131
Kelompok mitra dan perusahaan menggabungkan sumberdaya yang dimilikinya untuk membudidayakan suatu komoditi. Perusahaan mitra sering kali
berperan sebagai penjamin pasar, diantaranya juga mengolah produk tersebut dan dikemas lebih lanjut untuk dipasarkan Sumardjo, 2001. Hasil yang diperoleh
dari kerjasama tersebut akan dibagi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
5. Pola Kemitraan Penyertaan Saham Waralaba
Berdasarkan PP No. 16 Tahun 1997 dan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdaganggan No.259MPPKep71997 tentang ketentuan dan tatacara
pelaksanaan pendaftaran usaha waralaba ditetapkan bahwa pengertian waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan
atau menggunakan hak atas kekayaaan intelaktual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pihak lain, dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang
ditetapkan pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang atau jasa. Menurut Undang–Undang No. 9 tahun 1995 dijelaskan bahwa pola
waralaba merupakan hubungan kemitraan yang didalamnya pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi
perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai bimbingan manajemen. Dalam pola kemitraan ini, penyertaan modal equity antara usaha kecil
dengan usaha menengah atau besar, penyertaan modal usaha sekurang–kurangnya 20 persen dari seluruh modal saham perusahaan yang baru dibentuk dan
ditingkatkan secara bertahap sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
3.1.7 Manfaat Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko
Produksi usahatani dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh petani. Faktor
internal antara lain tenaga kerja, tanah, modal, kemampuan teknis, dan kemampuan petani dalam manajemen usahatani. Faktor internal merupakan unsur
pokok usahatani. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol atau dikendalikan karena di luar jangkauan petani. Faktor eksternal antara lain
tersedianya transportasi dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usaha tani, fasilitas kredit dan sarana penyuluhan bagi
petani Hernanto, 1988 dalam Febridinia 2010. Oleh karena itu untuk
132
menanggulangi keterbatasan petani dalam hal ini adalah faktor eksternal, maka dibutuhkan kerjasama dengan pihak luar yang dapat memfasilitasi faktor
eksternal. Bentuk kerjasama yang mengutamakan keuntungan bersama saat ini
adalah dengan kemitraan. Kemitraan memiliki konsep win-win partnership solution, dalam konsep ini petani bersama mitranya diwajibkan untuk saling
melengkapi satu sama lain, sehingga keterbatasan masing-masing pihak bisa teratasi dengan adanya hubungan kemitraan, dalam kasus ini kemitraan antara
petani dengan perusahaan pertanian yang lebih besar. Tujuan dalam kondisi ideal yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
kemitraan secara lebih konkrit adalah a. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, b. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan,
c. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat usaha kecil, d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional, e.
Memperluas kesempatan kerja, dan f. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
Manfaat yang dapat dicapai dari usaha kemitraan antara lain Hafsah, 1999:
1. Produktivitas
Bagi perusahaan yang lebih besar dengan model kemitraan akan dapat mengoperasionalkan kapasitas pabriknya secara full capacity tanpa perlu memiliki
lahan dan pekerja lapang sendiri karena biaya untuk keperluan tersebut ditanggung oleh petani. Bagi petani sendiri dengan kemitraan ini peningkatan
produktivitas dicapai secara simultan yaitu dengan cara menambah unsur input baik kualitas maupun kuantitasnya dalam jumlah tertentu akan diperoleh hasil
dalam jumlah dan kualitas yang berlipat. Melalui model kemitraan petani dapat memperoleh tambahan input, kredit, dan penyuluhan yang tersedia oleh
perusahaan inti. 2.
Efisiensi Perusahaan dapat menghemat efisiensi dengan menghemat tenaga dalam
mencapai target tertentu dengan tenaga kerja yang dimiliki petani. Sebaliknya bagi petani yang umumnya relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi dan
133
sarana produksi, dengan bermitra akan dapat menghemat waktu produksi melalui teknologi produksi yang disediakan oleh perusahaan.
3. Jaminan Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas
Kualitas, kuantitas dan kontinuitas sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan produktifitas di pihak petani yang menentukan terjaminnya pasokan pasar dan
pada gilirannya menjamin keuntungan perusahaan. 4.
Risiko Kemitraan dilakukan untuk mengurangi risiko yang dihadapi oleh kedua
belah pihak. Kontrak akan mengurangi resiko yang dihadapi oleh pihak inti jika harus mengandalkan pengadaan bahan baku sepenuhnya dari pasar terbuka.
Perusahaan inti juga akan memperoleh keuntungan lain karena mereka tidak harus menanamkan investasi atas tanah dan mengelola pertanian yang sangat luas.
3.1.8 Indikator-Indikator Keberhasilan Kemitraan