanaannya atau bahkan memaksa untuk melaksanakan keputusan yang diambil tersebut. Pengaruh dipahami sebagai kemampuan stakeholders untuk mendesak stakeholders lainnya dalam membuat keputusan atau mengikuti tindakan tertentu. Sementara itu, nilai penting importance menunjukkan prioritas stakeholders terhadap pengelolaan fungsi ekosistem dalam memberikan kepuasan pada kebutuhan dan kepentingannya. Stakeholders mempunyai nilai penting tinggi terhadap pengelolaan TNKL jika mempunyai masalah, kebutuhan dan kepentingan yang sangat relevan terhadap fungsi-fungsi ekosistem TNKL. Menurut Eden and Ackermann 1998 yang dikutip oleh Bryson 2004 dan Reed et al. 2009 matriks pengaruh dan kepentingan disusun untuk mengklasifikasikan stakeholders ke dalam key players, context setters, subjects, dan crowd. Key players merupakan stakeholders yang aktif karena mereka mempunyai nilai penting importance dan pengaruh yang tinggi terhadap permasalahan dan konflik pengelolaan taman nasional. Context setters memiliki pengaruh yang tinggi tetapi nilai penting terhadap keberhasilan program kecil. Oleh karena itu, mereka dapat menjadi resiko yang signifikan sehingga harus dipantau. Subjects memiliki nilai penting importance yang tinggi tetapi pengaruhnya rendah dan walaupun mereka mendukung kegiatan, kapasitasnya terhadap dampak mungkin tidak ada. Namun, mereka dapat menjadi berpengaruh jika membentuk aliansi dengan stakeholders lainnya. Crowd merupakan stakeholders yang memiliki sedikit nilai penting importance dan 28 pengaruh terhadap hasil yang diinginkan dan hal ini menjadi pertimbangan untuk mengikutsertakannya dalam pengambilan keputusan. Pengaruh dan nilai penting importance akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu, sehingga perlu menjadi bahan pertimbangan. Penyusunan matriks pengaruh dan nilai penting importance dilakukan atas dasar pada deskripsi pernyataan informan yang dinyatakan dalam ukuran kuantitatif skor, dan selanjutnya dikelompokkan menurut kategorinya. Penetapan skoring mengacu pada model yang dikembangkan oleh Abbas 2005 yaitu pengukuran data berjenjang lima yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Ukuran kuantitatif terhadap nilai penting dan pengaruh stakeholders Skor Kriteria Keterangan Nilai Penting Importance Stakeholders 5 Sangat tinggi Sangat relevan terhadap keberhasilan pengelolaan TNKL 4 Tinggi Relevan terhadap keberhasilan pengelolaan TNKL 3 Cukup tinggi Cukup relevan terhadap keberhasilan pengelolaan TNKL 2 Kurang tinggi Kurang relevan terhadap keberhasilan pengelolaan TNKL 1 Rendah Tidak relevan terhadap keberhasilan pengelolaan TNKL Pengaruh Stakeholders 5 Sangat tinggi Sangat mampu mempengaruhi pengelolaan TNKL 4 Tinggi Mampu mempengaruhi pengelolaan TNKL 3 Cukup tinggi Cukup mampu mempengaruhi pengelolaan TNKL 2 Kurang tinggi Kurang mampu mempengaruhi pengelolaan TNKL 1 Rendah Tidak mampu mempengaruhi pengelolaan TNKL Kriteria yang digunakan untuk mengukur nilai penting importance stakeholders dalam menentukan keberhasilan pengelolaan TNKL, yaitu berdasarkan relevansi kepentingannya dengan fungsi ekosistem TNKL. Skor tinggi diberikan kepada stakeholders yang menjadi sasaran pengelolaan, stakeholders yang kebutuhan dan harapan-harapannya relevan dengan fungsi ekosistem, serta stakeholders yang menentukan keberhasilan pengelolaan fungsi ekosistem. Fungsi ekosistem TNKL, yaitu fungsi regulasi, habitat, produksi, informasi dan carrier de Groot et al. 2002; de Groot 2006, dijelaskan sebagai berikut: 1 Fungsi regulasi; yaitu nilai penting stakeholders terhadap kelestarian fungsi ekosistem TNKL dalam mengatur proses-proses ekologis yang esensial serta sistem pendukung kehidupannya yang bermanfaat secara langsung maupun 29 tidak langsung, seperti pemeliharaan kualitas udara, penyediaan air bersih, perlindungan tanah dari erosi, serta jasa ekologi lainnya. 