BAB II TINJUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Petani
Karakteristik petani merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimiliki seseorang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannya.
Karakteristik tersebut terbentuk oleh faktor-faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis mencakup genetik, sistem syaraf dan sistem
hormonal. Menurut Sampson Rakhmat, 2001 faktor sosiopsikologis terdiri dari komponen-komponen kongnitif intelektual yang berkaitan dengan apa yang
diketahui manusia, aspek konatif yang berhubungan dengan kebiasaan dan aspek afektif faktor emosional
Lionberger dan Gwin 1982 mengemukakan bahwa peubah-peubah yang penting dalam mengkaji masyarakat lokal diantaranya adalah peubah karakteristik
individu. Karakteristik individu merupakan sifat atau ciri yang dimiliki seseoang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkunganya.
Menurut Bettinghaus Wahyudi, 2004 demografis merupakan salah satu peubah yang sering digunakan untuk melihat kemampuan komunikasi seseorang
dan juga kemampuan untuk memilih media. Sehubungan dengan perilaku komunikasi dan adopsi inovasi, ada beberapa peubah karakteristik sosial ekonomi
yang berhubungan dengan perilaku komunikasi antara lain karakteristik demografi seperti umur, pendidikan, pengetahuan, dan pendapatan. Berdasarkan tinjauan
diatas, karakteristik petani merupakan ciri-ciri atau sifat-sifat individual yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungan seseorang termasuk
dalam perilaku komunikasi dan perilaku pelestarian hutan Wahyudi, 2004.
2.1.1. Umur
Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara berpikir. Pada umumnya petani yang berumur muda dan keadaannya sehat
mempunyai kemampuan fisik yang lebih besar dibanding dengan petani yang berumur tua, petani muda juga lebih mudah untuk menerima hal-hal yang
dianjurkan penyuluh. Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda umumnya lebih dinamis serta berani menanggung resiko yang mungkin timbul.
Umur petani turut menentukan kecepatan dalam menyerap teknologi, menurut Feaster Akib, 2002 ada suatu kecenderungan bahwa perbedaan umur
akan menyebabkan terjadinya perbedaan sikap terhadap inovasi. Sementara menurut Rakhmat 2001 kelompok orang tua melahirkan pola perilaku yang
pasti berbeda dengan kelompok anak-anak muda. Kemampuan mental tumbuh lebih cepat pada masa anak-anak sampai dengan puberitas dan agak lambat
sampai awal dua puluhan serta merosot perlahan-lahan sampai tahun-tahun terakhir.
2.1.2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani, mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat mengadopsi
teknologi, sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah agak sulit untuk menerima teknologi dengan cepat Soekartawi, 1988.
Selanjutnya Jahi 1988 dalam rangkumannya mengenai pendapat ilmuwan menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu faktor yang
menentukan dalam mendapatkan pengetahuan. Seorang yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi umumnya lebih menyadari kebutuhan akan informasi,
sehingga menggunakan lebih banyak jenis informasi dan lebih terbuka terhadap media massa. Hal ini didukung dengan pandangan Rakhmat 2001 yang menduga
bahwa orang yang berpendidikan rendah jarang membaca surat kabar, tetapi sering menonton televisi.
2.1.3. Pengalaman Berusahatani
Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi, karena pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian
peristiwa yang pernah dihadapi oleh seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan. Secara psikologis seluruh pemikiran manusia, kepribadian, dan
temperamen ditentukan oleh pengalaman indera. Pikiran dan perasaan bukan penyebab perilaku tetapi disebabkan oleh penyebab masa lalu Rakhmat, 2001.
Menurut hasil penelitian Yusmasari 2003 dalam Wahyudi, 2004 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara pengalaman yang
berkaitan dengan hutan terhadap perilaku komunikasi masyarakat terutama pada keterdedahan terhadap saluran interpersonal.
2.1.4. Kepemilikan Media Massa