Tabel 5 menunjukkan sebagian besar 82,5 umur petani responden berada pada kisaran golongan produktif 15-55 tahun. Golongan umur produktif
merupakan modal dan potensi yang sangat penting dalam berusahatani yang bermakna konservasi tanah dan air di daerah penyangga kawasan taman nasional
karena berusahatani yang bermakna konservasi tanah dan air membutuhkan tenaga kerja yang cukup besar dan selebihnya responden berada pada golongan
umur 17,5 tergolong non produktif.
5.1.2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan yang cukup dan memadai yang dimiliki oleh seorang petani diharapkan mampu memahami tentang kemampuan dan ketersedian sumberdaya
alam yang ada disekelilingnya lingkungan sekitarnya yang dapat mendukung kelangsungan hidupnya, baik terhadap sumberdaya yang dapat diperbaharui
renewable dan yang tidak dapat diperbahrui non-renewable. Tingkat pendidikan petani responden yang tertinggi adalah Sekolah Tingkat Lanjutan Atas
SLTA dan tingkat pendidikan terendah adalah Sekolah Rakyat SR. Adapun sebaran tingkat pendidikan petani responden secara terperinci disajikan pada
Tabel 6. Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal
Tingkat Pendidikan Formal Jumlah
Responden Jiwa Persentase
Rendah Tidak Tamat-Tamat SD Sedang Tidak Tamat-Tamat SLTP-SLTA
100 20
83,3 16,7
Jumlah 120
100,0 Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar 83,3 tingkat pendidikan
petani responden hanya sampai tamat SD. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas sumberdaya manusia SDM di daerah penelitian dapat dikategorikan pada tingkat
pendidikan yang rendah dengan kondisi tingkat pendidikan masyarakat yang rendah tersebut. Maka diharapkan upaya-upaya yang strategis guna meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan para petani dalam berusahatani. Dengan tingkat pengetahuan yang memadai diharapkan petani peka dan tanggap terhadap hal-hal
baru dalam berusahatani yang bermakna konservasi tanah dan air secara berkelanjutan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Soehardjo dan Patong dalam
Setiani. dkk,1996 bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap cara
berpikir dalam melakukan usahatani. Semakin tinggi tingkat pendidikan, akan semakin responsif terhadap teknologi inovasi.
5.1.3. Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani responden yang dimaksud adalah lama menetap dan bekerja sebagai petani di daerah penyangga kawasan Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango TNGP. Pengalaman berusahatani dihitung dalam satuan waktu tahun, petani yang memiliki pengalaman berusahatani lebih lama
biasanya memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam berusahatani dibandingkan dengan petani pemula. Pengalaman petani respoden
dalam berusahatani yang paling lama adalah 50 tahun dan yang memiliki pengalaman yang paling rendah adalah 3 tahun. Jika dirata-ratakan pengalaman
petani responden maka dapat dikatakan tinggi dengan pengalaman rata-rata selama 20 tahun. Sebaran pengalaman berusahatani responden secara rinci dapat
disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Sebaran responden berdasarkan pengalaman berusahatani
Pengalaman Berusahatani Tahun
Jumlah Responden Jiwa
Persentase
Rendah 9 Sedang 10-19
Tinggi 20 21
45 54
17,5 37,5
45,0
Jumlah 120
100,0 Tabel 7 menunjukan bahwa sebagian besar 45,0 petani responden
memiliki pengalaman berusahatani yang cukup tinggi. Tingkat pengalaman petani memiliki hubungan dengan tingkat penerapan teknologi. Semakin tinggi tingkat
pengalaman seseorang dalam berusahatani maka semakin tinggi tingkat keberanian dalam mengambil keputusan dalam menerapkan ide-ide atau hal baru
inovasi sebagaiamana yang kemukakan oleh Soekarwati 1996 bahwa petani yang memiliki pengalaman dalam berusahatani yang tinggi ada kecenderungan
lebih progres terhadap hal baru. Serta sebagian dari responden masing-masing memiliki pengalaman pada tingkatan yang sedang 37,5 dan tingkatan rendah
17,5.
5.1.4. Kepemilikan Media Massa