Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA

pengendalian konversi lahan sawah. Berikut ini peraturan pemerintah tentang pengendalian konversi lahan sawah menurut Irawan 2008 yang dirumuskan pada Tabel 1. Tabel 1. Peraturan Pemerintah Terkait dengan Upaya Pengendalian Konversi Lahan Sawah Peraturan Pemerintah Substansi KEPRES No. 531989 Pembangunan kawasan industri tidak boleh mengurangi lahan pertanian dan tidak dilakukan di atas tanah yang memiliki fungsi utama untuk melindungi sumberdaya alam dan warisan budaya. KEPRES No. 331990 Ijin pembebasan tanah untuk pembangunan kawasan industri tidak boleh meliputi kawasan pertanian tanaman pangan berupa sawah irigasi dan lahan yang dicadangkan untuk pembangunan sawah irigasi. PERMENDAGRI No. 51974 Lokasi pembangunan kompleks perumahan oleh perusahaan sedapat mungkin menghindari lahan pertanian subur dan mengutamakan tanah yang kurang produktif. SE MNAKBPN No. 410-18511994 Dalam menyusun RTRW Dati I dan Dati II tidak memperuntukkan lahan sawah beririgasi teknis bagi penggunaan non pertanian. SE MNAKBPN No. 410-22621994 Pemberian ijin lokasi untuk penggunaan non pertanian tidak boleh meliputi lahan sawah beririgasi teknis. SE KBAPENAS No. 5334 MK91994 Pelarangan konversi lahan sawah beririgasi teknis untuk penggunaan non pertanian. SE MNAKBPN No.5335MK1994 Tidak mengijinkan perubahan pemanfaatan sawah beririgasi teknis untuk penggunan non pertanian dan RTRW Dati II yang didalamnya meliputi rencana penggunaan lahan sawah beririgasi teknis untuk penggunaan non pertanian, harus direvisi. SE MNAKBPN No. 5417MK101994 Perubahan penggunaan tanah sawah beririgasi teknis untuk keperluan non pertanian tidak diijinkan. SE MNAKBPN No. 460-15941996 Melarang perubahan status lahan sawah menjadi lahan kering dengan menutup saluran irigasi, mengeringkan lahan sawah, menimbun lahan sawah dan seterusnya. Sumber: Irawan 2008

2.2 Kerangka Pemikiran

Konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian seperti industri, pemukiman, villa dan lain sebagainya diduga disebabkan oleh beberapa faktor yang dibagi menjadi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang menyebabkan konversi lahan antara lain kebijakan pemerintah tentang pemanfaatan lahan dan pengendalian konversi lahan, lahan sebagai aset, aksesbilitas terhadap sarana dan prasarana, dan persaingan antara sektor pertanian dengan sektor non pertanian keterbatasan lahan, pertumbuhan penduduk, dan pertumbuhan ekonomi, sedangkan faktor internal yang berasal dari petani seperti pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kepemilikan lahan, dan adanya penurunan produktivitas pertanian. Kedua faktor tersebut menyebabkan terjadinya konversi lahan, akan tetapi yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah fenomena perubahan peruntukkan lahan pertanian menjadi peruntukkan lahan non pertanian di kawasan hulu yaitu di Desa Tugu Utara dengan melihat tipe konversi lahan dan dampak yang didapat bagi kawasan tersebut. Tipe konversi lahan untuk setiap kawasan berbeda-beda tergantung kebutuhan dari dilakukannya konversi. Berdasarkan hasil wawancara dengan infoman dan merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Soemaryanto 2001 dan Sihaloho 2004, peneliti membuat tipe konversi lahan pertanian yang sesuai dengan proses konversi yang berlangsung di Desa Tugu Utara. Ketiga tipe tersebut dilihat berdasarkan tiga sudut pandang yaitu konversi lahan berdasarkan letak kawasan yang terdiri tipe terbuka dan tertutup, berdasarkan tingkat kecepatan konversi yang terdiri dari tipe konversi cepat dan lambat, dan konversi lahan berdasarkan pihak pelaku konversi yang terdiri dari warga lokal dan warga luar desa. Konversi lahan dapat mengakibatkan dampak pada aspek sosio-ekonomis dan aspek sosio-ekologis. Dampak sosio-ekonomis terdiri dari terjadinya perubahan penguasaan lahan akibat konversi, perubahan persepsi rumah tangga setempat terhadap kesempatan kerja, perubahan pola kerja, struktur pendapatan, kondisi tempat tinggal, hubungan antar anggota rumah tangga dan hubungan antar warga, sementara itu untuk dampak sosio-ekologis yaitu terjadinya degradasi lingkungan seperti banjir, longsor dan kebisiangan, akses terhadap sumberdaya air dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap sikap warga dalam membuang limbah rumah tangga. Gambar 1. Kerangka Berpikir Dampak Konversi Lahan Dampak Konversi Lahan Keterangan: = Faktor penyebab = Fokus aspek yang dikaji = Masalah = Hubungan Faktor-Faktor Penyebab Konversi Lahan Faktor Eksternal Faktor Internal • Kebijakan Pembangunan • Lahan sebagai aset • Aksesbilitas lahan • Persaingan antara Sektor Pertanian dengan Non Pertanian Keterbatasan Lahan, Pertumbuhan Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi • Pendidikan • Pekerjaan • Pendapatan • Kepemilikan lahan • Produktivitas pertanian Sosio-Ekologis • Degradasi lingkungan • Akses terhadap SD Air • Sikap Terhadap Lingkungan cara membuang limbah rumahtangga Sosio-Ekonomis • Perubahan penguasaan lahan • Kesempatan kerja • Perubahan pola pekerjaan • Struktur pendapatan • Kondisi tempat tinggal • Hubungan antar anggota rumahtangga • Hubungan antar warga Tipe Konversi Lahan Berdasarkan: Letak kawasan terbukatertutup, tingkat kecepatan lambatagresif dan pihak pelaku. KONVERSI LAHAN Pertanian Non pertanian

2.3 Hipotesis Penelitian

Dokumen yang terkait

Identifikasi dan Analisis Permasalahan Institusi dalam Kompleksitas Penataan Kawasan Puncak (Studi Kasus Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor)

1 14 162

Analisis Sosio Agraria Dan Konversi Lahan Serta Strategi Perlindungan Lahan Sawah Di Kota Sukabumi

0 8 99

Dampak Ekowisata Terhadap Kondisi Sosio-Ekonomi dan Sosio-Ekologi Masyarakat di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (Studi Citalahab Central dan Citalahab Kampung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

1 7 153

Dampak sosio=ekonomi da ekologi kawasan industri batu bata (kasus kampung Ater dan Ciawitan desa Gorowong kecamatan Parung Panjang kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 191

Dampak Sosio-Ekonomis dan Sosio-Ekologis Akibat Industri Manufaktur (Studi Kasus: Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi)

0 12 199

Dampak aktivitas pertambangan bahan galian golongan c terhadap kondisi kehidupan masyarakat desa (analisis sosio-ekonomi dan sosio-ekologi masyarakat Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 14 120

Analisis Sistem Tataniaga Komoditas Brokoli di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

3 15 230

Fluks CO2 dari Andosol pada Penggunaan Lahan Kebun Teh dan Tanah Bera di Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 3 25

Penggunaan Lahan Dan Nilai Sewa Lahan (Land Rent) Di Kawasan Puncak; Studi Kasus Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 5 70

Pengaruh Konversi Lahan Hutan Tehadap Sifat Fisika Tanah (Studi Kasus : Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Bogor)

0 4 44