Kebanyakan kota juga tumbuh di daerah-daerah semacam itu, terutama karena memiliki kemudahan akses pada dunia luar. Memang ada pula kota di daerah
pegungnan, tetapi jumlahnya tidak begitu banyak dan biasanya juga lamban perkembangannya.
Topografi seperti itu juga mempengaruhi sikap dan tindakan sosial. Bentuk perkampungan di daerah pegunungan biasanya tersebar scattered.
Banyak rumah tangga yang terisolasi satu sama lain. Maka mudah dimengerti apabila kemudian interaksi sosial yang terjalin diantara sesama anggota
masyarakat kurang intense. Meskipun tidak berarti terjadi antagonisme sikap permusuhan. Mereka melakukan kontak dengan tetangganya hanya tatkala ada
kebutuhan tertentu yang tidak dapat dikerjakan sendiri, dan selebihnya semua masalah diusahakan untuk diselesaikan di antara anggota keluarganya sendiri.
Dibeberapa daerah bahkan terbentuk the individualistic family, yang hanya mementingkan kecukupan anggota keluarganya sendiri.
Faktor berikutnya yang juga berpengaruh terhadap kehiddupan manusia adalah cuaca. Cuaca adalah kondisi yang antara lain ditentukan oleh temperatur,
curah hujan dan arah angin. Cuaca sangat sulit dimodifikasi atau diubah, manusia hanya dapat menyesuaikan diri terhadapnya. Manusia membangun berbagai
bentuk rumah dan ruangan tempat kerja yang sesuai dengan keadaan cuaca. Yang tampak kemudian adalah perbedaan arsitektur rumah di daerah-daerah bercuaca
panas dengan yang terdapat di daerah-daerah bercuaca dingin. Bentuk-bentuk penyesuaian tersebut kemudian mempengaruhi ritme interaksi sosial yang terjalin
diantara para penghuninya.
2.9. Pengaruh
Karakteristik Petani
terhadap Perilaku
Petani Pengetahuan,Sikap, dan Tindakan
Manusia adalah makhluk sosial, dari proses sosial manusia memproleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya. Terdapat tiga komponen
yang mempengaruhi hal tersebut, yaitu komponen afektif, komponen kongnitif dan komponen konatif. Komponen afektif merupakan aspek emosional.
Komponen kongnitif merupakan aspek intelektual, yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen konatif adalah aspek volisional, yang
berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak Rakhmat, 2001.
Komponen afektif merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Komponen afektif terdiri dari motif sosiogenis, sikap dan emosi. Selanjutnya
Rakhmat 2001 merangkum tentang komponen dari pada sikap yaitu: 1 sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam
menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai, 2 sikap mempuyai daya dorong atau motivasi, 3 sikap relatif lebiih menetap, 4 sikap mengandung aspek evaluatif
dan 5 sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar, sehingga sikap dapat diperteguh atau diubah.
Komponen konatif adalah aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia
yang menetap, berlangsung secara otomatis tidak direncanakan sehingga kebiasaan dapat memberikan pola perilaku yang dapat diramalkan. Adapun
kemauan adalah tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan Rakhmat, 2001.
2.10. Taman Nasional dan Pengelolaannya
Taman Nasional TN merupakan aset nasional dan internasional yang memiliki nilai manfaat penting bagi kehidupan umat manusia, IUCN
international union for the conservation of nature and natural resources,1994 dalam Sarbi, 2006 memberikan kriteria penetapannya yang berfungsi sebagai
upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan lestari. Undang-undang No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya juga
memberikan panduan dalam pengelolaan taman nasional yang didasarkan pada sistem zonasi zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan dan zona lainya.
Selanjutnya Taman Nasional menurut Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 menjelaskan juga tentang konservasi sumberdaya alam Hayati dan
Ekosistemnya adalah kawasan pelestaria alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang diamnfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam. Fungsi taman nasional adalah: 1 sebagai kawasan perlindungan sistem
penyangga kehidupan, 2 sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuh dan satwa, 3 sebagai kawasan pemanfaatan secara lestari potensi sumberdaya
alam hayati dan eksistemnya.
