Hama Peranan Kemitraan Terhadap Pengelolaan Risiko Usaha Petani Kedelai Edamame (Kasus: Petani Kedelai Edamame di Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung, Bogor)

171 tingkat risiko yang disebabkan curah hujan adalah kondisi curah hujan yang tidak menentu dan sulit diprediksi. Selain itu, sebagian besar petani kedelai edamame di Kecamatan Megamendung menjalankan usahanya di lahan terbuka, sehingga keberhasilan usaha mereka sangat tergantung pada kondisi alam.

b. Hama

Kedelai edamame adalah tanaman yang sangat rawan terhadap serangan hama dan penyakit disetiap tahap pertumbuhannya. Menurut Okada 1988 dalam Samsu 2001 dari segi jumlah tidak kurang ada 111 jenis Hama. Mulai dari Ophiomnya phaseoli, Melanagromyza sojae, Aphios glycines, Bemisia tabaci, dan masih banyak lagi. Akan tetapi jenis serangga hama utama yang sering menyerang tanaman kedelai di Indonesia yaitu sekitar 20 jenis Adisarwanto, 2008. Berdasarkan informasi dari PT Saung Mirwan, terdapat lima jenis hama yang sering menyerang tanaman kedalai edamame milik petani di Kecamatan Megamendung yaitu Melanagromyza sojae lalat buah, Aphis glycines Matsumura Aphid, Heliopthis amigera Hubner pengerek polong. Bemisida tabaci Gennadus kutu kebul, Spodoptera litura fabricius ulat grayak. Berdasarkan Tabel 11, sebagian besar petani mitra memiliki penilaian bahwa tingkat risiko yang disebabkan oleh hama adalah rendah. Hal ini menunjukan bahwa petani mitra beranggapan bahwa upaya menanggulangi serangan hama yang dilaksanakan selama ini sudah efektif, sehingga tingkat risiko disebabkan hama dianggap rendah. Berdasarkan pengakuan sebagian petani, bantuan tenaga PPL memiliki peranan dalam upaya menekan risiko yang disebabkan hama. Hal ini memang tidak sesuai dengan pernyataan pada penelitian Fadloli 2005 yang menyebutkan bahwa bantuan penanggulangan HPT di petani mitra PT Saung Mirwan tidak terealisasi dengan baik. Sebaran penilaian petani mitra terhadap risiko yang disebabkan hama yang ditampilkan pada Tabel 11, menunjukan bahwa sebagian petani mitra menganggap bahwa tingkat risiko yang disebabkan hama adalah sedang. Hal ini menunjukan petani beranggapan bahwa tanaman kedelai edamame sangant rentan terhadap serangan hama. Akan tetapi dengan penanganan serangan hama yang dilakukan petani sudah cukup efektif untuk menekan risiko yang disebabkan hama. Sedangkan petani mitra yang menganggap bahwa tingkat risiko yang 172 disebabkan hama adalah tinggi, hanya beberapa petani. Hal ini disebabkan petani menganggap bila serangan hama ini tidak ditangani dengan serius maka dampak kerusakan yang ditimbulkan akan sangat merugikan, petani mitra menganggap biaya untuk penanggulangan hama ini cenderung mahal, sehingga petani harus menyiapkan alokasi dana yang lebih besar. Dapat dilihat pada Tabel 11, sebagian besar petani non mitra menganggap bahwa tingkat risiko yang disebabkan hama adalah rendah, dalam hal ini persentase petani non mitra lebih kecil dibandingkan petani mitra. Hal ini mengindikasikan bahwa petani mitra lebih siap dalam upaya mengatasi serangan hama. Dalam mengendalikan serangan hama, petani non mitra tidak mendapatkan bantuan atau pendampingan sehingga proses mencari informasi dan identifikasi awal tanaman terserang hama seluruhnya dilakukan secara individu. Sebagian petani non mitra yang menganggap bahwa tingkat risiko yang disebabkan serangan hama adalah sedang Tabel 11, bila dibandingkan dengan persentase petani mitra yang menganggap tingkat risiko yang disebabkan hama adalah sedang, tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini disebabkan petani non mitra memiliki anggapan yang hampir sama dengan petani mitra, karena teknik dan teknologi yang digunakan untuk menekan risiko yang disebabkan hama hampir sama. Sedangkan petani non mitra yang menganggap bahwa tingkat risiko yang disebabkan hama adalah tinggi, hanya sebagian kecil. Bila dibandingkan dengan persentase petani mitra yang menganggap bahwa tingkat risiko yang disebabkan hama adalah tinggi, persentase petani non mitra lebih besar. Hal ini menunjukan petani non mitra yang mengalami kesulitan dalam upaya memberantas serangan hama lebih banyak. Lebih lanjut pada Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa petani mitra dan petani non mitra menganggap teknik pemberantasan hama yang dilaksanakan sudah cukup efektif, sehingga sebagian besar petani mengaggap bahwa tingkat risiko yang ditimbulkan hama adalah rendah. Adapun persentase petani mitra lebih besar daripada petani non mitra, hal ini disebabkan berdasarkan pengakuan petani, terdapat kontribusi tenaga PPL dari PT Saung Mirwan untuk membantu petani mitra dalam upaya menekan risiko yang ditimbulkan hama pada pengusahaan kedelai edamame. 173

c. Penyakit