Intensitas Komunikasi dengan Pengelola Taman Nasioanl Intensitas Komunikasi dengan Media Massa

Perilaku komunikasi khususnya intensitas komunikasi dengan sesama petani dalam rangka mencari dan menyebarkan informasi dipengaruhi oleh faktor situsional. Halim, 1992 mengungkapkan bahwa komunikasi, kognisi, sikap, dan perilaku dapat dijelaskan secara lebih baik melalui pendekatan peubah situsional, khususnya mengenai kapan dan bagaimana orang berkomunikasi tentang masalah khusus yang situsional seperti tentang manfaat dan usaha pelestarian alam.

2.5.2. Intensitas Komunikasi dengan Pengelola Taman Nasioanl

Intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional penting diketahui, karena hal ini akan berkaitan dengan aktivitas pencarian maupun penyampaian informasi oleh anggota kelompok. Intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional dimaksudkan sebagai interaksi anggota dengan individu atau kelompok lain yang mempunyai keterkaitan pembinaan dengan anggota yang bersangkutan seperti penyuluh lapangan dan tokoh masyarakat lainnya. Menurut Soekanto 2001 kontak merupakan tahap pertama dari tejadinya interkasi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok, yang hanya mungkin terjadi apabila dipenuhinya dua syarat, yaitu: a adanya kontak sosial Social contact dan b adanya komunikasi. Komunikasi yang terjadi pada saat intensitas komunikasi dengan pembina tidak hanya bersifat verbal, melainkan juga nonverbal. Komunikasi nonverbal menurut Devito 1997 memiliki tingkat kepercayaan antara 60 sampai 65 persen dari mana yang dikomunikasikan. Selain tersebut tingkat pemahaman komunikan terhadap pesan yang disampaikan komunikator pembina tergantung kepada persepsi tentang pesan verbal dan noverbal yang disampaikan, karena persepsi merupakan inti komunikasi Mulyana, 2001. Menurut Gonzales Jahi, 1988 riset jaringan sosial telah menunjukkan bagaimana hubungan diantara individu-individu yang memiliki banyak persamaan dan perbedaan memperlancar aliran informasi dan inovasi dari orang-orang yang lebih banyak berhubungan dengan kelompok-kelompok yang berbeda, cenderung mempelajari topik-topik tertentu lebih dulu daripada yang lain.

2.5.3. Intensitas Komunikasi dengan Media Massa

Menurut Onong U. E 2004 Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa mass media communication. Hal ini berbeda dengan pendapat ahli psikologi sosial yang menyatakan bahwa komunikasi massa tidak selalu dengan menggunkan media massa. Sedangkan menurut Saverin dan Tankard 2004 yang dimaksud komunikasi masa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni, dan sebagian ilmu. Keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder, atau mencatat ketika berwawancara. Seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang ektetis untuk iklan majalah, atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Dan ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikukuhkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik. Intensitas komunikasi dengan media massa bagian dari usaha mencari dan menyebarkan informasi di mana individu atau masyarakat mendapatkan informasi melalui media massa baik media cetak, maupun media elektronik. Intensitas komunikasi dengan media massa juga merupakan keterdedahan masyarakat terhadap media. Menurut Shore Halim, 1992 keterdedahan adalah mendengarkan, melihat, membaca atau secara lebih umum mengalami dengan sedikitnya jumlah perhatian minimal pada pesan media. Menurut Donald K. Robert Rakhmat, 2004 menyatakan bahwa efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa. Karena fokusnya pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa. Selanjutnya Rogers 1966 menyatakan bahwa keterdedahan seseorang terhadap media-media massa mempunyai korelasi yang sangat tinggi antara satu dengan lainnya. Sehingga dapat dibuat suatu indeks keterdedahan pada media massa. Setiap indikator keterdedahan pada media massa paling tidak didikotomikan ke dalam: 1 Sedikitnya pernah terdedah minimalnya membaca surat kabar dalam seminggu dan 2 Tidak terdedah.

2.5.4. Intensitas Penyuluhan