Salah satu fungsi dari sebuah taman nasional dan kawasan konservasi adalah sebagai pengatur tata air atau fungsi hidrologis, apakah itu sebagai
reservoir atau sebagai areal penangkapan air yang ada di hulu. Hal itu sangat tegas sebagaimana fungsinya dalam siklus air yang terjadi di bumi ini. Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango TNGP merupakan kawasan pengatur air bagi kawasan di sekitarnya yang meliputi Cianjur, Sukabumi, Bogor, Jakarta, Karawang, dan
daerah lainnya di sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TNGP termasuk di dalamnya daerah hilir dari sungai-sungai yang bagian hulunya berada
di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TNGP. Dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TNGP ini mengalir 60 sungai dari arah hulu yang
kemudian menjadi 4 aliran DAS. Melihat fungsinya yang sangat besar bagi wilayah sekitarnya, dimana
wilayah-wilayah tersebut bergantung pada kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TNGP ini, seperti halnya sumber air bagi kegiatan kehidupan
termasuk kegiatan perekonomian seperti pertanian, perikanan, dan air untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Selain itu air yang bersumber dari Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango TNGP diolah menjadi air mineral. Perusahaan-perusahaan pengolah air mineral tersebut baik yang ada di Jawa Barat,
Banten dan Jakarta, hampir semua sumber airnya berasal dari mata air-mata air di sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TNGP. Karena fungsinya
yang sangat vital dalam keberlanjutan sumberdaya dan stok. Maka areal taman nasional harus terjaga kelestariannya demi kepentingan dan kebutuhan masa
depan. Dan salah satu metode untuk menjaga kelestariannya yaitu menerapkan teknik dan konsep konservasi dalam melakukan usaha pertanian di sekitar
kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TNGP. 2.11. Konservasi Tanah dan Air secara Berkelanjutan
Konservasi berasal dari bahasa inggris ”to converse” yang diartikan sebagai melestarikan pemanfaatan. Bila ini dikaitkan dengan potensi alam yang
dapat diperbaharui, dibina untuk dapat menguatkan fungsi produktivitas dan kualitasnya maka akan sangat tepat. Misalnya konservasi flora dan fauna,
konservasi alam, konservasi tanah dan air Yulianto, 2001 selanjutnya Menurut Sismomartono 1989. Konservasi diartikan sebagai perlindungan, perbaikan, dan
pemakaian sumberdaya alam menurut prinsip-prinsip yang akan menjamin keuntungan ekonomi atau sosial yang tinggi secara lestari.
Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah,sifat-sifat fisik dan kimia tanah dan keadaan topografi lapangan
menentukan kemampuan tanah untuk suatu penggunaan dan perlakuan yang diperlukan Arsyad, 2000. Dikatakan selanjutnya bahwa konservasi tanah
tidaklah berarti penundaan atau pelarangan pengunaan tanah, tetapi menyesuaikan jenis penggunaannya dengan kemampuan tanah dan memberikan perlakuan sesuai
dengan syarat-syarat yang diperlukan, agar tanah dapat berfungsi secara lestari. Konservasi tanah berhubungan erat dengan konservasi air. Setiap perlakuan yang
diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air, dan usaha untuk mengkonservasi tanah juga merupakan konservasi air. Salah satu tujuan
konservasi tanah adalah meminimumkan erosi pada suatu lahan. Laju erosi yang masih lebih besar dari erosi yang dapat ditoleransikan merupakan masalah yang
bila tidak ditanggulangi akan menjebak petani kembali ke dalam siklus yang saling memiskinkan. Tindakan konservasi tanah merupakan cara untuk
melestarikan sumberdaya alam. Konservasi tanah dan air merupakan hal yang esensial untuk melanjutkan
produktivitas lahan pada pertanian tanaman semusim, terutama pada lahan-lahan berbukit yang mempunyai kemiringan lereng curam. Tanpa tindakan konservasi
tanah akan terjadi erosi yang serius, menghasilkan lahan-lahan yang terdegradasi, sehingga produktivitas lahan menurun, aliran permukaan meningkat dan disisi
lain akan menimbulkan masalah sedimentasi Meyer, 1981. Konservasi air adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah untuk pertanian
se-efisien mungkin, dan pengaturan waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau. Setiap
perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya. Oleh karena itu, konservasi tanah dan
konservasi air merupakan dua hal yang berhubungan erat sekali, berbagai
tindakan konservasi tanah merupakan juga tindakan konservasi air Arsyad, 2000.
