Tabel 10. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendapatan petani
Tingkat Pendapatan Rp Jumlah Responden
Jiwa Presentase
Rendah 670.000 Sedang 671.000-1.020.000
Tinggi 1.021.000 62
41 17
51,7 34,2
14,1
Jumlah 120
100,0 Tabel 10 menunjukan bahwa tingkat pendapatan petani responden
sebagian besar 51,7 berada pada tingkatan rendah, sedangkan selebihnya berada pada tingkat pendapatan sedang 34,2 dan pada tingkat pendapatan
tinggi 14,1. Tingkat pendapatan petani dibawah rata-rata sangat sulit untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sehingga dengan kondisi
pendapatan dan penghasilan yang rendah tersebut petani sulit untuk dapat mengadopsi teknologi dalam berusahatani. Petani yang memiliki penghasilan dan
pendapatan yang cukup dan memadai diharapkan dapat menginvestasikan sebagian pendapatannya untuk usaha pertanian yang bermakna konservasi. Karena
usahatani konservasi tanah dan air membutuhkan modal dan investasi yang lebih besar dibandingkan dengan usahatani lainnya.
5.1.7. Luas Lahan Garapan
Sumberdaya lahan yang semakin menyempit serta kemungkinan kejenuhan produktivitas tanaman merupakan salah satu kendala dalam
memantapkan usahatani yang berkelanjutan guna mencapai ketahanan dan swasembada pangan yang selama ini diimpikan oleh para petani dan pemerintah.
Seiring dengan pertambahan penduduk yang pesat telah mendorong petani untuk membuka dan mengusahakan lahan di sekitar kawasan taman nasional
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanah merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam proses produksi di bidang pertanian. Petani
yang memiliki lahan yang relatif lebih luas akan lebih berani mengambil keputusan dan aktivitas yang dapat meningkatkan produksi pertaniannya
dibandingkan petani yang memiliki lahan yang relatif sempit. Luas lahan petani responden yang paling luas adalah 7,00 ha dan yang terendah adalah 0,05 ha.
Distribusi luasan lahan yang dimiliki oleh petani di daerah penyangga kawasan taman nasional berdasarkan kondisi luasan lahan disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Sebaran responden berdasarkan luas lahan garapan
Luas Lahan ha Jumlah Responden
Jiwa Presentase
Sempit 0,05 -0,900 Sedang 1,00-2,00
Luas 3,00 71
38 11
59,2 31,7
9,1
Jumlah 120
100,0 Tabel 11 menunjukkan bahwa luasan lahan yang dimiliki oleh petani
responden sebagian besar 59,2 berada pada kategori memiliki lahan yang sempit dengan kisaran luasan lahan antara 0,25- 0,900 ha. Dengan kondisi ini
maka petani sangat sulit untuk menerapkan nilai-nilai konservasi dalam bertani. Sedangkan yang masuk kategori memiliki lahan sedang sebanyak 31,7 dengan
kisaran lahan yang dimiliki antara 1,00 - 2,00 ha dan sisanya berada pada kategori tinggi hanya 9,1 dengan luasan lebih dari 3,00 ha.
5.1.8. Status Kepemilikan Lahan
Lahan dalam kegiatan pertanian merupakan faktor penting dalam produksi dan budidaya pertanian. Menurut Keesing dalam Sumitro, 2003 Bahwa
klasifikasi petani berorientasi pada kepemilikan lahan, yaitu sebagai tuan tanahpemilik tanah, petani penyewa, penyakap, dan buruh tani. Berarti dalam
budidaya pertanian status pemilikan tanah dapat dibedakan: 1 pemilik, 2 penyakapbagi hasil, 3 Penyewa, 4 Kombinasi pemilik, penyewa, penyakap
dan 5 buruh tani. Status dan kepemilikan tanah dan luas penguasaan tanah garapan ini akan mempengaruhi konsep dan pola pertanian daerah penyangga
kawasan taman nasional. Untuk mengetahui sebaran status lahan petani responden dapat disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Sebaran responden berdasarkan pada status lahan
Status Lahan ha Jumlah Responden
Jiwa Presentase
Milik Sendiri Milik sendiri dan Milik TNGP
Penggarap dan Sewa 52
26 42
43,3 21,7
35,0
Jumlah 120
100,0 Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar 43,3 petani responden
memiliki lahan dengan status milik sendiri, dengan status lahan yang jelas maka
petani memiliki kewenangan yang penuh terhadap keputusan dalam mengadopsi suatu teknologi. Selanjutnya dengan status kepemilikan lahan sebagai penggarap
dan sewa sebanyak 35,0 dengan besarnya nilai presentase yang berstatus sebagai penggarap dan penyewa maka petani tersebut harus memiliki manajemen
yang bagus dalam mengelola lahan terlebih terhadap penerapan nilai-nilai konservasi tanah dan air secara berkelanjutan. Serta dengan status milik sendiri
dan milik Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TNGP sebesar 21,7 maka upaya untuk tetap menjaga dan menerapkan nilai-nilai konservasi dalam
melakukan usahataninya menjadi penting dan menjadi suatu keharusan demi keberlanjutan sumberdaya tersebut dimasa yang akan datang.
5.2. Faktor Lingkungan dalam Melakukan Konservasi Tanah dan Air