Persepsi Atas Kesempatan Kerja

dan setelah terjadinya perpindahan penguasaan lahan. Sebelum terjadi perpindahan penguasaan lahan jumlahnya sebanyak 15 rumah tangga, namun setelah terjadi perpindahan penguasaan lahan jumlahnya meningkat menjadi 17 rumah tangga. Kondisi ini serupa dengan kategori luas lahan sebesar 2500 meter persegi sampai 4900 meter persegi yang mengalami peningkatan dari yang awalnya sebanyak satu rumah tangga menjadi dua rumah tangga. Selain itu rumah tangga yang menguasai lahan seluas lebih dari 7500 meter persegi mengalami penurunan setelah terjadi perpindahan penguasaan lahan menjadi empat rumah tangga dari yang sebelum terjadi perpindahan penguasaan lahan sebanyak tujuh rumah tangga. Akan tetapi, berbeda dengan rumah tangga yang menguasai lahan seluas 100 meter persegi sampai 2400 meter persegi, sebelum terjadi perpindahan penguasaan lahan jumlahnya sebanyak enam rumah tangga namun setelah terjadi perpindahan penguasaan jumlahnya menurun menjadi lima rumah tangga. Sementara itu untuk rumah tangga yang menguasai lahan seluas 5000 meter persegi sampai 7400 meter persegi jumlahnya meningkat menjadi dua rumah tangga dari yang awalnya hanya berjumlah satu rumah tangga. Paparan di atas menunjukkan bahwa penurunan derajat penguasaan lahan diiringi dengan penurunan derajat luas lahan yang dikuasai rumah tangga di Kampung Sampay dan Kampung Sukatani. Perubahan derajat luas lahan tersebut antara lain: 1. Terjadi peningkatan rumah tangga yang tidak memiliki lahan. 2. Terjadi penurunan rumah tangga yang menguasai lahan sangat luas lebih dari 7500 meter persegi

