Luas Lahan Petani Responden

158

5.3.5 Luas Lahan Petani Responden

Petani kedelai edamame di Kecamatan Megamendung umumnya menjalankan usahatani dalam skala kecil. Hal ini terlihat dari luas lahan yang digunakan untuk menjalankan usahatani kedelai edamame. Berdasarkan Tabel 8, sebesar 86,67 persen petani mitra dan 76,67 persen petani non mitra mengusahakan kedelai edamame di atas lahan dengan luas di bawah 0,25 ha. Sebesar 10 persen petani mitra dan 23,33 persen petani non mitra mengusahakan kedelai edamame di atas lahan seluas 0,25 ha sampai dengan 0,5 ha, serta hanya sebesar 3,33 persen petani mitra saja yang mengusahakan kedelai edamame di atas lahan dengan luas lebih dari 0,5 ha. Bila dihitung rata-rata luasan lahan berdasarkan masing-masing kelompok, tidak terlihat perbedaaan yang nyata, antara rata-rata luasan lahan petani mitra maupun non mitra Tabel 8. Luasan Lahan yang Diusahakan Responden pada Usahatani Kedelai Edamame di Kecamatan Megamendung, Tahun 2011. Luas Lahan hektar Petani Mitra Petani Non Mitra Jumlah Persentase Jumlah Persentase ≤0,25 26 86,67 23 76,67 0,25-0,5 3 10 7 23,33 ≥0,5 1 3,33 - - Total 30 100 30 100 159 VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih sangat kurang untuk mencapai target dan kontinuitas produksi sesuai dengan kebutuhan pasar. Hal tersebut yang melatarbelakangi perusahaan untuk membuat suatu pola kerjasama melalui system kemitraan. Konsistensi dan kesinambungan produksi PT Saung Mirwan tercapai melalui kerjasama dengan para petani kecil. Pola kemitraan telah memberikan manfaat yang dirasakan oleh PT Saung Mirwan. Persoalan penting yang dihadapi adalah bagaimana mengubah cara berfikir dan bekerja yang awalnya sederhana dan tradisional menjadi berwawasan bisnis dengan menerapkan teknologi tepat guna. PT Saung Mirwan menjalankan kemitraan dengan petani sejak tahun 1987. Program kemitraan ini telah dijalankan di daerah Bogor dan Garut, dengan total petani mitra antara 600-700 orang. Kecamatan Megamendung, Bogor adalah salah satu daerah dimana petaninya berkerjasama dengan PT Saung Mirwan dalam bentuk kemitraan usahatani kedelai edamame. Kemitraan bermula pada tahun 1994. Pada saat penelitian dilakukan, kemitraan yang dijalankan diikuti oleh 350 orang petani. Sistem kemitraan usahatani kedelai edamame yang dikelola oleh PT Saung Mirwan dapat digolongkan sebagai pola kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis KOA. Pola kemitraan ini menempatkan Petani mitra sebagai penyediaan lahan pertanian, sarana produksi, dan tenaga kerja. Sedangkan PT Saung Mirwan berperan dalam memberikan bantuan kepada petani mitranya. Bantuan yang diberikan oleh PT Saung Mirwan saat ini, hanya terbatas pada penyediaan benih, penyuluhan dan bimbingan teknis, serta jaminan pasar. Terbatasnya pelayanan bantuan PT Saung Mirwan terhadap petani mitranya, dikarenakan terbatasnya kemampuan PT Saung Mirwan untuk menyiapkan ketersedian sarana produksi yang dibutuhkan oleh petani. Pada awal pelaksanaan kemitraan, PT Saung Mirwan pernah memberikan program bantuan modal 160 usahatani, tetapi karena banyak petani yang menunggak maka sampai saat ini, pinjaman tersebut ditiadakan. Selain bantuan berupa benih PT Saung Mirwan juga menyediakan bantuan, berupa penyuluhan maupun informasi tentang usahatani edamame, baik menyangkut dengan budidaya peningkatan produksi, informasi harga yang berlaku, keadaan pasar dan informasi menyangkut aktivitas kemitraan. Pertemuan tersebut tidak selalu membahas masalah teknis budidaya, tetapi juga sebagai sarana berbincang-bincang antara pihak perusahaan dengan petani mengenai berbagai hal dengan tujuan menjaga tali silaturahmi diantara