161
Pemotongan dilakukan oleh pihak perusahaan, sehingga petani langsung menerima penerimaan bersih setelah dipotong pinjaman. Sedangkan keseluruhan
sisa biaya penanaman ditanggung oleh petani. Harga jual kedelai edamame ditentukan oleh pihak perusahaan, yaitu sebesar Rp6.750,-kg. Waktu pembayaran
hasil panen petani mitra adalah paling lambat 14 hari setelah diterima perusahaan. Di dalam kontrak perjanjian kemitraan diatur tentang kualitas produksi
edemame yang akan diterima oleh PT Saung Mirwan. Kualitas produksi edamame yang ditentukan adalah 1 umur tanaman kurang lebih 64 hari setelah tanam,
2 warna kulit polong hijau muda, 3 berisi penuh, tidak kopong, 4 sehat, tidak terkena jamur dan serangan hama dan 5 isi polong 2-3 biji. Jika kedelai edamame
yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar PT Saung Mirwan maka edamame tersebut akan dikembalikan pada petani mitra. Selain itu juga disepakati jalan
yang akan diambil jika timbul perselisihan diantara kedua belah pihak, maka akan diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat. Apabila tetap tidak dapat
ditemukan jalan penyelesaian lewat musyawarah untuk mufakat, maka masalah tersebut akan diselesaikan melalui jalur hukum.
Dengan adanya kontrak kerja kemitraan antara petani kedelai edamame dengan PT Saung Mirwan, diharapkan terjadi kesepahaman mengenai
kesepatakan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi, oleh petani mitra maupun PT Saung Mirwan. Kontrak kerja berguna sebagai dasar hukum yang digunakan
selama ikatan kemitraan tersebut berlangsung, sehingga petani mitra dan PT Saung Mirwan, memiliki posisi yang sama dimata hukum karena memiliki
bukti secara tertulis yang sudah disepakati bersama. konflik atau perselisihan mengenai kerjasama kemitraan dapat diminimalisir, apabila kedua belah pihak
mengerti dan menjunjung tinggi seluruh isi kontrak yang telah disepakati bersama sebelum petani memutuskan untuk bergabung dalam program kemitraan bersama
PT Saung Mirwan.
6.2 Motivasi Petani Mitra
Rata-rata petani mitra PT Saung Mirwan dapat digolongkan dalam petani kecil. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata luas lahan yang mereka usahakan, dari 30
petani kedelai edamame yang bermitra rata-rata luas lahan mereka adalah 0,13 ha. Di Indonesia, batasan petani kecil yang disepakati pada seminar BPLPP pada
162
tahun 1979, telah disepakati bahwa yang dinamakan petani kecil yaitu petani yang memiliki lahan dari 0,25 ha di Jawa atau 0,5 ha di luar jawa Soekartawi,1986.
Petani kecil juga memiliki dua ciri yaitu kecilnya pemilikan dan penguasaan sumberdaya dan rendahnya pendapatan yang diterima. Pemilikan dan
penguasaan sumberdaya ini tidak hanya terbatas pada sumberdaya lahan,sumber daya modal baik berupa input produksi maupun keuangan juga merupakan hal
yang sangat krusial. Dengan terbatasnya sumberdaya modal yang dimiliki, maka kelangsungan usahatani kedelai petani menjadi terhambat. Keterbatasan
sumberdaya modal ini dapat disebabkan oleh rendahnya pendapatan yang diterima petani, sehingga seringkali terjadi perang kepentingan antara kebutuhan rumah
tangga dengan kebutuhan modal usahatani. Oleh karena itu pentingnya bantuan dari pihak luar untuk mendukung perkembangan usaha petani kecil.
Dukungan dari pihak luar ini dapat berasal dari pemerintah, lembaga keuangan, atau perusahaan besar sebagai pemilik modal. Dewasa ini pemerintah
Indonesia sudah memiliki banyak program bantuan, khususnya bantuan modal berupa bantuan keuangan. Bantuan keuangan dari pemerintah ini disalurkan
melalui lembaga keuangan dalam bentuk kredit. Selain pemerintah dan pihak lembaga keuangan, saat ini sudah banyak perusahaan besar yang memiliki modal
yang besar membuat program kemitraan bersama petani kecil. Bantuan modal yang didapat petani dari kemitraan bersama perusahaan, tidak hanya terbatas pada
bantuan modal berupa uang akan tetapi dapat berupa barang, contohnya bantuan benih, pupuk, obat-obatan, dan lain-lain. Dengan adanya program kemitraan,
diharapkan dapat terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara petani dan pihak perusahaan.