6.2 Persepsi Atas Kesempatan Kerja

Desa Tugu Utara pernah mengalami konversi lahan yang tinggi pada periode tahun 1995-2002. Kondisi ini terjadi karena adanya ketertarikan warga ibukota untuk melakukan investasi berupa villa sebagai tempat beristirahat dikala libur menjelang. Selain itu, upaya pembangunan yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan sarana dan prasarana desa gencar dilakukan. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya perubahan dari berbagai aspek, termasuk kesempatan kerja. Adanya perubahan peruntukkan lahan pertanian menjadi peruntukkan lahan non pertanian memberikan dampak pada warga setempat dalam hal pencarian kerja. Awalnya lahan pertanian di Desa Tugu Utara masih cukup banyak namun lambat laun semakin berkurang dan didominasi oleh bangunan-bangunan, baik untuk keperluan tempat tinggal maupun usaha. Hal ini mengakibatkan berubahnya kesempatan kerja yang ada di desa ini, khususnya kesempatan kerja di sektor pertanian. Data pada Gambar 8 menjelaskan tentang persepsi rumah tangga atas kesempatan kerja dibidang pertanian yang terjadi dalam rentang waktu sepuluh tahun 2000-2002 di dua kampung yaitu Kampung Sampay dan Kampung Sukatani. Gambar 8. Persepsi Atas Kesempatan Kerja Sektor Pertanian Tahun 2000 dan 2010 Data pada Gambar 8 menunjukkan persepsi atas kesempatan kerja menurut 60 rumah tangga di dua kampung yang berbeda. Persepsi ini diukur dari perbedaan kesempatan kerja yang menghampiri rumah tangga responden di sektor pertanian tahun 2000 dan 2010. Di Kampung Sampay sebanyak sepuluh rumah tangga 33 persen menyatakan kesempatan kerja terbatas, sementara Sukatani sebanyak 43 persen. Responden yang menyatakan bahwa tidak ada perubahan kesempatan kerja di Kampung Sampay dan Kampung Sukatani secara berturut- turut sebanyak 30 persen dan tujuh persen. Proporsi ini juga sama dengan pilihan responden yang menyatakan bahwa tahun 2010 semakin tidak ada kesempatan kerja di sektor pertanian. Umumnya responden yang menyatakan tidak ada perubahan kesempatan kerja disebabkan tidak adanya ketertarikan, minat, dan kurangnya pengetahuan terhadap pertanian karena tidak pernah terjun pada sektor pertanian baik pada tahun 2000 maupun 2010. Selanjutnya responden yang menyatakan bahwa kesempatan kerja bagi rumah tangganya pada tahun 2010 semakin terbuka luas hanya tujuh persen di Kampung Sampay dan 37 persen di Kampung Sukatani. Kesempatan kerja di sektor pertanian itu sendiri tidak mendominasi kesempatan kerja yang ada di Desa Tugu Utara. Dari kedua kampung itu sebanyak 38 persen responden menyatakan bahwa pekerjaan sektor pertanian tahun 2010 semakin terbatas dibanding tahun 2000 yang disebabkan oleh tidak adanya lahan pertanian yang dapat dikelola oleh warga setempat akibat konversi lahan. Sebanyak 22 persen menyatakan bahwa kesempatan kerja terbuka semakin luas dan 20 persen secara berturut-turut manyatakan bahwa kesempatan kerja pertanian sudah tidak ada lagi dan tidak ada perubahan kesempatan kerja sektor pertanian. Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa kesempatan kerja sektor pertanian di Desa Tugu Utara semakin menurun dan berpengaruh terhadap kondisi perekonomian rumah tangga setempat. Dilihat dari tipe konversi lahan yang terjadi di Desa Tugu Utara, terdapat perbedaan kesempatan kerja sektor pertanian antara Kampung Sukatani dan Kampung Sampay dimana kesempatan kerja di Kampung Sukatani lebih besar dibanding dengan Kampung Sampay. Hal ini dikarenakan lokasi Kampung Sukatani yang jauh dari pusat transportasi dan pemerintahan serta tingkat kecepatan terjadinya konversi cenderung lambat, sehingga masih ada lahan pertanian yang dapat dikelola orang walaupun hanya sebagai buruh tani, sementara Kampung Sampay yang lokasinya dekat dengan jalan raya dan pusat pemerintahan serta tingkat kecepatan terjadinya konversi cenderung cepat, jumlah lahan pertanian sudah sangat sedikit dan sebagian besar telah beralih fungsi menjadi bangunan-bangunan sehingga kesempatan kerja di sektor pertanian lebih rendah. Berdasarkan pernyataan di atas dan keterangan dari data pada Gambar 14 dapat disimpulkan bahwa kesempatan kerja sektor pertanian di Desa Tugu Utara berada pada kategori terbatas, sementara itu untuk kesempatan kerja di luar sektor pertanian juga mengalami perubahan antara tahun 2000 dan tahun 2010. Data pada Gambar 9 menunjukkan tentang persepsi rumah tangga atas kesempatan kerja di luar sektor pertanian untuk dua kampung yang berbeda. Gambar 9. Persepsi Atas Kesempatan Kerja Non Pertanian Tahun 2000 dan 2010 Berdasarkan Gambar di atas ditunjukkan persepsi rumah tangga atas kesempatan kerja diluar sektor pertanian antara tahun 2000 dan 2010. Untuk kesempatan kerja yang terbatas di Kampung Sampay lebih kecil dibanding Kampung Sukatani yaitu sebanyak 30 persen, sementara Kampung Sukatani sebanyak 60 persen. Kemudian kesempatan kerja semakin terbuka luas tahun 2010 dibanding tahun 2000 lebih banyak di Kampung Sampay 17 persen, sementara Kampung Sukatani sepuluh persen. Selanjutnya responden yang menyatakan bahwa kesempatan kerja luar pertanian lebih mendominasi pekerjaan untuk Kampung Sampay sebanyak sepuluh persen, sementara Kampung Sukatani hanya tiga persen. Akan tetapi, terdapat responden yang menyatakan bahwa kesempatan kerja diluar pertanian tidak mengalami perubahan baik tahun 2000 maupun 2010 yaitu sebanyak 33 persen di Kampung Sampay dan di Kampung Sukatani 17 persen. Kemudian responden yang menyatakan sudah tidak ada lagi kesempatan kerja diluar pertanian tahun 2010 untuk kedua kampung sebanyak sepuluh persen saja. Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa kesempatan kerja non pertanian di Kampung Sampay dan Kampung Sukatani memiliki perbedaan dimana kesempatan kerja non pertanian di Kampung Sampay lebih besar dibanding Kampung Sukatani. Dari dua kampung tersebut, sebagian besar responden menyatakan bahwa kesempatan kerja disektor non pertanian lebih rendah dibanding sepuluh tahun yang lalu yaitu 45 persen. Kemudian untuk kesempatan kerja yang tidak mengalami perubahan hanya sebesar 25 persen. Selanjutnya 13 persen, sepuluh persen dan tujuh persen secara berturut-turut menyatakan bahwa kesempatan kerja semakin terbuka luas, kesempatan kerja luar pertanian menjadi tidak ada dan kesempatan kerja luar pertanian mendominasi sektor perekonomian orang setempat. Secara garis besar antara kesempatan kerja pertanian dan non pertanian baik di Kampung Sampay maupun di Kampung Sukatani adalah sebagai berikut: 1. Kesempatan kerja pertanian di dua kampung pada tahun 2010 semakin terbatas dibanding sepuluh tahun yang lalu tahun 2000. Akan tetapi, jika diperbandingkan antara Kampung Sampay dan Kampung Sukatani, kesempatan kerja sektor pertanian di Kampung Sukatani lebih besar dibandingkan Kampung Sampay. 2. Kesempatan kerja sektor non pertanian di dua kampung pada tahun 2010 secara umum tidak mengalami perubahan yaitu mengarah pada kondisi “tetap sulit”. Hal ini terjadi karena persaingan disektor non pertanian semakin lama semakin tinggi. Akan tetapi, kesempatan kerja non pertanian di Kampung Sampay lebih besar dibandingkan Kampung Sukatani. 3. Arti dari dua poin di atas adalah konversi lahan memberikan dampak negatif pada sektor pertanian dan tidak memberikan dampak positif pada sektor non pertanian bagi rumah tangga setempat.

