Pola Kerja DAMPAK SOSIO-EKONOMIS KONVERSI LAHAN

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa kesempatan kerja non pertanian di Kampung Sampay dan Kampung Sukatani memiliki perbedaan dimana kesempatan kerja non pertanian di Kampung Sampay lebih besar dibanding Kampung Sukatani. Dari dua kampung tersebut, sebagian besar responden menyatakan bahwa kesempatan kerja disektor non pertanian lebih rendah dibanding sepuluh tahun yang lalu yaitu 45 persen. Kemudian untuk kesempatan kerja yang tidak mengalami perubahan hanya sebesar 25 persen. Selanjutnya 13 persen, sepuluh persen dan tujuh persen secara berturut-turut menyatakan bahwa kesempatan kerja semakin terbuka luas, kesempatan kerja luar pertanian menjadi tidak ada dan kesempatan kerja luar pertanian mendominasi sektor perekonomian orang setempat. Secara garis besar antara kesempatan kerja pertanian dan non pertanian baik di Kampung Sampay maupun di Kampung Sukatani adalah sebagai berikut: 1. Kesempatan kerja pertanian di dua kampung pada tahun 2010 semakin terbatas dibanding sepuluh tahun yang lalu tahun 2000. Akan tetapi, jika diperbandingkan antara Kampung Sampay dan Kampung Sukatani, kesempatan kerja sektor pertanian di Kampung Sukatani lebih besar dibandingkan Kampung Sampay. 2. Kesempatan kerja sektor non pertanian di dua kampung pada tahun 2010 secara umum tidak mengalami perubahan yaitu mengarah pada kondisi “tetap sulit”. Hal ini terjadi karena persaingan disektor non pertanian semakin lama semakin tinggi. Akan tetapi, kesempatan kerja non pertanian di Kampung Sampay lebih besar dibandingkan Kampung Sukatani. 3. Arti dari dua poin di atas adalah konversi lahan memberikan dampak negatif pada sektor pertanian dan tidak memberikan dampak positif pada sektor non pertanian bagi rumah tangga setempat.