Upaya memperbaiki produktivitas lahan kering dan lahan-lahan marginal sebenarnya telah dilakukan pemerintah sejak lama melalui reboisasi dan
penghijauan, akan tetapi upaya tersebut masih jauh dari berhasil. Pada dasarnya usahatani konservasi merupakan suatu paket teknologi usahatani yang bertujuan
meningkatkan produksi dan pendapatan petani, serta melestarikan sumberdaya tanah dan air Saragih, 1996, akan tetapi penyerapan teknologi tersebut masih
relatif lambat yang disebabkan karena: 1 besarnya modal yang diperlukan untuk penerapannya khususnya untuk investasi bangunan konservasi; 2 kurangnya
tenaga penyuluh untuk mengkomunikasikan teknologi tersebut kepada petani; 3 masih lemahnya kemampuan dan pemahaman petani untuk menerapkan teknologi
usahatani konservasi sesuai yang diintroduksikan; 4 keragaman komoditas yang diusahakan di DAS-DAS kritis; dan 5 terbatasnya sarana-prasarana pendukung
penerapan teknologi usahatani konservasi. Konservasi bertujuan untuk; 1 mencegah kerusakan tanah oleh erosi; 2
memperbaiki tanah yang rusak, dan 3 memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar dapat digunakan secara lestari. Konservasi tanah
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konservasi air yang pada prinsipnya adalah penggunaan air se-efisien mungkin, dan melakukan pengaturan
waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau. Sehingga setiap tindakan konservasi terhadap tanah
juga merupakan konservasi terhadap air. Dalam usaha konservasi tanah dan air, ada tiga cara pendekatan yang
dapat dilakukan, yaitu 1 metode vegetatif; 2 metode mekanik; dan 3 metode kimia. Tiap-tiap metode ini mempunyai kelebihan masing-masing. Dalam tulisan
ini, akan ditekankan pada metode vegetatif dan kimia, sedangkan metode mekanik akan dibahas lebih khusus pada bangunan konservasi.
2.11.1. Metode Vegetatif Konservasi Tanah dan Air
Teknik konservasi tanah dan air dapat dilakukan secara vegetatif dalam bentuk pengelolaan tanaman berupa pohon atau semak, baik tanaman tahunan
maupun tanaman setahun dan rumput-rumputan. Teknologi ini sering dipadukan dengan tindakan konservasi tanah dan air secara pengelolaan Sinukaban, 1989.
Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin keberlangsungan keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat: 1 memelihara kestabilan struktur
tanah melalui sistem perakaran dengan memperbesar granulasi tanah, 2 penutupan lahan oleh seresah dan tajuk mengurangi evaporasi, 3 disamping itu
dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan porositas tanah, sehingga memperbesar jumlah infiltrasi dan mencegah terjadinya
erosi. Fungsi lain daripada vegetasi berupa tanaman kehutanan yang tak kalah pentingnya yaitu memiliki nilai ekonomi sehingga dapat menambah penghasilan
petani Hamilton, 1997. Metode vegetatif merupakan metode yang menggunakan tanaman dan
sisa-sisa tanaman yang bertujuan untuk: 1 melindungi tanah terhadap daya perusak butir-butir hujan; 2 melindungi tanah terhadap daya perusak aliran air di
atas permukaan tanah; 3 menurunkan kecepatan aliran dengan meningkatkan tahanan hidrolik pada saluran sehingga akan sangat mengurangi daya rusak dan
abrasi dari aliran. Jika kecepatan aliran dapat dikurangi, maka sedimen dapat diendapkan; dan 3 memperbaiki kapasitas infiltrasi dan penahanan air yang
langsung mempengaruhi besarnya aliran permukaan. Teknik pengelolaan tanah dan tanaman yang termasuk dalam metode
vegetatif ini adalah: a Penanaman tanaman penutup tanah, b Penanaman dalam strip strip cropping, c Pergiliran tanaman dengan tanaman pupuk hijau atau
tanaman penutup tanah Conservation rotation, d Pemanfaatan sisa tanaman
crop residue management, dan e Tanaman lorong Alley cropping . Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang khusus ditanam untuk mengurangi daya rusak butir hujan dan aliran permukaan sehingga dapat
melindungi tanah dari ancaman kerusakan karena erosi, menambah bahan organik tanah dan melakukan transpirasi yang mengurangi kadar air tanah yang
berlebihan. Tanaman yang digunakan sebagai penutup tanah harus memenuhi syarat-
syarat: 1 mudah diperbanyak, terutama dengan biji; 2 mempunyai sistem
perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi yang berlebihan terhadap tanaman pokok tetapi malah mampu menekan pertumbuhan gulma; 3 pertumbuhannya
cepat dan banyak menghasilkan daun dan toleran terhadap pemangkasan; 4 tahan terhadap serangan hama dan penyakit dan kekeringan; 5 sesuai dengan
fungsinya untuk reklamasi tanah. Tanaman penutup tanah yang paling banyak digunakan adalah dari jenis
Leguminosa, karena dapat menambah nitrogen tanah dan perakarannya tidak menyebabkan kompetisi yang berat terhadap tanaman pokok. Secara umum,
tanaman penutup tanah dapat digolongkan dalam: 1 Tanaman penutup tanah rendah; jenis rumput-rumputan dan tanaman
merambat atau menjalar. Jenis ini dapat digunakan pada pola tanam rapat, barisan dan juga untuk penggunaan perlindungan khusus seperti tebing, talud
terras, dinding saluran draenase dan irigasi. 2 Tanaman penutup tanah sedang; berupa semak. Umumnya digunakan pada
pola pertanaman teratur diantara barisan tanaman utama, barisan pagar, sebagai sumber mulsa atau pupuk hijau diluar tanaman utama.