Ciri kedua dari petani kecil adalah rendahnya pendapatan usahatani. Rendahnya pendapatan usahatani ini dapat dipicu oleh ketidakstabilan pasar dan
harga Soekartawi, 1986. Ketidakstabilan pasar dan harga akan berpengaruh terhadap kestabilan penerimaan usahatani, sehingga membuat petani kesulitan
dalam melakukan perencanaan produksi dan pengalokasian modal. Hal inilah yang membuat petani selalu menanggung kerugian yang tidak sedikit, contohnya
peningkatan harga input tidak diimbangi dengan peningkatan harga output, sehingga penerimaan yang didapat petani tidak dapat menutupi seluruh
163
pengeluaran input produksi. Oleh karena itu dengan adanya program kemitraan, petani dan pihak perusahaan dapat saling mendukung untuk memenuhi
kepentingan masing-masing, dimana pihak mitra dapat menyediakan bahan baku yang dibutuhkan perusahaan, sedangkan pihak perusahaan dapat memberikan
bantuan modal dan jaminan pemasaran bagi usahatani petani mitra. Berdasarkan informasi di lapangan, petani mitra memiliki empat alasan
utama mereka tergabung dalam program kemitraan PT Saung Mirwan. Alasan tersebut antara lain A ingin mendapatkan bantuan modal, B ingin mendapatkan
jaminan pasar, C ingin mendapatkan bantuan dalam hal teknologi, D harga yang ditawarkan perusahaan lebih tinggi dibandingkan harga pasar.
Tabel 9. Alasan Petani Mitra Menjalin Hubungan Kemitraan Dengan PT Saung
Mirwan Tahun 2011.
Alasan
Prioritas 1 Prioritas 2
Prioritas 3 Prioritas 4
Jumlah Jumlah
Jumlah Jumlah
A. Bantuan Modal
5 16
7 23
8 26
10 30
B. Jaminan Pasar
24 80
5 16
1 5
C. Bantuan Teknologi
14 46
10 33
6 20
D. Harga Lebih Tinggi
1 3
4 13
10 33
15 50
Berdasarkan Tabel 9, sebagian besar petani menjadikan alasan ingin mendapatkan bantuan modal bukan sebagai alasan utama mereka. Hal ini
disebabkan petani mitra sudah mengerti bahwa bantuan permodalan dari PT Saung Mirwan hanya terbatas pada bantuan pinjaman benih, sedangakan
seluruh biaya operasional lainnya ditanggung oleh petani. Alasan ingin mendapatkan jaminan pasar merupakan alasan utama sebagian besar petani mitra.
Hal ini ditunjukan dengan persentase terbesar berada di peringkat pertama untuk alasan petani menjalin kemitraan bersama PT Saung Mirwan. Dengan demikian,
kepastian atau jaminan pasar yang ditawarkan kemitraan merupakan hal yang penting sehingga dijadikan sebagai alasan utama petani kedelai edamame
menjalin kemitraan bersama PT Saung Mirwan. Alasan ingin mendapatkan bantuan dalam hal teknologi juga menjadi
pertimbangan bagi petani untuk menjalin kemitraan. Hal ini ditunjukan dengan sebagaian besar petani dilihat dari persentase pada Tabel 9 menempatkan alasan
tersebut sebagai alasan ke dua mereka. Bantuan teknologi dari pihak perusahaan
164
dirasa penting mengingat yang pertama kali mengembangkan kedelai edemame di Indonesia adalah PT Saung Mirwan, sehingga keberhasilan teknologi dalam
mengembangkan kedelai edamame yang diterapkan PT Saung Mirwan dapat diterapkan juga di petani. Sedangkan alasan harga yang ditawarkan PT Saung
Mirwan lebih tinggi dibangdingkan harga pasar, merupakan alasan petani tapi ditempatkan pada prioritas terakhir. Hal ini ditunjukan oleh sebagian besar petani
responden menempatkan alasan tersebut pada peringkat terakhir. Harga yang ditetapkan PT Saung Mirwan memang lebih tinggi dibandingkan harga yang
ditetapkan tengkulak akan tetapi dari segi waktu pembayaran lebih lambat, sehingga harga bukan merupakan alasan utama mereka.
6.3 Pendistribusian Benih Kepada Petani Mitra