Sikap Perilaku Petani Pengetahuan, Sikap dan Tindakan 1. Pengetahuan

penganalisis, organisatoris, pembimbing petani, dinamisator, teknisi dan jembatan penghubung antar lembaga penelitian dengan petani. Menurut Slamet Akib, 2002 menyebutkan penyuluhan pertanian sebagai ujung tombak pembangunan pertanian. Setidak-tidaknya bila dilihat dalam jajaran pemerintah yang menangani pertanian. Penyuluhan pertanian membawakan peranan yang penting dalam pembentukan sikap positif sehingga petani selanjutnya akan lebih giat dalam mengadopsi teknologi. 2.6. Perilaku Petani Pengetahuan, Sikap dan Tindakan 2.6.1. Pengetahuan Menurut Kilbler Zahid, 1997 Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai ingatan mengenai sesuatu yang bersifat spesifik atau umum, ingatan mengenai metode atau proses, ingatan mengenai pola, susunan atau keadaan. Selanjutnya Lahlry Severin dan Tankard, 2005 memberikan definisi persepsi sebagai proses yang kita gunakan untuk menginterpretasikan data-data sensoris. Data sensoriks sampai kepada kita melalui lima indra kita. dan hasil penelitian telah mengidentifikasi dua jenis pengaruh dalam persepsi, yaitu pengaruh struktural dan pengaruh fungsional Selanjutnya Berelson dan Steiner 1994 dalam menyatakan bahwa persepsi merupakan proses yang konpleks di mana orang memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan respon terhadap suatu rangsangan kedalam situasi masyarakat dunia yang penuh arti dan logis. Bennett, dkk 1989. menyatakan bahwa persepsi merupakan aktivitas aktif yang melibatkan pembelajaran tingkah laku yang melibatkan aktivitas kognitif. Persepsi juga meliputi juga aktivitas pembuatan inferensi. Didalam bentuk-bentuk persepsi, sebuah rangsangan ditentukan sebagai salah satu kategori khusus berdasarkan informasi yang tidak lengkap. Akhirnya dapat ditarik pengertian bahwa inferensi- inferensi ini tidak selalu benar.

2.6.2. Sikap

Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan, seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya Van den Ban dan Hawkins, 1999. Sikap juga adalah kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan denagan obyek sikap. Hal ini sejalan dengan pernyataan Meyrs Sarwono, 2002 bahwa sikap adalah sesuatu atau seseorang yang ditunjukkan dalam kepercayaan, perasaan atau perilaku seseorang. Konsep sikap yang telah dideskripsikan oleh Goldon Allport Severin dan Tankard, 2005 mungkin adalah yang paling istimewa atau penting dalam psikologi sosial Amerika komtemporer. Allport menyebutkan bahwa istilah itu muncul untuk menggantikan istilah-istilah samar dalam psikologi seperti naluri, adat istiadat, tekanan sosial, dan sentimen. Menurut Krech dkk. Severin dan Tankard, 2005 sebuah sistem evaluasi positif atau negatif yang awet, perasaan-perasaan emosional, dan tendensi tindakan pro atau kontra terhadap sebuah obyek sosial. Allpot menambahkan bahwa sikap adalah kesiapan mental dan sistem syaraf, yang diorganisasikan melalui pengalaman, menimbulkan pengaruh langsung atau dinamis pada respons- respon seseorang terhadap semua obyek dan situasi terkait. lebih lanjt lagi Murphy dan Newcomb Severin dan Tankard, 2005 menyebutkan bahwa sikap pada dasarnya adalah suatu cara pandang terhadap sesuatu. Mar’at 1981 meyebutkan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertenttu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek tersebut, selanjutnya memberikan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik dan buruk, positif negatif, menyenangkan tidak menyenangkan, setuju tidak setuju kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi tehadap obyek sikap. Sikap terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar Sarwono, 2002 pengalaman yang dimaksud adalah tentang obyek yang menjadi respon evaluasi dari sikap. Proses belajar dalam pengalaman adalah sebagai peningkatan pengetahuan individu terhadap obyek sikap. Proses belajar tersebut didapat melalu interaksi dengan pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama serta pengaruh faktor emosional Azwar, 2003.

2.6.3. Tindakan