3 Tanaman penutup tanah tinggi; jenis pohon-pohonan. Tanaman ini digunakan pada pertanaman teratur diantara barisan tanaman utama dan di dalam barisan,
digunakan untuk reboisasi dan sebagai cover tebing. 4 Tumbuhan rendah alami. Umumnya diterapkan pada perkebunan terutama
perkebunan karet. 5 Tanaman atau rumput pengganggu yang tidak disukai.
Strip Cropping
Merupakan suatu sistem bertanam dimana beberapa jenis tanaman ditanam dalam strip-strip yang berselang-seling pada sebidang tanah dan disusun
memotong lereng atau menurut garis kontur. Ada tiga tipe strip cropping, yaitu: a strip cropping menurut kontur dengan urutan pergiliran tanaman yang tepat;
b strip cropping lapangan yang terdiri atas strip tanaman yang lebarnya seragam yang disusun melintang arah lereng; c strip cropping berpenyangga yang terdiri
atas strip rumput atau leguminosa yang dibuat di antara strip tanaman pokok menurut kontur.
Strip cropping umumnya diterapkan pada tanah-tanah dengan klasifikasi kemampuan tanah kelas II-IV, dengan kelerengan 6-15. Lebar strip antara 20-50
m tergantung dari curah hujan, sifat tanah, topografi dan jenis tanaman yang digunakan.
Pergiliran Tanaman
Pergiliran tanaman adalah sistem penanaman berbagai tanaman secara bergilir dalam urutan waktu tertentu pada satu bidang tanah. Pergiliran merupakan
suatu cara yang penting dalam sistem konservasi tanah dan mempunyai peranan mengurangi atau menghindarkan terhadap bahaya erosi dan penting artinya dalam
meningkatkan produksi tanaman. Pada tanah-tanah berlereng, pergiliran sangat efektif untuk pencegahan erosi. Pergiliran tanaman dapat memperbaiki sifat fisika
dan kesuburan tanah jika sisa atau potongan tanaman gilir dijadikan mulsa atau dibenamkan, sehingga mempertinggi kemampuan tanah menahan dan menyerap
air, mempertinggi stabilitas agregat dan kapasitas infiltrasi tanah Pergiliran tanaman dengan menggilirkan antara tanaman pangan dan
tanaman penutup tanahpupuk hijau adalah salah satu cara penting dalam konservasi tanah. Pergiliran tanaman mempengaruhi lamanya pergantian
penutupan tanah oleh tajuk tanaman. Selain berfungsi sebagai pencegahan erosi, pergiliran tanaman memberikan keuntungan-keuntungan lain seperti:
1. Pemberantasan hama penyakit, menekan populasi hama dan penyakit karena memutuskan si klus hidup hama dan penyakit atau mengurangi
sumber makanan dan tempat hidupnya 2. Pemberantasan gulma, penanaman satu jenis tanaman tertentu terus
menerus akan meningkatkan pertumbuhan jenis-jenis gulma tertentu 3. Mempertahankan dan memperbaiki sifat-sifat fisik dan kesuburan tanah,
jika sisa tanaman pergiliran dijadikan mulsa atau dibenamkan dalam tanah akan mempertinggi kemampuan tanah menahan dan menyerap air,
mempertinggi stabilitas agregat dan kapasitas infiltrasi tanah dan tanaman tersebut adalah tanaman leguminosa akan menambah
kandungan nitrogen tanah, dan akan memelihara keseimbangan unsur hara karena absorpsi unsur dari kedalaman yang berbeda
Pemanfaatan sisa tanaman Crop residue management
Penggunaan sisa tanaman untuk konservasi tanah dapat dalam bentuk mulsa atau pupuk hijau. Mulsa mengurangi erosi dengan cara meredam energi
hujan yang jatuh sehingga tidak merusak struktur tanah, mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan mengurangi daya kuras aliran permukaan.
