Metode Kimia Konservasi Tanah dan Air

berdrainasebaik, air lebih segera keluar dari tanah tetapi tidak terlalu cepat, pada tanah berdrainase buruk air lebih tidak segera keluar akan tetapi tetap menjenuhi tanah pada daerah perakaran untuk waktu yang lama sehingga akar tidak dapat mengambil oksigen, sedangkan pada tanah berdrainase berlebihan excessively drained semua air keluar dari tanah dengan cepat sehingga tanaman menderita kekurangan air. Irigasi berarti pemberian air kepada tanah untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman. Pekerjaan irigasi meliputi penampungan dan pengambilan air dari sumbernya, pengaliran air melaluio saluran atau pipa ke tanah, dan pembuangan air yang berlebihan. Tujuan irigasi adalah memberikan tambahan air terhadap air hujan, dan memberikan air kepada tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada waktu diperlukan. Selain dari kegunaan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, air irigasi mempunyai kegunaan lain, seprti; a mempermudah pengolahan tanah, b mengatur suhu tanah dan iklim mikro, c membersihkan tanah dari kadar garam atau asam yang terlalu tinggi, d membersihkan kotoran-kotoran dari selokansanitasi, e menggenangi tanah untuk memberantas tumbuhan pengganggu dan hamapenyakit tanaman. Arsyad, 2000.

2.11.3. Metode Kimia Konservasi Tanah dan Air

Metode kimia dalam konservasi tanah dan air adalah dengan penggunaan preparat kimia sintetis atau alami. Awal tahun 1950 telah dikembangkan preparat kimia yang digunakan untuk pembentukan struktur tanah yang stabil. Preparat kimia tersebut secara umum disebut Soil Conditioner. Sarief 1985 dalam Suripin 2004 mengemukakan bahwa usaha pemantapan tanah yang bertujuan untuk sifat fisik tanah dengan menggunakan preparat-preparat kimia baik secara buatan atau alami, telah dikemukakan pertama kali pada simposium di Philadelpia pada tahun 1951. Pada saat itu diperkenalkan krilium sebagai bahan pemantap tanah pertama oleh perusahaan Amerika Serikat. Krilium adalah senyawa garam natrium dari polycrylonitrile. Salah satu usaha pertama dalam penggunaan senyawa kimia tersebut dilakukan oleh Bavel pada tahun 1950 yang menyatakan bahwa senyawa organik tertentu dapat memperbaiki stabilitas agregat terhadap pengaruh merusak air hujan secara efektif, akan tetapi penggunaannya terlalu mahal bila digunakan secara luas Suripin, 2004. Bahan yang digunakan adalah campuran dimethyl dichlorosilane yang dinamai MSC. Bahan kimia ini merupakan cairan yang mudah menguap, dimana gas yang terbentuk bercampur dengan air tanah. Senyawa yang terbentuk menyebabkan agregat tanah menjadi stabil. PAM direaksikan dengan air dengan perbandingan volume tertentu, dicampurkan dengan tanah dengan cara menyemprotkan emulsi tersebut ke permukaan tanah yang kemudian diratakan dengan cangkul dan digaru. Pengaruh soil conditioner ini dalam perbaikan struktur tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: berat molekul PAM, lengas tanah dan konsentrasi emulsi. Soil conditioner yang paling murah adalah Emulsi bitumen. Reaksi bahan ini dipengaruhi oleh modus bahan aktif bergerak ke arah titik pertemuan antara butir-butir liat. Emulsi bitumen yang belum dirombak menyebabkan tanah bersifat lebih hidrophobik, yang sangat bermanfaat bagi pembentukan agregat tanah yang mudah mengeras dan mengurangi penguapan air jika dicampurkan pada kedalaman 5-8 cm dari permukaan tanah. Untuk membuat tanah menjadi lebih hidrophilik maka bagian aktif karboksil harus diberikan asam kuat melalui sulfonasi atau penggunaan pengemulsi yang mengandung asam sulfonik sehingga gugus aktif mengandung –HSO3 - .

2.12. Pembangunan Berkelanjutan