Ikhtisar TIPE-TIPE KONVERSI LAHAN DI DESA TUGU UTARA

melakukan biovori agar air tidak meluap dan berakibat banjir. Namun sebagian besar para pelaku konversi lahan tidak menghiraukan peraturan ini dan kebanyakan melakukan pelanggaran. Bagi para pendatang yang melakukan pembangunan berupa villa atau yang lainnya, dianjurkan menanam pohon diwilayah sekitar konversi agar resapan air tetap terjaga dan juga menganjurkan melakukan biovori Bapak Ymc, 42 tahun. Langkah kedua yaitu memberikan surat teguran kepada pemilik villa dan hotel yang tidak taat aturan. Pemberian surat ini dilakukan karena pihak pemerintah kesulitan untuk melakukan komunikasi langsung dengan pemilik villa atau pemilik hotel, karena pelaku ini sebagian besar tidak berada di kawasan Desa Tugu Utara. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak pemerintah, sehingga akhirnya pihak pemerintah sendiri menjadi lemah menghadapi fenomena konversi lahan ini.

5.4 Ikhtisar

Pemanfaatan lahan di Desa Tugu Utara digunakan sebagai lahan sawah, penggunaan lahan kering, tempat tinggal, bangunan villa, hotel dan restoran, serta lahan kosong. Awalnya lahan di kawasan desa ini didominasi oleh lahan produktif baik lahan perkebunan maupun lahan pertanian namun seiring dengan maraknya pembangunan, konversi lahan pun tidak dapat dapat dielakkan apalagi setelah masa pemerintahan Soeharto berakhir. Lahan yang awalnya sulit diakses oleh warga menjadi lebih mudah dimanfaatkan, selain itu konversi lahan di desa ini juga terjadi karena pertambahan jumlah penduduk dan penanaman modal yang dilakukan oleh para investor. Akibatnya, sebagian besar lahan mengalami perubahan peruntukkan lahan pertanian menjadi peruntukkan lahan non pertanian seperti toko, villa, hotel, restoran, rumah, dan lain sebagainya. Terdapat tiga dimensi konversi lahan yang terjadi di Desa Tugu Utara yaitu tipe konversi yang dilihat dari letak kawasan, tipe konversi yang dilihat dari tingkat kecepatan dan tipe konversi yang dilihat dari pelaku konversi lahan. Data pada Tabel 6 merangkum ketiga dimensi konversi lahan mulai dari pengertian, tipe konversi, pihak pelaku konversi, penerima manfaat dan bentuk konversi lahan. Tabel 6. Keterkaitan Dimensi Konversi dengan Kondisi dilapangan Dimensi Tipe Konversi Pengertian Tipe Konversi Pihak Pelaku Bentuk Konversi dan Pihak Pemanfaat Letak Kawasan Dilihat dari aksesbiitasnya, maka terdapat dua tipe konversi dalam hal ini yaitu terbuka dan tertutup. Tipe konversi ini terjadi akibat besarnya akses pada jalan raya yang mempermudah terjadinya transakasi ekonomi lahan untuk merespon peluang ekonomi disektor non pertanian hotel, restoran, dll. Terbuka Kampung Sampay Warga lokal, luar desa dan pemerintah setempat • Tempat tinggal: warga lokal • Sarana ekonomi hotel, restoran, villa, dsb: warga luar desa • Sarana pemerintahan kantor: pemerintah Tertutup Kampung Sukatani Warga lokal dan Warga luar desa • Villa dan greenhouse: warga luar desa • Tempat tinggal: warga lokal • Warung kecil: warga lokal Tingkat Kecepatan Dilihat dari tingkat kecepatannya, maka terdapat dua tipe konversi dalam hal ini yaitu lambat dan cepat. Tipe konversi ini merupakan sehamparan lahan yang terkonversi dengan melihat tingkat kecepatan terjadinya perubahan peruntukkan lahan di kawasan tersebut. Lambat Kampung Sukatani Warga lokal dan warga luar desa • Villa dan greenhouse: warga luar desa • Tempat tinggal: warga lokal • Warung kecil: warga lokal Cepat Kampung Sampay Warga lokal, warga luar desa dan pemerintah setempat • Tempat tinggal: warga lokal • Sarana ekonomi hotel, restoran, villa, dsb: warga luar desa • Sarana pemerintahan kantor: pemerintah Pelaku Dilihat dari pihak pelaku konversi, maka terdapat dua tipe konversi yaitu warga lokal dan warga luar desa. Tipe konversi ini terjadi karena adanya kebutuhan akan tempat tinggal dan keterdesakan ekonomi bagi warga lokal serta keinginan untuk melakukan investasi bagi warga luar desa para pemilik modalinvestor Warga lokal Warga lokal • Tempat tinggal dan toko: warga lokal Warga luar desa Warga luar desa • Hotel, villa, restoran, toko, dan lain sebagainya: warga lokal dan pemerintah. Data pada Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa Kampung Sampay mengalami konversi lahan secara terbuka dengan laju konversi cepat dimana pihak pelaku konversi adalah semua stakeholder warga lokal, warga luar desa dan pemerintah. Rata-rata bentuk perubahan peruntukkan lahan pertanian menjadi peruntukkan lahan non pertanian seperti tempat tinggal, sarana perekonomian villa, restoran, hotel, toko, dsb, dan sarana pemerintahan kantor. Pihak yang memperoleh manfaat dari konversi lahan ini adalah semua stakeholder, akan tetapi pihak yang memperoleh manfaat lebih besar adalah warga luar desa. Kampung Sukatani mengalami konversi lahan secara tertutup dengan laju konversi lambat dimana pihak pelaku konversi sebagian besar adalah warga luar desa, akan tetapi warga lokal juga berperan dalam kegiatan konversi lahan hanya saja tidak sebesar warga luar desa. Rata-rata bentuk perubahan peruntukkan lahan pertanian menjadi peruntukkan lahan non pertanian seperti tempat tinggal, villa, warung kecil dan greenhouse . Pihak yang memperoleh manfaat dari konversi lahan pertanian di kampung ini adalah warga lokal dan warga luar desa, akan tetapi sama seperti di Kampung Sampay, manfaat yag diterima warga lokal lebih kecil dibandingkan warga luar desa.