mereka. Pertemuan antara petani mitra dengan penyuluh lapangan PT Saung Mirwan memang tidak dijadwalkan secara pasti. Hal ini dikarenakan jumlah PPL yang disediakan PT Saung Mirwan hanya satu orang, sehingga kadang dalam satu bulan tidak semua petani mitra dapat dikunjungi oleh PPL. Persyaratan yang ditetapkan PT Saung Mirwan untuk menjadi mitra tani kedelai edamame PT Saung Mirwan tidak sulit, calon anggota hanya perlu menghubungi PPL atau manajer kemitraan PT Saung Mirwan dengan menyerahkan foto copy KTP, luas lahan dan alamat lahan yang akan ditanami edamame, dan calon mitra tani diharuskan mengisi formulir data diri yang disiapkan PT Saung Mirwan, lalu calon mitra tani akan diajukan surat perjanjian yang harus dipatuhi setelah calon mitra tani menyetujui dan menandatangani isi surat perjanjian tersebut. Dalam perjanjian kemitraan terkandung aspek-aspek perjanjian berupa identitas calon anggota mitra tani, luas areal tanam petani mitra, lokasi atau daerah penanaman, kewajiban pihak perusahaan, kewajiban pihak petani mitra, harga beli perusahaan, pengaturan waktu tanam, standart kualitas, dan waktu pembayaran hasil panen. Petani mitra tidak mendapatkan pinjaman berupa modal usahatani dan seluruh biaya operasional ditanggung petani mitra. Pembelian benih bisa dilakukan dengan dua cara, dapat dibayar dengan tunai atau melakukan pinjaman. Benih pinjaman yang telah diterima petani akan dihitung dalam satuan rupiah. Harga benih yang disepakati dalam kontrak sebesar Rp40.000,-kg. Keseluruhan pinjaman ini akan dikembalikan petani pada saat panen, yaitu dengan cara memotong uang penerimaan petani sebesar pinjaman tersebut. 161 Pemotongan dilakukan oleh pihak perusahaan, sehingga petani langsung menerima penerimaan bersih setelah dipotong pinjaman. Sedangkan keseluruhan sisa biaya penanaman ditanggung oleh petani. Harga jual kedelai edamame ditentukan oleh pihak perusahaan, yaitu sebesar Rp6.750,-kg. Waktu pembayaran hasil panen petani mitra adalah paling lambat 14 hari setelah diterima perusahaan. Di dalam kontrak perjanjian kemitraan diatur tentang kualitas produksi edemame yang akan diterima oleh PT Saung Mirwan. Kualitas produksi edamame yang ditentukan adalah 1 umur tanaman kurang lebih 64 hari setelah tanam, 2 warna kulit polong hijau muda, 3 berisi penuh, tidak kopong, 4 sehat, tidak terkena jamur dan serangan hama dan 5 isi polong 2-3 biji. Jika kedelai edamame yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar PT Saung Mirwan maka edamame tersebut akan dikembalikan pada petani mitra. Selain itu juga disepakati jalan yang akan diambil jika timbul perselisihan diantara kedua belah pihak, maka akan diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat. Apabila tetap tidak dapat ditemukan jalan penyelesaian lewat musyawarah untuk mufakat, maka masalah tersebut akan diselesaikan melalui jalur hukum. Dengan adanya kontrak kerja kemitraan antara petani kedelai edamame dengan PT Saung Mirwan, diharapkan terjadi kesepahaman mengenai kesepatakan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi, oleh petani mitra maupun PT Saung Mirwan. Kontrak kerja berguna sebagai dasar hukum yang digunakan selama ikatan kemitraan tersebut berlangsung, sehingga petani mitra dan PT Saung Mirwan, memiliki posisi yang sama dimata hukum karena memiliki bukti secara tertulis yang sudah disepakati bersama. konflik atau perselisihan mengenai kerjasama kemitraan dapat diminimalisir, apabila kedua belah pihak mengerti dan menjunjung tinggi seluruh isi kontrak yang telah disepakati bersama sebelum petani memutuskan untuk bergabung dalam program kemitraan bersama PT Saung Mirwan.

6.2 Motivasi Petani Mitra