Mulsa sebagai sumber energi akan meningkatkan kegiatan biologi tanah dan dalam proses perombakannya akan terbentuk senyawa-senyawa organik yang
penting dalam pembentukan struktur tanah. Pengaruh mulsa selain mengurangi erosi juga mempengaruhi suhu tanah
dan aerasi. Suhu tanah maksimum pada kedalaman 5 cm turun 6-12
o
C, dan pada kedalaman 10 cm turun 4-6
o
C, sedangkan suhu minimum rata-rata naik 1
o
C. Dengan menurunnya suhu maksimum, maka kecepatan perombakan bahan
organik akan menurun, hal ini penting karena menurunnya kadar bahan organik dapat mempengaruhi laju erosi.
Pemanfaatan sisa-sisa panen sebagai sebagai pupuk juga telah dilakukan sebagian petani di beberapa daerah sejak jaman dulu. Sisa-sisa panen yang
dibiarkan atau ditinggalkan di lahan pertanian mempunyai banyak fungsi dalam menunjang usaha tani, diantaranya adalah sebagai mulsa yang dapat
menghindarkan pengrusakan
permukaan tanah
oleh energi
hujan, mempertahankan kelembaban tanah mengurangi penguapan, sisa panen lambat
laun akan terdekomposisi terjadi mineralisasi yaitu perubahan bentuk organik menjadi anorganik sehingga unsur hara yang dilepaskan akan menjadi tersedia
untuk tanaman, disamping itu asam-asam organik yang dihasilkan dapat berfungsi sebagai bahan pembenah tanah atau soil conditioner.
Tanaman Lorong Alley cropping
Tanaman lorong adalah suatu bentuk usahatani agroforestry dimana tanaman semusim atau pangan ditanam di antara lorong-lorong yang ada di antara barisan
pagar tanaman pohonan. Pertanaman lorong sangat tepat dilakukan baik pada lahan usaha tani yang datar maupun berlereng. Pada lahan berlereng, barisan
tanaman harus ditanam menurut kontur agar dapat mencegah erosi.
Efektivitas tanaman lorong sangat ditentukan oleh jenis tanaman yang digunakan, jarak tanam dan kemiringan. Tanaman lorong mampu menahan
kehilangan tanah sampai dengan 93 dan kehilangan air hingga 83 dibandingkan dengan pertanaman semusim. Selain itu efektivitasnya didukung
karena terbentuknya terras alami yang mencapai ketinggian 25-30 cm pada dasar tanaman pagar.
2.11.2. Metode Mekanik Konservasi Tanah dan Air
Metode mekanik adalah semua perlakuan fissik mekanis yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan pembangunan untuk mengurangi aliran permukaan
dan erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Arsyad, 2000. Metode mekanik dalam konservasi tanah berfungsi; a memperlambat
aliran permukaan, b menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengaaan kekuatan yang tidak merusak, c memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air ke
dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah, dan d penyedian air bagi tanaman. Termasuk ke dalam metode mekanik adalah; 1 pengolahan tanah tillage, 2
pengolahan tanah menurut kontur countur cultivation, 3 guludan dan guludan bersaluran menurut kontur, 4 terras, 5 dam penghambat chek dam, waaduk,
balong farm pond, rorak, tanggul, dan 6 perbaikan drainase dan irigasi
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan kebudayaan yang tertua dalam pertanian dan tetap diperlukan dalam pertanian modern. Pengolahan tanah bagaimana yang tepat
untuk kelestarian sumberdaya tanah? Arsyad, 2000 mendefinisikan pengolahan tanah sebagai setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk
menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pengolahan tanah adalah untuk menyiapkan tempat pesemaian, tempat bertanam,
menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa tanaman, dan memberantas gulma.
Soepardi 1979 mengatakan mengolah tanah adalah untuk menciptakan sifat olah yang baik, dan sifat ini mencerminkan keadaan fisik tanah yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman. Cara pengolahan tanah sangat mempengaruhi struktur tanah alami yang baik yang terbentuk karena penetrasi akar atau fauna
tauna, apabila pengolahan tanah terlalu intensif maka struktur tanah akan rusak. Kebiasaan petani yang mengolah tanah secara berlebihan dimana tanah diolah
sampai bersih permukaannya merupakan salah satu contoh pengolahan yang keliru karena kondisi seperti ini mengakibatkan surface sealing yaitu butir tanah
terdispersi oleh butir hujan, menyumbat pori-pori tanah sehingga terbentuk surface crusting. Untuk mengatasi pengaruh buruk pengolahan tanah, maka
dianjurkan beberapa cara pengolahan tanah konservasi yang dapat memperkecil terjadinya erosi. Cara yang dimaksud adalah:
1. Tanpa olah tanah TOT, tanah yang akan ditanami tidak diolah dan sisa- sisa tanaman sebelumnya dibiarkan tersebar di permukaan, yang akan
melindungi tanah dari ancaman erosi selama masa yang sangat rawan yaitu pada saat pertumbuhan awal tanaman. Penanaman dilakukan
dengan tugal. Gulma diberantas dengan menggunakan herbisida. 2. Pengolahan tanah minimal, tidak semua permukaan tanah diolah, hanya
barisan tanaman saja yang diolah dan sebagian sisa-sisa tanaman dibiarkan pada permukaan tanah.
