Intensitas komunikasi Sesama Petani Intensitas Komunikasi dengan Pengelola Taman Nasional

5.3.1. Intensitas komunikasi Sesama Petani

Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang komunikator menyampaikan stimuli dalam bentuk kata-kata dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lain. Komunikasi juga merupakan proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka dan lain-lain. Selanjutnya dikatakan komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respons pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol, baik bentuk verbal kata-kata atau bentuk nonverbal nonkata-kata tanpa harus memastikan terlebih dahulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya sistem simbol yang sama. Berdasarkan Tabel 14 bahwa tingkat penilaian terhadap intensitas komunikasi sesama petani termasuk dalam tingkat penilaian tinggi 89,7. Tingginya angka persentase dari intensitas komunikasi sesama petani ini disebabkan karena sebagian besar petani responden adalah anggota kelompok tani yang aktif, dimana kelompok tani ini memiliki program dan jadwal rutin yang dalam setiap minggunya mengadakan pertemuan dan sekolah lapang di masing- masing areal percontohan. Didalam pertemuan ini mereka mendiskusikan tentang perkembangan usahataninya dan usaha diluar kegiatan usahatani mereka, seperti pada kelompok tani Puspa Lestari bahwa setiap hari jum’at mereka melakukan pertemuan di areal budidaya tanaman hias dan budidaya jamur milik kelompok tani tersebut. Dalam pertemuan tersebut kadang didampingi oleh beberapa tenaga pembimbing baik dari pemerintah maupun lembaga non pemerintah LSM.

5.3.2. Intensitas Komunikasi dengan Pengelola Taman Nasional

Berdasarkan Tabel 14 di atas dapat dilihat bahwa intensitas komunikasi petani dengan pengelola kaitanya perilaku petani dalam melakukan konservasi tanah dan air secara berkelanjutan masuk kategori penilaian tinggi 84,0. Tingginya nilai persentase dan tingkat penilaian disebabkan karena keempat lokasi tersebut merupakan desa binaan dari pengelola kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, dan beberapa dinas di lingkup pemerintahan Kabupaten Cianjur dan pemerintahan Kabupaten Bogor diantaranya Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah PKT dan beberapa lembaga non pemerintah seperti dari Environmental Service Program ESP USAID, RCS, Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif JKPP dan Amerta yang terlibat langsung dalam pembinaan petani di daerah penyangga kawasan taman nasional Dengan semakin banyaknya lembaga pemerintahan dan non pemerintahan yang terlibat dalam pembinaan kelompok tani yang ada di daerah penyangga kawasan taman nasional maka intensitas interaksi dan proses komunikasi petani dengan pengelola taman nasional dan lembaga lainnya semakin intens dan tinggi. Dari beberapa lembaga yang terlibat langsung dengan kelompok tani tersebut mereka masing-masing memiliki program dan orientasi yang terprogram dan terpadu. Misalnya Jaringan Kerja Pemetaan Patisipatif JKPP memberikan bimbingan dan pengarahan pada bagaimana teknik pemetaan lahan dan kawasan, Environmental Service Program ESP merupakan lembaga yang selalu mendamping dan mengarahkan kepada masyarakat tentang bagaimana cara pengelolaan dan manajemen sumberdaya alam terutama sumber daya air dan perluasan akses air bersih dan sanitasi kepada masyarakat. Semua program tersebut mengarahkan kepada petani untuk menjaga keberlangsungan dan keberlanjutan sumberdaya alam yang ada termasuk didalamnya adalah kaidah-kaidah konservasi dalam berusahatani. Dengan semakin banyaknya lembaga yang terlibat maka untuk menjaga agar tidak terjadi tumpang tindih dalam melaksanakan program maka koordinasi dan pola komunikasi yang baik menjadi hal yang penting, salah satu bentuknya adalah pengelolaan secara partisipatif dan kolaborasi.

5.3.3. Intensitas Komunikasi dengan Media Massa Keterdedahan Media