Dampak Sosial Ekologi Dampak Konversi Lahan

rangka pemulihan produksi pangan membutuhkan waktu 5-15 tahun. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat konversi lahan pertanian akan menyebabkan semakin terancamnya ketahanan pangan karena luas lahan pertanian semakin berkurang. Disamping pengaruhnya pada aspek-aspek ekonomi tersebut, konversi lahan juga memberikan pengaruh pada kondisi sosial masyarakat. Masyarakat mengalami perubahan perilaku ataupun sikap mereka terhadap sektor pertanian dan sektor non pertanian yang berimplikasi pada kehidupan sehari-hari masyarakat itu sendiri.

2.1.4.2 Dampak Sosial Ekologi

Istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani, oekos berarti rumah dan logi atau logos berarti ilmu. Sehingga secara harfiah ekologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya atau dapat diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup Adiwibowo, 2007. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup berinteraksi timbal balik dengan lingkungan hidupnya baik yang bersifat hidup biotik maupun yang bersifat tak hidup abiotik Adiwibowo, 2007. Konversi lahan pertanian ke non pertanian mengakibatkan terjadinya perubahan ekologis. Menurut Dharmawan 2007 dalam Adiwibowo 2007 perubahan ekologis merupakan dampak yang tidak dapat dielakkan dari interaksi manusia dan alam yang berlangsung dalam proses pertukaran exchange. Proses pertukaran itu sendiri melibatkan energi, materi dan informasi yang saling diberikan oleh kedua belah pihak kedua sistem yang saling berinteraksi. Sistem alam dan sistem manusia saling memberikan energi, materi, dan informasi dalam jumlah dan bentuk yang berbeda satu sama lain. Dharmawan 2007 menyatakan bahwa manusia meminta materi, energi dan informasi dari alam dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup pangan-sandang-papan atau substance needs. Sementara alam, lebih banyak mendapatkan energi, materi, dan informasi dari manusia dalam bentuk waste and pollutant termasuk radio-active waste yang lebih banyak mendatangkan kerugian bagi kehidupan seluruh penghuni planet bumi. Oleh karena itu, pertukaran tersebut mengalami ketidakseimbangan yang disebabkan ketidaksesuaian hubungan timbal balik antara manusia dengan alam. Manusia memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara alam memperoleh kerugian dari pemanfaatan tersebut karena mengalami eksploitasi, sehingga menimbulkan adanya krisis ekologi. Krisis ekologi dapat terjadi salah satunya karena salah urus pembangunan. Permasalahan tersebut berdampak pada terjadinya kelangkaan sumberdaya khususnya pangan, terjadinya berbagai bencana lokal dan pembangunan, dan munculnya konflik wilayah hidup Kartodihardjo, 2006. Kelangkaan pangan sudah pasti terjadi jika lahan pertanian terus menerus dialihkan penggunaannya, padahal lahan pertanian merupakan sektor terpenting dalam penyedia kebutuhan pangan manusia. Sementara konflik wilayah muncul akibat semakin meningkatnya persaingan antar berbagai aktor. Dilihat dari sudut pandang ekologi, adanya konversi lahan dapat berdampak pada terganggunya ketahanan daya dukung lingkungan dimana jika dilakukan secara terus menerus tanpa adanya pengendalian, dapat menyebabkan terjadinya fenomena degradasi lingkungan, seperti longsor, erosi, penurunan penutupan lahan vegetasi, dan sedimentasi. Hal ini dapat dilihat dari berbagai bencana alam yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Sebagai contoh terjadinya banjir di daerah Bogor-Jakarta pada bulan Februari 2010 merupakan bencana alam yang menurut Satria 2010 5 merupakan bencana alam akibat faktor alam dan faktor manusia antropogenetik. Tingginya curah hujan merupakan bencana alam akibat faktor alam, sedangkan rendahnya resapan air ke tanah akibat perubahan alih fungsi lahan dan bangunan di sekitar kawasan Puncak, sehingga bencana ini termasuk bencana alam akibat faktor antropogenetik. Hal ini mengindikasikan bahwa konversi lahan termasuk pada penyebab bencana alam akibat faktor kedua yang juga dapat dikatakan sebagai “bencana buatan” 6 . Konversi lahan merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan. Kerusakan sumberdaya alam dapat berdampak pada kehidupan sosio-ekonomi-ekologi suatu sistem kemasyarakatan. Menurut Dharmawan 2007 sistem sosial masyarakat akan menghadapi tiga aspek terpenting kerusakan lingkungan dari perspektif ekologi politik. Ketiga aspek itu adalah: 1 marjinalitas atau peminggiran secara sosial-ekologi suatu kelompok 5 Arif, Satria. 2010. Ekologi-Politik Banjir. Bogor: Kompas. 6 Bencana buatan merupakan bencana alam yang terjadi akibat tinglah laku manusia yang tidak selaras dengan alam. masyarakat; 2 kerentanan secara sosial-ekonomi-ekologi dan fisik akibat berlangsungnya kehancuran secara terus menerus; dan 3 kehidupan yang penuh dengan resiko kehancuran taraf lanjut.

2.1.5 Peraturan Pemerintah Tentang Pengendalian Konversi Lahan

Dokumen yang terkait

Identifikasi dan Analisis Permasalahan Institusi dalam Kompleksitas Penataan Kawasan Puncak (Studi Kasus Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor)

1 14 162

Analisis Sosio Agraria Dan Konversi Lahan Serta Strategi Perlindungan Lahan Sawah Di Kota Sukabumi

0 8 99

Dampak Ekowisata Terhadap Kondisi Sosio-Ekonomi dan Sosio-Ekologi Masyarakat di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (Studi Citalahab Central dan Citalahab Kampung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

1 7 153

Dampak sosio=ekonomi da ekologi kawasan industri batu bata (kasus kampung Ater dan Ciawitan desa Gorowong kecamatan Parung Panjang kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 191

Dampak Sosio-Ekonomis dan Sosio-Ekologis Akibat Industri Manufaktur (Studi Kasus: Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi)

0 12 199

Dampak aktivitas pertambangan bahan galian golongan c terhadap kondisi kehidupan masyarakat desa (analisis sosio-ekonomi dan sosio-ekologi masyarakat Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 14 120

Analisis Sistem Tataniaga Komoditas Brokoli di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

3 15 230

Fluks CO2 dari Andosol pada Penggunaan Lahan Kebun Teh dan Tanah Bera di Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 3 25

Penggunaan Lahan Dan Nilai Sewa Lahan (Land Rent) Di Kawasan Puncak; Studi Kasus Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 5 70

Pengaruh Konversi Lahan Hutan Tehadap Sifat Fisika Tanah (Studi Kasus : Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Bogor)

0 4 44