3. Pengolahan tanah menurut kontur, pengolahan tanah dilakukan memotong lereng sehingga terbentuk jalur-jalur tumpukan tanah dan alur
yang menurut kontur atau melintang lereng. Pengolahan tanah menurut kontur akan lebih efektif jika diikuti dengan penanaman menurut kontur
juga yang memungkinkan penyerapan air dan menghindarkan pengangkutan tanah.
Sebagian dari praktek pengolahan tanah seperti ini sebenarnya sudah ada sejak dulu dan telah dilakukan oleh petani di beberapa daerah di Indonesia. Petani
mungkin menganggapnya sebagai tradisi nenek moyangnya yang perlu dipertahankan. Walaupun saat itu belum ada penyuluh pertanian ataupun literatur
tentang konservasi tanah, tetapi para petani telah menerapkan cara bertani yang berasaskan konservasi tanah. Mengolah tanah secara konservasi telah dilakukan
oleh orang jaman dulu dengan tujuan untuk mendapatkan hasil dari usahataninya guna memenuhi kebutuhan hidup jangka pendek, dan mungkin belum terpikirkan
oleh mereka untuk melestarikan sumberdaya tanah.
Pengolahan Tanah Menurut Kontur
Pada pengolahan tanah menurut kontur maka pembajakan dilakukan meurut kontur atau memotong lorong, sehingga terbentuk jalur-jalur tumpukan
tanah dan alur yang menurut kontur atau melintang lereng. Pengolahan tanah meurut kontur akan lebih efektif jika diikuti dengan penanaman menurut kontur
juga, yaitu barisan tananaman dibuat sejalan dengan arah garis kontur. Keuntungan utama pengolahan menurut kontur adalah terbentuknya
penghambat aliran permukaan yang memungkinkan penyerapan air dan menghindarkan pengangkutan tanah. Oleh karena itu, terutama di daerah beriklim
kering, pengolahan menurut kontur juga sangat efektif untuk konservasi air.
Guludan dan Guludan Bersaluran
Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut arah garis kontur atau memotong arah lereng. Tinggi tumpukan tanah dibuat sekitar
25-30 cm dengan lebar sekitar 25 sampai 30 cm. Jarak antara guludan tergantungpada kecuraman lereng, kepekaan erosi tanah dan erosivitas hujan.
Untuk tanah yang kepekaan erosinya rendah guludan dapat diterapkan pada tanah dengan kemiringan sampai 6 persen.
Guludan bersaluran juga dibuat memanjang menurut arah garis kontur atau memotong lereng. Pada guludan yang bersaluran, di sebelah atas lereng dari
guludan dibuat saluran yang memanjang mengikuti guludan. Ukuran guludan bersaluran sama seperti guludan biasa, sedangkan kedalaman saluran adalah 25
sampai 30 cm, lebar permukaan 30 cm. Pada metode ini guludan diperkuat dengan menanam rumput, perdu atau pohonan yang tidak begitu tinggi dan rindang.
Guludan bersaluran dapat dibuat pada tanah dengan lereng sampai 12 persen.
Terras
Terras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah. Dengan demikian maka erosi berkurang. Terdapat dua tipe terras yaitu a terras tangga atau terras bangku bencch terrace dan b terras
berdasar lebar broadbase terrace. Terras bangku atau tangga. Terras tangga dibuat dengan jalan memotong
lereng dan meratakan tanah di bagian bawah sehingga terjadi suatu deretan bentuk tangga atau bangku. Terras bangku dapat dibuat pada tanah berlereng dua persen
sampai jauh lebih lebar. Terras tangga dapat datar atau miring ke dalam . terras
bangku berlereng
ke dalam
dipergunakan untuk
tanah-tanah yang
permealibilitasnya rendah, dengan tujuan agar air tidak segera terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud.
