124
1. Production or Yield Risk
Faktor risiko produksi dalam kegiatan agribisnis disebabkan adanya beberapa hal yang tidak dapat dikontrol terkait dengan iklim dan cuaca, seperti curah
hujan, temperatur udara, hama dan penyakit. Penerapan teknologi yang tepat merupakan salah satu tidakan yang tepat untuk meminimalisir dampak negatif
yang dapat ditimbulkan. Contohnya adalah pengenalan varietas baru dan teknik produksi yang akan memberikan peluang bagi keberhasilan budidaya.
Teknologi baru Dalam penerapannya, akan memberikan hasil yang kurang memuaskan, akan tetapi hal tersebut berlangsung tidak lama.
2. Price or Market Risk
Risiko pasar dalam hal ini meliputi risiko harga output dan harga input. Pada umumnya kegiatan produksi merupakan proses yang lama. Sementara itu,
pasar cenderung bersifat kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, petani belum tentu mendapatkan harga yang sesuai dengan yang diharapkan pada saat
panen. Begitu pula harga input yang dapat berfluktuasi sehingga mempengaruhi komponen biaya pada kegiatan produksi. Pada akhirnya risiko
harga tersebut akan berpengaruh pada pendapatan yang diperoleh petani. Terdapat enam faktor yang mendorong adanya risiko pada kegiatan bisnis,
yaitu fluktuasi produksi, fluktuasi harga, penggunaan teknologi baru, adanya program pemerintah, permasalahan legalitas legal problem, dan perubahan pada
selera konsumen. Menurut Bhowmick 2005 sumber-sumber risiko usaha adalah ketidakpastian hasil produksi, ketidakpastian harga, dan ketidakpastian
keuntungan.
3.1.3 Pengukuran Risiko
Mengelola risiko usaha memerlukan kerangka manajemen risiko. Kerangka manajemen risiko menurut Australian Risk Manajemen Standart, terdiri
dari beberapa langkah. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan visi dan misi perusahaan, langkah kedua adalah mengidentifikasi yang ada pada
usaha, langkah ketiga adalah menganalisa risiko yang telah diindetifikasi sebelumnya. Langkah analisa ini bertujuan untuk menentukan tingkat
pengendalian terhadap risiko dengan mempertimbangkan tingkat kemungkinan
125
dan dampak risiko terhadap perusahaan. Dalam langkah analisa inilah pengukuran risiko.
Menurut Batuparan 2001 pengukuran risiko dibutuhkan sebagai dasar tolok ukur untuk memahami signifikansi dari akibat kerugian yang akan
ditimbulkan oleh terealisasinya suatu risiko, baik secara individual maupun portofolio, terhadap tingkat kesehatan dan kelangsungan usaha. Lebih lanjut
pemahaman yang akurat tentang signifikasi tersebut akan menjadi dasar bagi pengelolaan risiko yang terarah dan berhasil guna.
Signifikansi suatu Risiko maupun portofolio risiko dapat diketahui atau disimpulkan dengan melakukan pengukuran terhadap dimensi risiko yaitu: 1
kuantitas risiko adalah jumlah kerugian yang mungkin muncul dari terjadinya risiko, 2 kualitas risiko yaitu probabilitas dari terjadinya risiko. Batuparan,
2001 Risiko dapat ditunjukkan dengan indikator adanya fluktuasi dari return
atau hasil yang diharapkan. Risiko dinilai dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi terhadap return dari suatu aset. Menurut Elton dan Gruber 1995
dalam Aziz 2009, terdapat ukuran risiko yang dapat dianalisis yaitu nilai ragam variance, simpangan baku standart deviation, dan koefisien variasi coefficient
variation. Ketiga ukuran tersebut memiliki hubungan satu dengan yang lainnya dan nilai ragam variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Hubungan
tersebut adalah nilai standart deviation merupakan akar kuadrat dari nilai variance. Nilai koefisien variasi merupakan rasio perbandingan dari nilai standart
deviation dengan nilai return dari suatu aset dimana return yang diperoleh berupa pendapatan rata-rata selama periode waktu tertentu.
Nilai ragam variance merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan ekspektasi return dikalikan dengan peluang setiap kejadian. Nilai variance
menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance, maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan
kegiatan usaha. Semakin besar nilai variance maka semakin besar penyimpangannya sehingga semakin besar risiko yang dihadapi dalam melakukan
kegiatan usaha. Nilai standart deviation merupakan akar dari variance. Nilai standart deviation menunjukkan bahwa semakin kecil nilai standart deviation
126
maka semakin kecil risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha, dan semakin besar nilai standart deviation maka semakin besar pula risiko yang dihadapi
dalam kegiatan usaha. Coefficient variation diukur dari rasio standart deviation dengan return yang diharapkan. Semakin kecil nilai coefficient variation maka
semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha, dan semakin besar nilai coefficient variation maka semakin besar risiko yang dihadapi dalam
melakukan kegiatan usaha. Ukuran risiko yang dapat dijadikan sebagai ukuran paling tepat dalam
memilih alternatif dari beberapa kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha tersebut untuk setiap return yang
diperoleh adalah koefisien variasi coefficient variation. Coefficient variation merupakan ukuran risiko yang telah membandingkan alternatif dari beberapa
kegiatan usaha dengan satuan yang sama.
3.1.4. Kemitraan