Atas dasar keterangan diatas, maka lembaga-lembaga yang mungkin dapat dikembangkan untuk menjadi lembaga keuangan pedesaan yang menangani
kredit usahatani konservasi adalah Bank Perkreditan Rakyat BPR, Lembaga Dana dan Keuangan Pedasaan LDKP dan Koperasi dimana lembaga tersebut
baik karena status kepemilikan maupun motivasi pendirian ditujukan untuk melayani masyarakat miskin di pedesaan.
2.2.3. Lembaga Sosial
Dalam rangka pengelolaan kawasan taman nasional dan daerah aliran sungai kritis sudah sering didengar istilah keterpaduan. Dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah pengelolaan kawasan taman nasional dan DAS yang merupakan satu kesatuan kegiatan, dimana di dalamnya terlihat berbagai unsur
kelembagaan formal baik instansi pemerintah maupun nonpemerintah. Selanjutnya perlu diingat bahwa kemampuan aparat unsur kelembagaan tersebut
khsusnya pada tingkat daerah baik dari segi kuantitas maupun kualitas masih sangat terbatas. Oleh karena itu keterpaduan antar lembaga hanya akan efektif
apabila tuntunan kuantitas dan kualitas aparat unsur kelembagaan dapat ditingkatkan, baik melalui pendidikanlatihan, pembinaan informal maupun
tambahan jumlah aparat.
2.2.4. Organisasi Usahatani Konservasi
Sudah banyak kegiatan pengelolaan DAS terpadu dan bersifat lintas sektoral yang pernah dilaksanakan selama ini. Namun sistem organisasi yang
dibuat masih bersifat kegiatan proyek yang ditentukan dari pusat dan struktur organisasinnyapun terbentang dari pusat sampai kedaerah. Masalah klasik yang
selalu timbul adalah sistem organisasi yang dibuat melalui kegiatan proyek tersebut ternyata tidak melembaga, khususnya pada tingkat daerah di mana
pelembagaan sangat diharapkan. Hal ini antara lain disebabkan 1 kurangnya keterlibatan instansi didaerah dalam perencanaan proyek, 2 tidak adanya
kebebasan pemerintah daerah untuk memodifikasi organisasi proyek pada tingkat daerah hingga sesuai dengan kondisi daerahnya, 3 kurang jelasnya pembagian
fungsi dan tanggung jawab antar instansi di daerah dan 4 terbatasnya kuantitas dan kualitas aparat instansi di daerah.
2.2.5. Nilai Sosial Budaya
Nilai sosial budaya adalah suatu kesadaran dan emosi yang relatif lama hilangnya terhadap suatu obyek, gagasan atau orang, dan salah satu cirinya bahwa
nilai itu merupakan unsur penting yang tidak dapat diremehkan oleh masyarakat penganutnya. Nilai sosial dijunjung tinggi oleh banyak orang karena berdasarkan
konsensus masyarakat nilai itu menyangkut kesejahteraan bersama. Nilai itu merupakan petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan
tingkah laku manusia Sujarwo, 2004. Selanjutnya Padmowihardjo Sujarwo, 2004 mengatakan bahwa dalam
kehidupan masyarakat, nilai sosial berfungsi: 1 sebagai alat untuk menetapkan harta sosial suatu masyarakat, 2 mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan
bertingkah laku, 3 sebagai penentu dalam memenuhi peranan sosial manusia, 4 dan sebagai alat solidaritas di kalangan anggota masyarakat. Dimyati Sujarwo,
2004 menambahkan lagi bahwa pola sikap dan perilaku seseorang anggota masyarakat banyak dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor antara lain adalah
lingkungan alam, faktor keturunan, lingkungan sosial, pengalaman, pendidikan dan pengetahuan.
2.3. Komunikasi