5.5.1. Pengaruh Karakteristik Petani terhadap Intensitas Komunikasi Petani
Faktor yang diuji adalah faktor karakteristik petani X
1
dan intensitas komunikasi petani Y
1
. Yang termasuk faktor karakteristik yaitu umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, kepemilikan media massa, keikutsertaan
dalam kelompok, pendapatan, luas lahan garapan dan status kepemilikan lahan dan yang termasuk faktor intensitas komunikasi yaitu intensitas komunikasi
sesama petani, intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional, intensitas komunikasi dengan media massa dan intensitas penyuluhan. Untuk mengetahui
sebaran nilai koefisien regresi dan pengaruh dari masing-masing variabel dapat disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Nilai koefisien regresi faktor karakteristik petani X
1
yang mempengaruhi intensitas komunikasi petani Y
1
X
1
Y
1
Y
1
Y
1.1
Y
1.2
Y
1.3
Y
1.4
Co. β Sig.
Co. β
Sig. Co.
β Sig.
Co. β
Sig. Co.
β Sig.
X
1 .
1
-1,70 0,092
-1,185 0,238
-2,376 0,019
-2,021 0,046 0,086
0,932 X
1.2
1,401 0,164
2,415 0,017
2,101 0,038
1,479 0,142
4,385 0,000
X
1.3
-2,949 0,004
-3,041 0,003
-3,403 0,001
-3,291 0,001 0,184
0,855 X
1.4
-0,988 0,325
-0,654 0,514
-0,616 0,539
-0,490 0,625
0,928 0,355
X
1.5
-2,482 0,015
-2,097 0,038
-1,739 0,085
-1,988 0,049
-0,217 0,829
X
1.6
1,692 0,093
1,087 0,279
1,440 0,153
1,842 0,068
1,262 0,209
X
1.7
2,134 0,035
1,760 0,081
1,906 0,059
2,088 0,039
-0,178 0,859
X
1.8
4,412 0,000
4,137 0,000
4,922 0,000
4,544 0,000
2,607 0,010
Ket. Signifikan pada α = 0,01 Signifikan α = 0,05
X
1
= Faktor Karakteristik Petani X
1.1
= Umur X
1.2
=Tingkat pendidikan X
1.3
= Pengalaman berusahatani X
1.4
= Kepemilikan Media Massa X
1. 5
=Keikutsertaan dalam Kelompok X
1.6
=Tingkat Pendapatan X
1.7
=Luas lahan garapan X
1.8
=Status kepemilikan lahan Y
1
= Intensitas Komunikasi Petani
Y
1.1
= Intensitas Komunikasi Sesama Petani Y
1.2
= Intensitas Komunikasi dengan pengelola Y
1.3
= Keterpaan Media Massa Y
1.4
= Intensitas Penyuluhan
Berdasarkan hasil uji statistik antara faktor karakteristik petani terhadap intensitas komunikasi petani menunjukkan pengaruh yang berbeda-beda pada
setiap variabel dari kedua faktor tersebut. Hasil analisis statistik berdasarkan pengujian pervariabel menunjukkan bahwa pada faktor karakteristik petani
menunjukkan sebagian besar 6 variabel memberikan pengaruh secara signifikan terhadap intensitas komunikasi petani yaitu variabel umur, tingkat pendidikan,
pengalaman berusahatani, keikutsertaan dalam kelompok, luas lahan garapan dan status kepemilikan lahan.
Adapun variabel kepemilikan media massa dan tingkat pendapatan tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap intensitas komunikasi petani.
Untuk lebih rinci dan detail nilai koefisien regresi dan tingkat pengaruh karakteristik petani terhadap intensitas komunikasi petani kaitannya dengan
usahatani konservasi tanah dan air, maka akan dijelaskan berikut ini: Berdasarkan Tabel 16 bahwa faktor karakteristik petani pada variabel
umur menunjukkan nilai koefisien regresi negatif pada masing-masing variabel intensitas komunikasi petani namun jika diuji secara langsung dengan intensitas
komunikasi petani menunjukkan nilai regresi positif. Nilai negatif artinya semakin bertambah umur seseorang maka semakin menurun tingkat intensitas
berkomunikasinya. Baik intensitas komunikasi sesama petani, intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional, intensitas komunikasi dengan
media massa serta intensitas penyuluhan. Umur berkaitan erat dengan faktor tenaga sehingga petani yang memiliki umur tua tidak memungkinkan untuk
meningkatkan intensitas komunikasi sampai intensitas mengikuti penyuluhan secara rutin.
Variabel umur petani memberikan pengaruh secara signifikan terhadap intensitas komunikasi dengan media massa dan intensitas penyuluhan. Sedangkan
pada variabel intensitas komunikasi sesama petani, intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.
Berdasarkan Tabel 16 bahwa tingkat pendidikan petani responden memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas komunikasi petani pada
variabel intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional dan intensitas komunikasi dengan media massa keterdedahan media massa dan tingkat
pendidikan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas komunikasi sesama petani dan intensitas penyuluhan.
