87 pada pengelolaan TNKL dengan pendekatan co-management. Sub elemen
tersebut merupakan kekuatan penggerak driver power yang besar dengan tingkat ketergantungan dependence yang rendah terhadap sub elemen kendala
lainnya. Sub elemen pada sektor II terdiri dari ketidakpercayaan masyarakat terhadap programkegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintahpihak BTNKL,
belum jelasnya kesepakatan dalam pengelolaan antara masyarakat dengan pihak
BTNKL, ketergantungan
masyarakat terhadap
sumberdaya dalam
kawasan TNKL, belum adanya komitmen dalam pengelolaan bersama, serta keengganan pemerintahpihak BTNKL untuk berbagi hak dan tanggung jawab
pengelolaan, merupakan peubah dependent, yang berarti sub elemen tersebut terpengaruh oleh sub elemen lain dalam pengelolaan TNKL dengan pendekatan
co-management.
Gambar 21 Posisi sub elemen kendala utama dalam pengelolaan TNKL melalui pendekatan co-management pada Grafik Driver Power –
Dependence. Sub elemen paradigma preservationist pihak BTNKL berada pada sektor I
autonomus yang merupakan sub elemen yang tidak terkait dengan sistem. Walaupun demikian, sub elemen kendala tersebut mungkin dapat mempengaruhi
kendala utama lainnya. Model struktur elemen kendala utama sebagaimana Gambar 22 terdiri dari
5 tingkat. Kurangnya koordinasi internal BTNKL serta kurangnya koordinasi antar stakeholders inti merupakan elemen kunci kendala utama.
Sub elemen ini menjadi penggerak utama dan mempengaruhi sub elemen pada tingkat di
bawahnya.
8 7
3, 4, 9 1, 10
2 5, 6
DEPENDENCE
88
Level 1
Level 4 Level 2
Level 3 Ketidakpercayaan masyarakat
terhadap program kegiatan yang dilaksanakan oleh pengelola
Keengganan pengelola untuk berbagi hak dan tanggung
jawab pengelolaan Belum jelasnya kesepakatan dalam pengelolaan antara
masyarakat dengan pengelola
Rendahnya kapasitas SDM masyarakat setempat
Lemahnya peran pemda terkait alokasi anggaran
Kurangnya komitmen internal pengelola
Kurangnya koordinasi antar stakeholders inti
Level 5 Belum adanya komitmen
dalam pengelolaan bersama
Ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya dalam
kawasan TNKL
Gambar 22 Diagram model struktural dari elemen kendala utama dalam pengelolaan TNKL melalui pendekatan co-management.
Berdasarkan hasil pengolahan dengan teknik ISM terhadap elemen kendala utama, terdapat elemen kunci yaitu kurangnya komitmen internal BTNKL
maupun kurangnya koordinasi antara komunitas lokal dengan BTNKL. Sebagai sebuah konsep, pentingnya koordinasi telah disadari oleh stakeholders, namun
sebagai sebuah proses riil, koordinasi cenderung menjadi slogan yang mudah diucapkan namun sulit diimplementasikan dan menjadi penyebab bagi kegagalan
berbagai institusi dalam melaksanakan tupoksinya. Koordinasi merupakan sistem yang
kompleks dan
melibatkan berbagai
pihak karena
perubahan situasilingkungan yang begitu cepat, menuntut interaksi antar stakeholders yang
semakin cepat pula. Kegagalan dalam koordinasi disebabkan karena kegagalan di dalam membangun tujuan organisasi Moekayat 1994, dalam Karyana 2007.
Koordinasi membutuhkan pertukaran informasi yang intensif antar semua pihak untuk mengkonfirmasi sejumlah data detail sumberdaya untuk mencapai tujuan.
89 Berdasarkan hasil wawancara, pelaksanaan koordinasi oleh pihak BTNKL
telah sering dilakukan. Dalam rangka koordinasi internal, pelaksanaan rapat rutin bulanan maupun pertemuan dalam rangka pemantapan sebelum suatu kegiatan
dilaksanakan, telah dilaksanakan oleh pihak BTNKL. Begitu juga dengan rapat- rapat koordinasi dengan stakeholders terkait, yang dimulai dengan penyusunan
rencana kegiatan di tingkat desa hingga di kabupaten. Namun, koordinasi yang dilakukan terhadap masyarakat sekitar TNKL sebagai stakeholders inti masih
kurang. Koordinasi yang telah dilakukan, nampaknya belum menyentuh substansi
dari tujuan pelaksanaan kegiatannya. Pemahaman yang muncul menganggap bahwa power sharing yang diterapkan merupakan hasil akhir dari suatu
pengelolaan kawasan, padahal mestinya hal tersebut baru merupakan titik awal suatu proses co-management dalam sistem pengelolaan TNKL. Disamping itu,
terkait lemahnya peran pemerintah daerah dalam alokasi anggaran untuk kegiatan pemberdayaan desa sekitar TNKL, perlu didukung dengan pendanaan
dari pihak BTNKL. Koordinasi yang diterapkan bersama stakeholders termasuk dinas terkait akan menguntungkan sistem pengelolaan TNKL ke depan,
termasuk dukungan nyata dari pemerintah daerah dalam hal arahan kebijakan pemberdayaan desa.
5.4.4. Tujuan dari pengelolaan dengan pendekatan co-management