Peningkatan Harga Upah Tenaga Kerja

184 memang sudah biasa terjadi saat awal musim tanam seperti halnya peningkatan harga obat-obatan dan sangat jarang sekali peningkatan harga pupuk terjadi pada seluruh jenis pupuk. Upaya yang biasa dilakukan petani non mitra untuk menekan risiko yang disebabkan peningkatan harga pupuk adalah dengan mengganti komposisi pupuk atau mengganti jenisnya. Lebih lanjut pada Tabel 13, didapat kesimpulan bahwa petani mitra dan non mitra memiliki perbedaan penilaian terhadap tingkat risiko yang disebabkan peningkatan harga pupuk. Hal ini disebabkan terdapat perbedaan pendapat dalam menyikapi peningkatan harga pupuk. Petani non mitra lebih toleran terhadap peningkatan harga pupuk yang biasa terjadi setiap awal musim tanam. Sedangkan petani mitra yang memiliki pendapat lebih teknis, dalam hal ini sudah dapat terlihat bahwa kemitraan dapat merubah pola pikir petani mitra sehingga lebih taktis dalam penggunaan pupuk.

c. Peningkatan Harga Upah Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan sumberdaya yang penting dalam usahatani kedelai edamame. Hal ini dapat mempengaruhi efisiensi biaya produksi. Penggunaan tenaga kerja yang terampil, berpendidikan, dan berpengalaman sangat penting bagi kelangsungan usahatani kedelai edamame, guna mendukung kegiatan operasional perusahaan. Petani responden menggunakan buruh tani yang ada disekitar Kecamatan Megamendung atau tidak jarang anggota keluarga dilibatkan dalam kegiatan budidaya kedelai edamame, dengan alasan untuk menghemat pengeluaran. Sampai saat ini peran serta PT Saung Mirwan untuk meningkatkan keterampilan sumber daya manusia dalam membudidayakan kedelai edamame hanya terbatas pada petani yang terdaftar sebagai mitra PT Saung Mirwan. Berdasarkan Tabel 13 beberapa petani mitra menganggap bahwa tingkat risiko yang diakibatkan peningkatan harga upah tenaga kerja adalah tinggi, sedangkan sebagian besar petani menganggap bahwa peningkatan harga upah tenaga kerja adalah sedang. Hal ini disebabkan pengusahaan kedelai edamame memerlukan tenaga kerja yang banyak terutama pada proses pengolahan lahan, penyiangan, dan pemanenan. Apabila terjadi peningkatan upah tenaga kerja maka akan sangat mempengaruhi pada struktur biaya. Menurut pengakuan petani mitra, 185 biaya tenaga kerja merupakan komponen biaya yang paling besar. Akan tetapi peningkatan upah tenaga kerja ini sangat jarang terjadi, sehingga sebagian besar petani mitra menganggap bahwa tingkat risiko peningkatan harga upah tenaga kerja adalah sedang. Sebagian petani mitra menganggap bahwa tingkat risiko yang disebabkan peningkatan harga upah tenaga kerja adalah rendah. Hal ini disebabkan peningkatan harga upah tenaga kerja jarang terjadi. Petani mitra lebih memilih mengerjakan sendiri atau menggunakan tenaga kerja dalam keluarga untuk mengerjakan hal-hal yang dianggap ringan, seperti pemupukan dan penyemprotan untuk lebih menghemat biaya. Selain itu, petani dapat mencari buruh tani dari daerah lain yang lebih murah. Pada Tabel 13, sebagian besar petani non mitra menganggap bahwa tingkat risiko yang disebabkan peningkatan harga upah tenaga kerja adalah sedang, hanya beberapa petani saja yang menganggap bahwa pengingkatan upah tenaga kerja memiliki tingkat risiko tinggi dan sebagian petani menganggap tingakat risiko yang disebabkan peningkatan harga upah tenaga kerja adalah rendah. Hal ini disebabkan peningkatan harga upah tenaga kerja memang disadari petani non mitra akan mengurangi pendapatan mereka. Namun kesepakatan upah tenaga kerja yang terjadi antara petani kedelai edamame dan buruh tani, selain ditentukan oleh harga pasar yang berlaku di Kecamatan Megamendung. Hal ini juga dipengaruhi kesepakatan antara pemiliki tanah dan buruh tani, jadi kenaikan harga upah tenaga kerja tidak terlalu siginifikan. Selain itu, alasan yang dikemukakan petani non mitra hampir sama dengan petani mitra. Petani non mitra lebih memilih mengerjakan sendiri atau menggunakan tenaga kerja dalam keluarga untuk mengerjakan pekerjaan yang dianggap ringan. Sehingga sebagian besar petani non mitra menganggap bahwa peningkatan harga upah tenaga kerja dianggap memiliki tingkat risiko sedang. Upah yang biasa dibayarkan petani responden untuk tenaga kerja pria rata-rata sebesar Rp20.000,- per hari selama lima jam kerjahari, sedangkan untuk tenaga kerja wanita rata-rata sebesar Rp15.000,-per hari selama lima jam kerjahari. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani responden, perbedaan upah antara tenaga kerja pria dan wanita, dikarenakan jenis pekerjaan 186 yang berbeda. Jenis pekerjaan yang dikerjakan tenaga kerja pria dianggap lebih banyak memerlukan kemampuan fisik dibandingkan jenis pekerjaan wanita. Jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk budidaya kedelai edamame cenderung besar sehingga biaya yang harus dialokasikan petani responden untuk upah tenaga kerja merupakan komponen biaya terbesar pada struktur biaya usahatani kedelai edamame. Berdasarkan penjelasan Tabel 13, dapat disimpukan bahwa tingkat risiko peningkatan upah tenaga kerja adalah sedang. Sebaran penilaian petani terhadap tingkat risiko yang disebabkan peningkatan upah tenaga kerja memiliki kecenderungan yang sama. Hal ini disebabkan harga upah yang berlaku bagi petani mitra dan non mitra sama yaitu harga upah tenaga kerja yang berlaku di Kecamatan Megamendung.

7.2 Penilaian Risiko pada Usahatani Kedelai Edamame di Kecamatan