Terras berdasar lebar. Terras berdasar lebar merupakan suatu saluran yang permukaannya lebar atau galengan yang dibuat memotong lereng pada
tanah-tanah yang berombak dan bergelombang. Berdasarkan fungsi utamanya terras berdasar lebar ada dua macam yaitu terras berlereng dan terras datar. Terras
berdasar lebar dapat di gunakan pada tanah berlereng antara 2 sampai 8 persen yaitu tanah-tanah klas II dan III.
Waduk, Dam Penghambat, Rorak dan Tanggul
Konservasi tanah, seperti telah dikemukakan sebelumnya, juga tergantung pada pengendalian air yang mengalir secara berlebihan di atas permukaan tanah.
Dam penghambat check dam, balongwaduk, rorak dan tanggul merupakan bangunan-bangunan yang dapat dipergunakan sebagai metode mekanik dalam
konservasi tanah dan air. Bangunan tersebut selain mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan juga memaksa air masuk kedalam tanah yang kan
menambah atau mengganti aair tanah dan air bawah tanah. Air yang tertampung dalam waduk atau balong dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti irigasi,
ternak, perikanan dan lebutuhan manusia sendiri.
Drainase dan Irigasi
Pembangunan fasilitas-fasilitas drainase dan irigasi adalah usaha-usaha pengaturan air sehingga tanah lebih dapat memenuhi kebutuhan manusia. Usaha-
usaha ini sesuai dangan dasar konservasi tanah yaitu memperlakukan setiap bidang tanah sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat
dipergunakan dalam produksi dan tidak terjadi kerusakan tanah. Jones, Arsyad, 2000.
Drainase berarti keadaan dan cara keluarnya air lebih excess water. Air lebih adalah air yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan
memenuhi atau menjenuhi pori-pori tanah. Dalam arti keadaan air lebih, drainase menunjukkan frekuensi dan lamanya tanah bebas dari air lebih, dan
mencerminkan kecepatan air lebih keluar dari tanah. Sebagai contoh, pada tanah
berdrainasebaik, air lebih segera keluar dari tanah tetapi tidak terlalu cepat, pada tanah berdrainase buruk air lebih tidak segera keluar akan tetapi tetap menjenuhi
tanah pada daerah perakaran untuk waktu yang lama sehingga akar tidak dapat mengambil oksigen, sedangkan pada tanah berdrainase berlebihan excessively
drained semua air keluar dari tanah dengan cepat sehingga tanaman menderita kekurangan air.
Irigasi berarti pemberian air kepada tanah untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman. Pekerjaan irigasi meliputi penampungan dan
pengambilan air dari sumbernya, pengaliran air melaluio saluran atau pipa ke tanah, dan pembuangan air yang berlebihan. Tujuan irigasi adalah memberikan
tambahan air terhadap air hujan, dan memberikan air kepada tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada waktu diperlukan. Selain dari kegunaan untuk
memenuhi kebutuhan air tanaman, air irigasi mempunyai kegunaan lain, seprti; a mempermudah pengolahan tanah, b mengatur suhu tanah dan iklim mikro, c
membersihkan tanah dari kadar garam atau asam yang terlalu tinggi, d membersihkan kotoran-kotoran dari selokansanitasi, e menggenangi tanah
untuk memberantas tumbuhan pengganggu dan hamapenyakit tanaman. Arsyad, 2000.
2.11.3. Metode Kimia Konservasi Tanah dan Air
Metode kimia dalam konservasi tanah dan air adalah dengan penggunaan preparat kimia sintetis atau alami. Awal tahun 1950 telah dikembangkan preparat
kimia yang digunakan untuk pembentukan struktur tanah yang stabil. Preparat kimia tersebut secara umum disebut Soil Conditioner. Sarief 1985 dalam Suripin
2004 mengemukakan bahwa usaha pemantapan tanah yang bertujuan untuk sifat fisik tanah dengan menggunakan preparat-preparat kimia baik secara buatan atau
alami, telah dikemukakan pertama kali pada simposium di Philadelpia pada tahun 1951. Pada saat itu diperkenalkan krilium sebagai bahan pemantap tanah pertama
oleh perusahaan Amerika Serikat. Krilium adalah senyawa garam natrium dari polycrylonitrile. Salah satu usaha pertama dalam penggunaan senyawa kimia
tersebut dilakukan oleh Bavel pada tahun 1950 yang menyatakan bahwa senyawa organik tertentu dapat memperbaiki stabilitas agregat terhadap pengaruh merusak
air hujan secara efektif, akan tetapi penggunaannya terlalu mahal bila digunakan
secara luas Suripin, 2004. Bahan yang digunakan adalah campuran dimethyl dichlorosilane yang dinamai MSC. Bahan kimia ini merupakan cairan yang
mudah menguap, dimana gas yang terbentuk bercampur dengan air tanah. Senyawa yang terbentuk menyebabkan agregat tanah menjadi stabil.