Tingkat pendidikan petani responden memiliki nilai koefesien regresi yang positif pada setiap variabel intensitas komunikasi petani. Angka positif artinya
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi tingkat intensitas komunikasi dengan sesama petani, dengan pengelola taman nasional,
dengan media massa serta intensitas penyuluhan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Jahi 1988 bahwa seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan lebih
tinggi umumnya lebih menyadari kebutuhan akan informasi, sehingga menggunakan lebih banyak jenis informasi dan lebih terbuka terhadap media
massa. Faktor karakteristik petani pada variabel pengalaman berusahatani
menunjukkan nilai koefisien regresi bernilai negatif dengan nilai koefisien regresi masing-masing yaitu terhadap intensitas komunikasi dengan sesama petani -
2,949, intensitas komunikasi dengan pengelola -3,041, intensitas komunikasi dengan media -3,403 intensitas penyuluhan, -3,291 namun pada pengujian
antara variabel tingkat pengalaman dengan intensitas komunikasi petani menunjukkan nilai koefisien regresi yang positif.
Nilai negatif artinya semakin lama dan tinggi tingkat pengalaman seseorang dalam berusahatani maka semakin rendah tingkat intensitas
komunikasi. Karena petani yang telah memiliki pengalaman yang lama dan tinggi mereka memiliki keterbatasan waktu yang dimiliki sehingga berpengaruh dalam
melakukan interaksi dan intensitas komunikasi sesama petani, dengan pengelolaan taman nasional, dengan media massa serta intensitas mengikuti penyuluhan.
Variabel pengalaman berusahatani memberikan pengaruh secara signifikan terhadap setiap variabel intensitas komunikasi petani.
Kepemilikan media massa tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas komunikasi petani baik pada setiap variabel intensitas
komunikasi petani. Variabel kepemilikan media massa sebagian besar menunjukkan nilai koefisien regresi negatif namun pada uji antara kepemilikan
media massa dengan intensitas komunikasi petani sendiri menunjukan nilai koefisien regresi yang postif. Nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel
yaitu: intensitas komunikasi sesama petani -0,988, intensitas komunikasi dengan pengelola -0,654, intensitas komunikasi dengan media -0,616 serta intensitas
penyuluhan -0,490. artinya semakin tinggi tingkat kepemilikan media massa maka semakin menurun tingkat intensitas komunikasi sesama petani, intensitas
komunikasi dengan pengelola taman nasional, dan intensitas penyuluhan. Kepemilikan media massa yang semakin tinggi dan banyak dapat
menyebabkan seseorang memiliki perhatian kepada seseorang semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena semakin banyak media massa yang dimiliki oleh
seseorang maka semakin banyak informasi yang didapat oleh media massa tersebut dan bahkan dapat menimbulkan kelebihan informasi overload dan
semakin banyak media massa yang dimiliki seseorang maka semakin sedikit waktu yang ada untuk berinteraksi sesama petani, pengelola taman nasional serta
intensitas mengikuti penyuluhan, kelebihan informasi dapat menimbulkan reaksi- reaksi negatif dalam berkomunikasi sebagaimana yang sebutkan oleh Millar
dalam Thoha 2004 bahwa kelebihan informasi overload hal ini merupakan suatu keadaan bahwa besarnya jumlah informasi yang diterima akan banyak
mempengaruhi jalannya komunikasi. Muatan informasi yang berlebihan ini lebih condong menimbulkan reaksi-reaksi yang negatif terhadap komunikasi. Bahkan
Millar dalam Thoha, 2004 menyebutkan bahwa ada tujuh reaksi terhadap kelebihan muatan informasi.
Berdasarkan Tabel 16 bahwa Keikutsertaan dalam kelompok memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas komunikasi petani. Baik pada
variabel intensitas komunikasi sesama petani, intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional dan inntensitas penyuluhan. Namun pada variabel
keikutsertaan dalam kelompok tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas keterpaan media massa.