6.3 Pola Kerja

Dokumen yang terkait

Identifikasi dan Analisis Permasalahan Institusi dalam Kompleksitas Penataan Kawasan Puncak (Studi Kasus Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor)

1 14 162

Analisis Sosio Agraria Dan Konversi Lahan Serta Strategi Perlindungan Lahan Sawah Di Kota Sukabumi

0 8 99

Dampak Ekowisata Terhadap Kondisi Sosio-Ekonomi dan Sosio-Ekologi Masyarakat di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (Studi Citalahab Central dan Citalahab Kampung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

1 7 153

Dampak sosio=ekonomi da ekologi kawasan industri batu bata (kasus kampung Ater dan Ciawitan desa Gorowong kecamatan Parung Panjang kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 191

Dampak Sosio-Ekonomis dan Sosio-Ekologis Akibat Industri Manufaktur (Studi Kasus: Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi)

0 12 199

Dampak aktivitas pertambangan bahan galian golongan c terhadap kondisi kehidupan masyarakat desa (analisis sosio-ekonomi dan sosio-ekologi masyarakat Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 14 120

Analisis Sistem Tataniaga Komoditas Brokoli di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

3 15 230

Fluks CO2 dari Andosol pada Penggunaan Lahan Kebun Teh dan Tanah Bera di Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 3 25

Penggunaan Lahan Dan Nilai Sewa Lahan (Land Rent) Di Kawasan Puncak; Studi Kasus Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 5 70

Pengaruh Konversi Lahan Hutan Tehadap Sifat Fisika Tanah (Studi Kasus : Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Bogor)

0 4 44