2 Fungsi habitat; yaitu nilai penting stakeholders terhadap kelestarian fungsi ekosistem TNKL sebagai tempat berlindung dan berkembangbiaknya berbagai flora dan fauna. Pada kriteria ini, fungsi habitat lebih ditekankan pada kebutuhan kondisi ruang yang dapat memelihara keanekaragaman biotik dan genetik serta mendukung proses evolusi yang terjadi. 3 Fungsi produksi; yaitu nilai penting stakeholders terhadap kelestarian berbagai sumberdaya yang dihasilkan oleh TNKL untuk memenuhi kebutuhan mulai dari makanan, bahan baku, sampai bahan genetik dan sumberdaya energi. 4 Fungsi informasi; yaitu nilai penting stakeholders terhadap kelestarian ekosistem alam TNKL yang memberikan kontribusi bagi pemeliharaan kesehatan manusia, dengan menyediakan tempat untuk berefleksi menikmati pemandangan keindahan jalan, perkampungan dan lain-lain, perjalanan berekreasiekowisata, budaya, pendidikan dan pengembangan spiritual. 5 Carrier function; yaitu nilai penting stakeholders terhadap kelestarian ekosistem TNKL dalam menyediakan ruang untuk kebutuhan beraktivitas manusia seperti ruang dalam kawasan TNKL untuk tempat beraktivitas wisata dan jalan penghubung antar desa. Pengaruh stakeholders terhadap pengelolaan TNKL melalui pendekatan co-management diukur berdasarkan instrumen dan sumber kekuatan, sebagaimana yang disebutkan oleh Galbraith 1983 dalam Reed et al. 2009, sebagai berikut: 1 Instrumen kekuatan: a. Candign power; yaitu pengaruh stakeholders tertentu karena memiliki kemampuan memberikan hukumansanksi yang sepadanselayaknya terhadap stakeholders lain. Pengaruh ini diperoleh melalui emosi, keuangan, ancaman fisik, sanksi adat, sanksi hukum, atau sanksi lainnya. b. Compensatory power; yaitu pengaruh yang diperoleh melalui kemampuan dalam mengkompensasi stakeholders lainnya melalui simbolisasi, keuangan, serta penghargaan berupa materi, seperti pemberian gajiupah, bribessogokan, pemberian bantuan desa penyangga, atau pemberian sebidang lahan. 30 c. Conditioning power; yaitu pengaruh yang diperoleh melalui manipulasi kepercayaan atau pembentukan opini dan informasi, misalnya melalui kelompok yang sepadan, norma budaya, pendidikan, atau propaganda. 2 Sumber kekuatan: a. Personality power dan property power; yaitu pengaruh yang diperoleh berdasarkan kepribadian, kepemimpinan seseorang karisma, kekuatan fisik, kecerdasan mental, atau pesona seseorang, atau kepemilikankekayaan. b. Organisation power; yaitu pengaruh dari suatu organisasi karena memiliki massa, jejaring kerja, kesesuaian bidang tugas, atau kontribusi fasilitas. Berdasarkan data jawaban stakeholders yang teridentifikasi terhadap tingkat nilai penting dan pengaruhnya, selanjutnya disusun ke dalam matriks pengaruh dan nilai penting Gambar 5. ti n g g i tinggi rendah re n d a h PENGARUH Crowd Context setters Subjects Key players N IL A I P E N T IN G I M P O R T A N C E Sumber: dengan modifikasi dari Eden Ackermann 1998 dalam Bryson 2004; dan Reed et al. 2009 Gambar 5 Matriks pengaruh dan nilai penting. Posisi pada kuadran menggambarkan ilustrasi kategori masing-masing stakeholders dalam pengelolaan TNKL yaitu subject nilai penting tinggi tetapi pengaruh rendah, key players nilai penting dan pengaruh tinggi, context setters nilai penting rendah tetapi pengaruh tinggi, dan crowd nilai penting dan pengaruh rendah. Stakeholders kunci adalah subject, key players, dan context setters, karena mereka cukup signifikan mempengaruhi keberhasilan pengelolaan TNKL Groenendijk 2003. Sementara itu stakeholders yang berada 31 pada crowd, mendapatkan perhatian dan prioritas yang rendah atau bisa diabaikan dari aktifitas pengelolaan TNKL.

3.5.3. Analisis strategi pengelolaan dengan pendekatan co-management