180
Tabel 13. Sebaran Penilaian Petani Kedelai Edamame Terhadap Risiko yang
Disebabkan Faktor Harga Tahun 2011. Tingkat Risiko
Mitra Non mitra
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
a. Peningkatan Harga Obat-obatan Pertanian Tinggi
15 50
20 66,67
Sedang 9
30 3
10 Rendah
6 20
7 23,33
Tidak ada
b. Peningkatan Harga Pupuk Tinggi
11 36,67
2 6,67
Sedang 8
26,67 15
50 Rendah
11 36,67
13 43,33
Tidak ada
c. Peningkatan Upah Tenaga kerja Tinggi
7 23,33
3 10
Sedang 14
46,67 16
53,33 Rendah
9 30
11 36,67
Tidak ada Harga input yang berfluktuasi di pasaran akan berpengaruh terhadap
pendapatan usahatani kedelai edamame. Tabel 13 menunjukan peningkatan harga input yang paling menonjol terjadi pada harga upah tenaga kerja, harga pupuk,
dan harga obat-obatan. Harga input yang cenderung naik menyebabkan pendapatan petani berkurang atau menimbulkan kerugian, tentu saja hal tersebut
tidak pernah diinginkan oleh petani.
a. Peningkatan Harga Obat-obatan Pertanian
Peranan PT Saung mirwan sangat dibutuhkan dalam melakukan pembinaan manajemen produksi. Hal tersebut akan sangat berguna bagi tingkat
efisiensi penggunaan input produksi kedelai edmame petani mitra. Berdasarkan Tabel 13, sebagian besar petani mitra beranggapan bahwa peningkatan harga
obat-obatan memiliki tingkat risiko tinggi. Hal ini disebabkan sebagian petani mitra merupakan petani kecil yang memiliki sumber daya dana yang terbatas,
sedangkan kebutuhan obat-obatan merupakan salah satu komponen penting pada pengusahaan kedelai edamame. Sehingga bila terjadi peningkatan harga
obat-obatan, hal tersebut akan berpengaruh pada pendapatan petani. Apabila kebutuhan obat-obatan tidak tercukupi maka pengendalian HPT jadi terhambat,
181
akibatnya kerugian yang diderita akan sangat tinggi apabila kebutuhan obat-obatan pemberantas hama dan penyakit tidak tersedia tepat waktu atau dosis
yang diberikan dikurangi. Lebih lanjut pada Tabel 13, sebagian petani mitra menganggap bahwa
tingkat risiko yang disebabkan peningkatan harga obat-obatan adalah sedang. Hal ini disebabkan petani mitra berpendapat bahwa peningkatan harga obat-obatan
masih dianggap wajar. Artinya dengan harga jual kedelai edamame yang diterima, penerimaan petani mitra masih dapat menutupi biaya obat-obatan. Sedangkan
hanya beberapa petani mitra yang menganggap tingkat risiko peningkatan harga obat-obatan adalah rendah. Hal ini disebabkan petani mitra berpendapat bila
terjadi peningkatan harga obat-obatan maka petani tinggal mengganti merek obat yang biasa digunakan dengan merek yang lebih murah walaupun kualitasnya
memang lebih rendah. Menurut Informasi, petani mitra memang dianjurkan untuk menggunakan tidak hanya satu merek obat secara terus menerus. Hal ini
dilakukan untuk menghindari hama dan penyakit menjadi lebih kebal terhadap obat tersebut, sehingga petani harus menambah dosis obat dan penggunaan
obat-obatan tersebut jadi tidak efisien. Berdasarkan Tabel 13, kecenderungan penilaian pada petani non mitra
hampir sama dengan petani mitra. Sebagian besar petani non mitra menganggap tingkat risiko yang disebabkan peningkatan harga obat-obatan adalah tinggi.
secara garis besar alasan petani non mitra hampir sama dengan petani mitra. Hal ini disebabkan baik petani mitra maupun non mitra membiayai kebutuhan
obat-obatan pertanian tanpa bantuan dari pihak lain dan teknik serta teknologi pengendalian HPT yang digunakanpun hampir sama.
Hanya sebagian kecil petani non mitra menganggap bahwa tingkat risiko disebabkan peningkatan harga obat-obatan adalah sedang. Hal ini disebabkan
fluktuasi harga obat-obatan sudah dapat diprediksi oleh petani. Peningkatan harga obat-obatan biasa terjadi pada awal musim tanam dan akan turun kembali saat
mendekati musim panen, akan tetapi peningkatan yang terjadi tidak terlalu signifikan sehingga tidak terlalu memberatkan petani. Beberapa petani non mitra
menganggap bahwa tingkat risiko yang disebabkan peningkatan harga obat-obatan adalah rendah. Hal ini disebabkan petani non mitra menganggap peningkatan
182
harga obat-obatan merupakan hal yang biasa dan dampak kerugiannya dianggap kecil terhadap pendapatan, upaya yang dilakukan petani non mitra bila terjadi
peningkatan harga obat-obatan adalah dengan mengganti merek obat yang lebih murah atau mengurangi frekuensi penyemprotan sehingga bagi petani tersebut
peningkatan harga obat-obatan tidak terlalu bermasalah. Berdasarkan Tabel 13, dapat disimpulkan bahwa sebagain besar petani
mitra dan non mitra menganggap bahwa tingkat risiko yang disebabkan peningkatan harga obat-obatan adalah tinggi. Akan tetapi terjadi perbedaan
kecenderungan penilaian antara petani mitra dan non mitra, hal ini terlihat pada persentase petani yang menganggap bahwa tingkat risiko yang disebabkan
peningkatan harga obat-obatan sedang dan rendah. Petani mitra yang menganggap bahwa tingkat risiko yang disebabkan peningkatan harga obat-obatan adalah
sedang lebih besar dibandingkan petani non mitra, sebaliknya pada petani yang menganggap bahwa tingkat risiko yang disebabkan peningkatan harga obat-obatan
adalah rendah. Hal ini disebabkan tidak semua petani mitra mengetahui teknik penggunaan obat-obatan yang baik dan benar, sehingga penggunaan obat-obatan
menjadi tidak efisien, sedangkan petani non mitra lebih memilih mengurangi frequensi penyemprotan untuk menghemat biaya.
Peranan kemitraan hanya terbatas pada anjuran teknik penggunaan obat-obatan agar lebih efisien. Akan tetapi hal ini belum terealisasi pada seluruh
petani, terlihat dari sebagian besar petani mitra menganggap bahwa tingkat risiko yang disebabkan peningkatan harga obat-obatan adalah tinggi. Peranan kemitraan
untuk menekan tingkat risiko tersebut dapat lebih dimaksimalkan dengan cara membuat bantuan penyediaan obat-obatan murah atau pinjaman obat-obatan bagi
petani mitra, sehingga petani mitra tidak lagi merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan obat-obatan untuk usahatani kedelai edamame mereka.
b. Peningkatan Harga Pupuk