175
pengolahan lahan, dan pengaturan pola tanam dengan rutin. selain itu disediakan tenaga PPL sebagai tenaga ahli, yang ditugaskan untuk memantau keadaan
tanaman di lahan petani mitra, sehingga penyebaran penyakit tanaman dapat ditanggulangi lebih awal. Berbeda dengan petani non mitra yang menjalankan
usahatani kedelai edamame secara individu sehingga tindakan pencagahan awal penyebaran penyakit selalu terlambat. Oleh karena itu, terdapat perbedaan sebaran
penilaian petani terhadap risiko yang disebabkan penyakit pada petani mitra dan non mitra.
7.1.2. Risiko yang Disebabkan Faktor Kesalahan Sumber Daya Manusia
Kerusakan produk dikarenakan kelalaian atau kesalahan sumber daya manusia SDM merupakan salah satu sumber risiko yang harus diperhatikan
selain faktor alam. Keterampilan tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani kedelai edamame, karena keterampilan tenaga kerja akan
mempengaruhi secara langsung pada efektifitas dan efisiensi usahatani. Tidak adanya Standart Operasional Procedures SOP yang jelas, baik
dari perusahaan ataupun petani membuat kemungkinan terjadi penyimpangan semakin besar. Hal ini merupakan salah satu penyebab yang mempengaruhi
variasi pendapatan petani. Kemungkinan pekerja bertindak sesuka hati dan leluasa sehingga efektifitas dan efisiensi produksi tidak dapat tercapai. Berikut ini
merupakan Tabel sebaran penilaian petani kedelai edamame terhadap risiko yang disebabkan kesalahan sumber daya manusia.
Tabel 12. Sebaran Penilaian Petani Kedelai Edamame Terhadap Risiko yang
Disebabkan Kesalahan Sumber Daya Manusia Tahun 2011. Tingkat Risiko
Mitra Non mitra
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
a. Kerusakan Biji Saat Panen Tinggi
Sedang 10
33,33 7
23,33 Rendah
16 53,33
20 66,67
Tidak ada 4
13,33 3
10
b. Kerusakan Pada Saat Pengiriman Hasil Tinggi
Sedang Rendah
9 30
19 63,33
Tidak ada 21
70 11
36,67
176
a. Kerusakan Biji Saat Panen
Kerusakan biji akibat kesalahan pemanenan merupakan sumber risiko yang kadang kurang diperhatikan oleh petani. Kerusakan biji akibat kesalahan
pemanenan secara langsung akan mempengaruhi penerimaan petani. Hal ini merupakan sebuah kerugian bagi petani mitra, mengingat adanya standar yang
ditetapkan PT Saung Mirwan untuk kondisi biji yang akan diterima oleh perusahaan.
Dapat dilihat pada Tabel 12, sebagian besar petani mitra menganggap bahwa tingkat risiko kerusakan biji pada saat pemanenan adalah rendah. Hal ini
disebabkan karena petani mitra sudah memahami seluruh tahapan proses pengusahaan kedelai edamame termasuk proses pemanenan. Adapun kerusakan
biji yang terjadi jumlahnya sangat sedikit, sehingga kerusakan biji karena kesalahan proses pemanenan pengaruhnya tidak terlalu signifikan terhadap
berkurangnya penerimaan petani. Tabel 12 menunjukan sebagian petani mitra menganggap bahwa risiko kerusakan biji saat pemanenan adalah sedang. Hal ini
disebabkan tidak ada SOP yang berlaku pada proses pemanenan yang diterapkan petani terhadap pekerja dan kurangnya pengawasan petani pada saat pemanenan.
Sedangkan petani mitra yang menganggap bahwa tidak ada risiko kerusakan biji saat pemanenan hanya beberapa Tabel 12. Hal ini disebabkan
petani tersebut beranggapan kerusakan biji terjadi bukan disebabkan kesalahan penanganan pemanenan, melainkan karena hama dan penyakit. Selain itu buruh
tani yang diperkerjakan petani merupakan pekerja yang sudah dianggap sudah mahir karena sudah sering terlibat dalam proses budidaya kedelai edamame.
Lebih lanjut pada Tabel 12, petani non mitra memiliki kecenderungan penilaian yang hampir sama dengan petani mitra. Artinya sebagian besar petani
non mitra menganggap bahwa tingkat risiko yang disebabkan kerusakan biji saat pemanenan adalah rendah. Pendapat yang dimiliki petani non mitrapun memiliki
kecenderungan penilaian yang sama terhadap tingkat risiko tersebut, dimana kerusakan yang terjadi pada biji diakibatkan kesalahan penanganan saat
pemanenan memang ada, akan tetapi hal tersebut jumlahnya kecil sehingga tidak terlalu mempengaruhi penerimaan hasil produksi mereka.
177
Sebagian petani non mitra menganggap bahwa tingkat risiko kerusakan biji saat pemanenan adalah sedang Tabel 12. Hal ini disebabkan petani non
mitra beranggapan bahwa kerusakan biji saat panen berpengaruh terhadap penerimaan petani, tingkat kerusakan yang terjadi diakui petani memang kecil
akan tetapi hal tersebut tetap berpengaruh terhadap penerimaan, sehingga sedapat mungkin risiko kerusakan tersebut ditekan. Adapun petani non mitra yang
memiliki penilaian bahwa tidak ada risiko kerusakan pada saat pemanenan adalah rendah, karena buruh tani yang digunakan petani non mitra merupakan buruh tani
yang sudah biasa dan berpengalaman sehingga kerusakan biji dalam jumlah besar tidak terjadi. Hal ini mengindikasi bahwa buruh tani di Kecamatan Megamendung
sudah berpengalaman pada proses pemanenan kedelai edamame, karena budidaya kedelai edamame bukan hal baru di Kecamatan Megamendung.
Pada dasarnya memang tidak ada teknik khusus dalam pemanenan hasil pada kedelai edamame. PT Saung Mirwan menganggap seluruh petani mitra
sudah mahir dalam hal teknis budidaya kedelai edamame termasuk proses pemanenan. Adapun risiko kerusakan yang terjadi pada saat pemanenan hasil,
lebih banyak disebabkan kelalaian dari petani yang kurang pengawasan dan kesalahan penanganan oleh buruh pekerja. Upaya petani kedelai edamame untuk
meminimalisir kerusakan yang terjadi adalah dengan menggunakan tenaga kerja yang sudah sering melakukan pekerjaan pemanenan kedelai edamame dan
pengawasan pada saat pemanenan berlangsung.
b. Kerusakan Hasil Panen Saat Pengiriman Hasil