6.3 Pola Kerja

Pola pekerjaan berubah seiring dengan perubahan kesempatan kerja di Desa Tugu Utara. Kebanyakan rumah tangga setempat bermatapencaharian dibidang luar pertanian. Hal ini terjadi karena sudah tidak ada lagi lahan pertanian yang dapat dimanfaatkan dan dikelola rumah tangga tersebut. Sebagian besar lahan merupakan milik warga luar desa sehingga rumah tangga setempat mengalami kesulitan untuk masuk ke bidang pertanian, kalau pun ada lahan pertanian, rumah tangga tersebut hanya berperan sebagai petani penggarap atau buruh tani. Data pada Tabel 11 dan Tabel 12 menunjukkan perubahan pola kerja rumah tangga Kampung Sampay dan Kampung Sukatani dikaitkan dengan perpindahan penguasaan lahan yang mengakibatkan konversi lahan pertanian. Tabel 11. Perubahan Pola Kerja Rumah Tangga Kampung Sampay Selama 10 tahun 2000-2010 Perubahan Pola Kerja Perubahan pola kerja Total rumah tangga Pengangguran Luar Pertanian Petani Pertanian dan Non pertanian Sebelum terjadi perpindahan penguasaan lahan 0 22 8 30 Setelah terjadi perpindahan penguasaan lahan 4 23 3 30 Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa terjadi perubahan pola kerja pada rumah tangga Kampung Sampay karena adanya perpindahan penguasaan lahan. Rumah tangga yang mengalami penurunan derajat penguasaan lahan memilih untuk beralih pekerjaan dari sektor pertanian menjadi pekerjaan disektor non pertanian. Namun ada pula rumah tangga yang bahkan menjadi pengangguran atau kerja serabutan. Sebelum terjadi perpindahan penguasaan lahan tidak ada rumah tangga Kampung Sampay yang menjadi pengangguran atau bekerja serabutan, namun setelah terjadi perpindahan penguasaan lahan ada rumah tangga yang tidak bekerja pengangguran sebanyak empat rumah tangga. Kemudian terjadi peningkatan pekerjaan diluar sektor pertanian setelah terjadinya perpindahan pengusaan lahan dari yang awalnya sebanyak 22 rumah tangga menjadi 23 rumah tangga. Sementara rumah tangga yang bekerja disektor pertanian mengalami penurunan akibat terjadinya perpindahan penguasaan lahan dari yang awalnya sebanyak delapan rumah tangga menjadi tiga rumah tangga, dan tidak ada rumah tangga Kampung Sampay yang bekerja disektor pertanian sekaligus sektor non pertanian baik sebelum maupun setelah terjadi perpindahan penguasaan lahan. Pola nafkah ganda seperti ini tidak berlaku di Kampung Sampay karena lahan pertanian yang produktif sangat sedikit dan dikuasai rumah tangga luar, serta tidak adanya kesempatan bagi rumah tangga untuk bekerja dipertanian. Kesempatan kerja sekarang makin rendah karena terlalu banyak persaingan dan sekarang bagian yang muda-muda yang banyak tawaran kerja, yang udah tua jarang dapat tawaran Ibu Atg, 46 tahun. Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rumah tangga Kampung Sampay sebagian besar beralih pekerjaan dari yang awalnya bekerja disektor pertanian menjadi bekerja diluar sektor pertanian dan rumah tangga yang bekerja disektor pertanian semakin mengalami penurunan akibat terjadinya perpindahan penguasaan lahan yang timbul dari kegiatan konversi lahan. Hal ini sesuai dengan tipe konversi lahan yang terjadi di Kampung Sampay dimana terjadi konversi lahan secara terbuka, dengan laju konversi yang cepat dan dilakukan oleh semua subjek agraria warga lokal, warga luar desa, dan pemerintah yang berimplikasi pada berkurangnya aksesbilitas warga disektor pertanian. Tabel 12. Perubahan Pola Kerja Rumah Tangga Kampung Sukatani Selama 10 Tahun 2000-2010 Perubahan Pola Kerja Perubahan pola kerja Total rumah tangga Pengangguran Luar Pertanian Petani Pertanian dan Non pertanian Sebelum terjadi perpindahan penguasaan lahan 0 11 5 14 30 Setelah terjadi perpindahan penguasaan lahan 1 7 8 14 30 Data pada Tabel 12 menunjukkan adanya perubahan pola kerja rumah tangga Kampung Sukatani karena adanya perpindahan penguasaan lahan akibat konversi lahan. Perpindahan penguasaan lahan pada rumah tangga Kampung Sukatani tidak berimplikasi negatif pada pola kerja sektor pertanian rumah tangga setempat. Kebanyakan rumah tangga yang tinggal di Kampung Sukatani berasal dari luar daerah dan bekerja diluar sektor pertanian, namun setelah rumah tangga tersebut pindah ke Kampung Sukatani yang masih kaya akan lahan pertanian kebanyakan dari rumah tangga itu tertarik dan akhirnya menjadi petani sehingga jumlah petani di Kampung ini bertambah dari yang awalnya hanya lima rumah tangga meningkat menjadi delapan rumah tangga. Selain itu terjadi penurunan pada pola kerja sektor non pertanian dari yang awalnya sebelas rumah tangga menjadi tujuh rumah tangga. Peningkatan rumah tangga yang bekerja disektor pertanian terjadi karena melihat potensi di Kampung Sukatani yang sebagian besar adalah lahan pertanian. Lahan pertanian yang ada di kampung ini sebagian besar milik warga luar desa, dan rumah tangga setempat hanya menjadi petani penggarap yang menggarap lahan orang lain. Terdapat rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian sekaligus bekerja disektor non pertanian dan jumlahnya tidak mengalami perubahan baik sebelum maupun setelah adanya perpindahan penguasaan lahan yaitu sebanyak 14 rumah tangga. Umumnya rumah tangga yang bekerja dengan pola nafkah ganda tidak dapat bekerja hanya disatu sektor saja, karena antara kedua sektor pekerjaan baik pertanian maupun luar pertanian saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga hilangnya satu sektor pekerjaan dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga tersebut. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pola kerja di Kampung Sampay dan Kampung Sukatani memiliki perbedaan dimana di Kampung Sampay terjadi penurunan jumlah rumah tangga yang bekerja disektor pertanian, sementara di Kampung Sukatani terjadi peningkatan jumlah rumah tangga yang bekerja disektor pertanian. 2. Secara umum rumah tangga Desa Tugu Utara bermatapencaharian di luar pertanian. Penyebab utama adalah tidak adanya lahan produktif yang dapat dikelola rumah tangga setempat, karena sebagian besar lahan produktif dikuasai oleh warga perkotaan dan sebagian lagi sudah dialihfungsikan ke bentuk diluar pertanian. Konversi lahan mengakibatkan warga lokal tidak memiliki akses yang besar terhadap lahan pertanian, disamping itu terdapat perbedaan yang mencolok antar warga lokal asli dan pendatang dalam pencarian nafkah. Warga asli ternyata tidak menjadi rumah tangga yang mendominasi perekonomian yang ada di Desa Tugu Utara, walaupun desa ini menjadi tempat strategis dalam pencarian nafkah karena banyak tempat rekreasi yang dapat dikunjungi. Warga asli sebagian besar hanya bekerja sebagai buruh bangunan atau pekerja kasar lainnya, kebanyakan sektor pekerjaan dikuasai warga pendatang yang menetap di desa ini. Para pendatang ini membuka berbagai usaha baik usaha restoran, toko, jasa, dan lain sebagainya. Tempat-tempat usaha yang berada disepanjang jalan dekat jalan raya umumnya merupakan milik para pendatang, sementara warga lokal berada dibagian dalam kampung dan menunggu adanya tawaran kerja sebagai buruh bangunan.

6.4 Struktur Pendapatan

Dokumen yang terkait

Identifikasi dan Analisis Permasalahan Institusi dalam Kompleksitas Penataan Kawasan Puncak (Studi Kasus Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor)

1 14 162

Analisis Sosio Agraria Dan Konversi Lahan Serta Strategi Perlindungan Lahan Sawah Di Kota Sukabumi

0 8 99

Dampak Ekowisata Terhadap Kondisi Sosio-Ekonomi dan Sosio-Ekologi Masyarakat di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (Studi Citalahab Central dan Citalahab Kampung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

1 7 153

Dampak sosio=ekonomi da ekologi kawasan industri batu bata (kasus kampung Ater dan Ciawitan desa Gorowong kecamatan Parung Panjang kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 191

Dampak Sosio-Ekonomis dan Sosio-Ekologis Akibat Industri Manufaktur (Studi Kasus: Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi)

0 12 199

Dampak aktivitas pertambangan bahan galian golongan c terhadap kondisi kehidupan masyarakat desa (analisis sosio-ekonomi dan sosio-ekologi masyarakat Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 14 120

Analisis Sistem Tataniaga Komoditas Brokoli di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

3 15 230

Fluks CO2 dari Andosol pada Penggunaan Lahan Kebun Teh dan Tanah Bera di Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 3 25

Penggunaan Lahan Dan Nilai Sewa Lahan (Land Rent) Di Kawasan Puncak; Studi Kasus Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 5 70

Pengaruh Konversi Lahan Hutan Tehadap Sifat Fisika Tanah (Studi Kasus : Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Bogor)

0 4 44