PAM direaksikan dengan air dengan perbandingan volume tertentu, dicampurkan dengan tanah dengan cara menyemprotkan emulsi tersebut ke
permukaan tanah yang kemudian diratakan dengan cangkul dan digaru. Pengaruh soil conditioner ini dalam perbaikan struktur tanah dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain: berat molekul PAM, lengas tanah dan konsentrasi emulsi. Soil conditioner yang paling murah adalah Emulsi bitumen. Reaksi bahan
ini dipengaruhi oleh modus bahan aktif bergerak ke arah titik pertemuan antara butir-butir liat. Emulsi bitumen yang belum dirombak menyebabkan tanah bersifat
lebih hidrophobik, yang sangat bermanfaat bagi pembentukan agregat tanah yang mudah mengeras dan mengurangi penguapan air jika dicampurkan pada
kedalaman 5-8 cm dari permukaan tanah. Untuk membuat tanah menjadi lebih hidrophilik maka bagian aktif karboksil harus diberikan asam kuat melalui
sulfonasi atau penggunaan pengemulsi yang mengandung asam sulfonik sehingga gugus aktif mengandung –HSO3
-
.
2.12. Pembangunan Berkelanjutan
Menurut komisi Brundtland Soerjani dkk, 2006 mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sustainable development adalah ”pembangunan
yang mencukupi kebutuhan generasi sekarang tanpa berkompromi mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi aspirasi dan mencukupi
kebutuhan mereka sendiri” di samping itu kemudian muncul berbagai batasan tentang pembangunan yang terdukung dan berkelanjutan itu. Word Consevation
Society WCS, IUCN bersama UNEP dan WWP yang antara lain menekankan makna pembangunan pada perbaikan social-ekonomi, pemanfaatan secara lestari
sumberdaya alam serta perhatian pada daya dukung dan keanekaragamannya dalam jangka panjang.
International Institute for Sustainable development IISD di Naitoba Kanada pimpinan Dr. Arthur Hanson merumuskan: “Sustainable development
means conducting business in a way which meet the need of the enterprice and its
stakehorders today while protecting, sustaining, and enhanding the human and natural resourses needed tomorrow” Soerjani, 2006.
Selanjutnya pembangunan baru dikatakan sustainable apabila pemanfaatan sumberdaya alam dilaksankan sehemat mungkin, seefisien dan seefektif mungkin.
Di samping itu perlu diupayakan nilai tambah sumberdaya alam itu melalui rekayasa teknologi jasa, budaya dan seni. Andaikata kita memerlukan sumberdaya
alam sebesar 17-18, kalau hal itu direkayasa dengan memberikan nilai tambah, tabungan kita cukup besar, sehingga sisa yang dikonsumsi masih cukup untuk
merehabilitasi atau memulihkan sumber daya alam yang kita pergunakan. Syahyuti 2006 meberikan makna secara umum tentang pembangunan
yang berkelanjutan yaitu “upaya menciptakan suatu kondisi, berbagai kemungkinan, dan peluang bagi tiap anggota atau kelompok masyarakat dari tiap
lapisan sosial, ekonomi dan budaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap alam”. Selanjutnya dikatakan
pembangunan berkelanjutan terdapat tiga aspek penting yang membangunnya yaitu pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pembangunan sosial yang
berkelanjutan dan pengelolaan kualitas lingkungan hidup yang berkelanjutan. Emil Salim Syahyuti, 2006 memberikan definisi pembangunan
berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumberdaya alam dan sumberdaya manusia dalam pembangunan.
Pembangunan berkelanjutan menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia untuk meningkatkan hidupnya di satu sisi, dengan pemeliharaan sumberdaya
alam dan ekosistem di sisi lainnya. Jadi pertumbuhan ekonomi tetap berjalan, namun bersama-sama dengan proteksi terhadap kualitas lingkungan. Satu sama
lain harus saling bersinergi. Agar lingkungan tetap terjaga, maka manusia jangan mengambil lebih dari apa yang dia berikan ke alam.
Selanjutnya Suripin 2004 mengemukakan bahwa konsep pembangunan yang berkelanjutan menjadikan konservasi sumberdaya alam sebagai pusat
perhatian. Hampir semua dari kita setuju konsep dasar konservasi adalah ”Jangan membuang-buang sumberdaya alam”.
2.13. Kerangka Berpikir dan Hipotesis 2.13.1. Kerangka Berpikir