Keikutsertaan dalam kelompok memiliki nilai koefisien regresi yang negatif pada setiap variabel, nilai negatif artinya semakin banyak keikutsertaannya
dalam kelompok atau organisasi maka semakin menurun intensitas komunikasi petani yang terjadi diantara kelompok tani tersebut yang menyangkut tentang
usahataninya. Semakin banyak organisasi atau kelompok yang diikuti maka intensitas komunikasi dengan sesama petani, dengan pengelola taman nasional,
dengan media massa serta intennsitas penyuluhan semakin menurun. Hal ini di sebabkan karena waktu yang tersedia tidak cukup untuk melakukan interaksi dan
komunikasi yang banyak dengan anggota kelompok taninya serta adanya perbedaan minat dan masalah yang dihadapi dari kelompok atau organisasi yang
berbeda. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Tubbs dan Moss 2001
Sebenarnya, kebanyakan orang setidaknya pernah menjadi anggota suatu kelompok yang bertujuan mencari pemecahan masalah tertentu. Dan selanjutnya
dikatakan bahwa setiap kelompok terdiri dari beberapa orang dengan gagasan, keahlian, dan minat yang berbeda-beda. Masalah yang dihadapi kelompok-
kelompok tersebut juga berlainan. Setiap kelompok mempunyai masalah yang harus diselesaikan dan harus menentukan cara pemecahan terbaik-idealnya
dengan memanfaatkan sumber daya yang berasal dari semua anggotanya. Berdasarkan Tabel 16 bahwa tingkat pendapatan petani tidak menunjukan
pengaruh yang signifikan terhadap intensitas komunikasi petani. Namun tingkat pendapatan memberikan nilai koefisien regresi yang poisitif pada masing-masing
variabel intensitas komunikasi petani yaitu intensitas komunikasi dengan sesama petani dengan nilai koefisien regresi 1,692, intensitas komunikasi dengan
pengelola 1087, intensitas komunikasi dengan media massa 1,440 serta intensitas penyuluhan 1,842. Artinya semakin tinggi tingkat pendapatan petani
maka semakin meningkat intensitas komunikasi dengan sesama petani, intensitas komunikasi dengan pengelola, intensitas komunikasi dengan media serta
intensitas penyuluhan. Hal ini disebabkan karena petani yang memiliki pendapatan yang tinggi memiliki waktu yang tersedia untuk berinteraksi sesama
petani, dengan pengelola taman nasional, dengan media massa serta intensitas penyuluhan karena perhatiannya tidak lagi terfokus pada kegiatan usahataninya.
Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa luasan lahan garapan yang dimiliki petani berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas komunikasi petani. Luas
lahan garapan petani memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas komunikasi dengan sesama petani dan intensitas penyuluhan yang diikuti namun
tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional dan terhadap intensitas komunikasi dengan
media massa.
Luas lahan garapan petani memiliki nilai koefisien regresi yang positif terhadap setiap variabel intensitas komunikasi. Namun jika diuji luasan lahan
garapan dengan intensitas komunikasi petani itu sendiri menunjukan nilai yang negatif. Nilai positif artinya semakin luas lahan garapan seorang petani maka
semakin tinggi dan semakin meningkat intensitas komunikasi yang terjadi baik intensitas komunikasi dengan sesama petani, intensitas komunikasi dengan
pengelola taman nasional, intensitas komunikasi dengan media massa serta intensitas penyuluhan hal tersebut disebabkan karena semakin luas lahan
garapannya maka semakin banyak membutuhkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelolanya sehingga proses interaksi dan intensitas komunikasi yang
terjalin dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan manajemen pengelolaan usahatani yang tepat.
Berdasarkan Tabel 16 di atas bahwa karakteristik petani pada variabel status kepemilikan lahan memberikan pengaruh secara signifikan terhadap
intensitas komunikasi petani pada setiap variabel yaitu intensitas komunikasi dengan sesama petani, intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasiona,
intensitas komunikasi dengan media massa serta intensitas penyuluhan. status kepemilikan lahan menunujukkan nilai koefisien regresi yang positif pada setiap
variabel. Artinya status kepemilikan lahan sangat mempengaruhi pola dan intensitas komunikasi petani. Semakin jelas status kepemilikan atas lahan garapan
misalnya milik sendiri, sewa atau penggarap dan seterusnya maka semakin meningkat intensitas komunikasi petani tersebut. Status milik sendiri yang diolah
dalam berusahatani sangat mempengaruhi pola dan intensitas komunikasi dan menurunnya tingkat intensitas komunikasinya dengan sesama petani maupun
dengan yang lainnya berkaitan tentang berusahatani yang bermakna konservasi tanah dan air.
Berdasarkan hasil analisis statistik pada Tabel 16 di atas tentang faktor karakteristik petani yang mempengaruhi intensitas komunikasi petani dalam
melakukan konservasi tanah dan air dapat ditulis persamaan dan model regresi antara faktor karakteristik petani X
1
dan intensitas komunikasi petani Y
1
sebagai berikut:
Y
1
= α + b
1
X
1.1
+ b
2
X
1.2
+ b
3
X
1.3
+ b
4
X
1.4
+ b
5
X
1.5
+ b
6
X
1.6
+ b
7
X
1.7
+ b
8
X
1.8
Y
1
= 2,046 + 3,402X
1.1
+ 0,112X
1.2
+ 3,923X
1.3
+ 2,657X
1.4
– 4,783X
1.5
+ 2,478X
1.6
– 3,330X
1.7
+ 6,393X
1.8
Berdasarkan persamaan dan model regresi antara faktor karakteristik petani terhadap intensitas komunikasi petani diatas didapat bahwa nilai konstanta
sebesar 2.046 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari faktor karakteristik petani X
1
maka nilai pengaruhnya intensitas komunikasi petani Y
1
adalah 2,046.
5.5.2. Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Intensitas Komunikasi Petani