BAB VI DAMPAK SOSIO-EKONOMIS KONVERSI LAHAN

PERTANIAN Fenomena konversi lahan pertanian memberikan perubahan pada kehidupan sosial ekonomi rumah tangga Desa Tugu Utara. Semua rumah tangga yang tinggal dan menetap di desa ini telah beradaptasi dengan kondisi yang ditimbulkan dari kegiatan konversi lahan pertanian ke peruntukkan lahan diluar pertanian. Adapun dampak dari kegiatan konversi lahan tersebut antara lain perubahan struktur agraria, perubahan kesempatan kerja baik di sektor pertanian maupun diluar sektor pertanian, perubahan pola kerja, struktur pendapatan yang diperoleh, kondisi tempat tinggal dan perubahan hubungan antar anggota keluarga dan hubungan antar warga. Apabila dikaitkan dengan tiga dimensi konversi lahan yang terjadi di desa ini, terdapat perbedaan dampak yang diterima oleh rumah tangga di kawasan yang dekat dengan jalan raya dan rumah tangga di kawasan yang jauh dari jalan raya.

6.1 Struktur Agraria

6.1.1 Perubahan Penguasaan Lahan

Konversi lahan merupakan akibat dari perpindahan penguasaan lahan yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan penguasaan lahan rumah tangga setempat. Pada penelitian ini penguasaan lahan pertanian dikategorikan menjadi lima yaitu kategori tidak punya lahan, tumpang sari, bagi hasil, sewa dan milik. Selama sepuluh tahun terakhir 2000-2010 telah terjadi perpindahan penguasaan lahan di Desa Tugu Utara yang berimplikasi pada terjadinya perubahan derajat penguasaan lahan rumah tangga setempat. Data pada Tabel 7 dan Tabel 8 menunjukkan perpindahan penguasaan lahan rumah tangga Kampung Sampay dan Kampung Sukatani selama kurun waktu sepuluh tahun.

Dokumen yang terkait

Identifikasi dan Analisis Permasalahan Institusi dalam Kompleksitas Penataan Kawasan Puncak (Studi Kasus Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor)

1 14 162

Analisis Sosio Agraria Dan Konversi Lahan Serta Strategi Perlindungan Lahan Sawah Di Kota Sukabumi

0 8 99

Dampak Ekowisata Terhadap Kondisi Sosio-Ekonomi dan Sosio-Ekologi Masyarakat di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (Studi Citalahab Central dan Citalahab Kampung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

1 7 153

Dampak sosio=ekonomi da ekologi kawasan industri batu bata (kasus kampung Ater dan Ciawitan desa Gorowong kecamatan Parung Panjang kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 191

Dampak Sosio-Ekonomis dan Sosio-Ekologis Akibat Industri Manufaktur (Studi Kasus: Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi)

0 12 199

Dampak aktivitas pertambangan bahan galian golongan c terhadap kondisi kehidupan masyarakat desa (analisis sosio-ekonomi dan sosio-ekologi masyarakat Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 14 120

Analisis Sistem Tataniaga Komoditas Brokoli di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

3 15 230

Fluks CO2 dari Andosol pada Penggunaan Lahan Kebun Teh dan Tanah Bera di Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 3 25

Penggunaan Lahan Dan Nilai Sewa Lahan (Land Rent) Di Kawasan Puncak; Studi Kasus Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 5 70

Pengaruh Konversi Lahan Hutan Tehadap Sifat Fisika Tanah (Studi Kasus : Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Bogor)

0 4 44