186
yang berbeda. Jenis pekerjaan yang dikerjakan tenaga kerja pria dianggap lebih banyak memerlukan kemampuan fisik dibandingkan jenis pekerjaan wanita.
Jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk budidaya kedelai edamame cenderung besar sehingga biaya yang harus dialokasikan petani responden untuk upah tenaga
kerja merupakan komponen biaya terbesar pada struktur biaya usahatani kedelai edamame.
Berdasarkan penjelasan Tabel 13, dapat disimpukan bahwa tingkat risiko peningkatan upah tenaga kerja adalah sedang. Sebaran penilaian petani terhadap
tingkat risiko yang disebabkan peningkatan upah tenaga kerja memiliki kecenderungan yang sama. Hal ini disebabkan harga upah yang berlaku bagi
petani mitra dan non mitra sama yaitu harga upah tenaga kerja yang berlaku di Kecamatan Megamendung.
7.2 Penilaian Risiko pada Usahatani Kedelai Edamame di Kecamatan
Megamendung
Penilaian risiko yang dilakukan pada penelitian ini merupakan penilaian terhadap kegiatan spesialisasi. Penilaian dilakukan hanya pada satu jenis tanaman
saja, karena mayoritas petani kedelai edamame di Kecamatan Megamendung hanya menanam satu jenis tanaman saja pada setiap periode produksinya.
Penilaian tingkat risiko dilihat menggunakan nilai koefisien variasi. Nilai koefisien variasi dapat merepresentasikan tingkat variasi setelah dibandingkan
dengan rata-rata produkstivitas dan harga.
Tabel 14. Tingkat Risiko Produksi dan Harga Pada Usahatani Kedelai Edamame
di Kecamatan Megamendung Tahun 2011.
Keterangan
Satuan
Mitra Non Mitra
Min Max
Rata- rata
coefisien variasi
Min Max
Rata- rata
coefisien variasi
Harga Rp
6750 6750
6750 6500
6500 6500
Produktivitas Ton
ha 0,09
0,67 0,36
0,37 0,14
1,06 0,47
0,38
Berdasarkan Tabel 14 koefisien variasi harga output pada usahatani kedelai edamame petani mitra maupun non mitra, menunjukan nilai nol. Hal ini
mengindikasikan tidak terdapat risiko harga pada usahatani kedelai edamame di Kecamatan Megamendung. Hal ini disebabkan harga yang didapat petani mitra
maupun non mitra berasal dari harga dalam perjanjian. Faktor yang membedakan
187
petani mitra dengan non mitra adalah perjanjian secara tertulis berupa kontrak dan waktu pembayaran hasil, seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab kerugian
yang disebabkan faktor harga. Berdasarkan Tabel 14, Selisih yang jauh antara produktivitas tertinggi
max dan terendah min yang terjadi pada masing-masing kelompok tani merupakan indikasi bahwa terdapat risiko produksi pada usahatani kedelai
edamame. Selisih terbesar terjadi pada petani non mitra yaitu sebesar 0,92 tonha. Sedangkan selisih yang teradi pada petani mitra yaitu sebesar 0,58 tonha. Artinya
semakin jauh selisih antara tingkat produktivitas tertinggi dan terendah maka diindikasikan nilai produktivitasnya semakin bervariasi.
Bila dilihat dari nilai koefisien variasi yang merupakan representasi tingkat risiko. Tidak terdapat perbedaaan yang signifikan dari nilai koefisien
variasi yang didapat petani mitra dan non mitra. Hal ini dapat diartikan, baik petani mitra maupun non mitra menghadapi tingkat risiko yang sama. Dengan
kata lain, untuk setiap satu satuan hasil yang diperoleh baik petani mitra maupun non mitra akan mengalami risiko sebesar 0,3.
Berdasarkan Tabel 14 didapat kesimpulan bahwa peranan kemitraan tidak terlihat nyata dalam menekan risiko, baik risiko produksi maupun risiko harga.
Hal ini disebabkan terdapat faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model, antara lain petani non mitra yang berada di Kecamatan Megamendung merupakan petani
kedelai edamame yang mengundurkan diri dari kemitraan PT Saung Mirwan dan beralih menjual produknya kepada tengkulak. Hal ini mengindikasikan bahwa
teknologi yang digunakan petani non mitra dan petani mitra memiliki sumber yang sama yaitu PT Saung Mirwan.
7.3 Analisis Pendapatan Usahatani Kedelai Edamame