Luas lahan Struktur Agraria

Dari paparan di atas terlihat bahwa di Kampung Sampay dan Kampung Sukatani telah terjadi perubahan penguasaan lahan sebagai berikut: 1. Terjadi peningkatan rumah tangga yang tidak memiliki lahan tunakisma 2. Terjadi penurunan derajat penguasaan lahan dari pemilik menjadi penyewa, pemilik menjadi tunakisma serta bagi hasil menjadi tunakisma. Oleh karena itu, penurunan derajat penguasaan lahan memiliki hubungan dengan konversi lahan. Semakin tinggi tingkat konversi, maka semakin besar kemungkinan terjadinya penurunan derajat penguasaan lahan. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa konversi lahan di Desa Tugu Utara berdampak buruk pada penguasaan lahan rumah tangga setempat.

6.1.2 Luas lahan

Terjadinya perubahan derajat penguasaan lahan berhubungan dengan seberapa luas lahan pertanian yang dikuasai oleh rumah tangga dan bagaimana perubahan yang terjadi dari adanya penurunan derajat penguasaan lahan tersebut. Berikut ini adalah Tabel 9 dan Tabel 10 yang memaparkan perubahan luas lahan pertanian yang dikuasai warga Kampung Sampay dan Kampung Sukatani akibat adanya perpindahan penguasaan lahan. Perubahan luas lahan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi lima antara lain lahan tidak ada 0 hektar, lahan sempit 0,01 hektar – 0,24 hektar, sedang 0,25 hektar – 0,49 hektar, lahan luas 0,50 hektar- 0,74 hektar dan lahan sangat luas lebih dari 0,75 hektar. Tabel 9. Perubahan Luas Lahan Pertanian Rumah Tangga Kampung Sampay 2000-2010 Perubahan Luas Lahan Derajat kuatnya akses terhadap luas lahan Total rumah tangga I II III IV V Sebelum terjadi perpindahan penguasaan lahan 22 1 1 3 3 30 Setelah terjadi perpindahan penguasaan lahan 25 2 1 0 2 30 Keterangan: n = 30 rumah tanggga I = 0 hektar IV = 0,50 hektar - 0,74 hektar II = 0,01 hektar – 0,24 hektar V = + 0,75 hektar III = 0,25 hektar - 0,49 hektar Berdasarkan data pada Tabel 9 dapat ditarik interpretasi bahwa terjadi penurunan derajat luas lahan yang dikuasai rumah tangga Kampung Sampay. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan jumlah warga yang tidak memiliki lahan 0 hektar sebelum dan setelah terjadinya perpindahan penguasaan lahan. Sebelum terjadi perpindahan penguasaan lahan jumlahnya sebanyak 22 rumah tangga namun setelah terjadi perpindahan penguasaan lahan jumlahnya meningkat menjadi 25 rumah tangga. Kondisi ini juga serupa dengan warga yang memiliki luas lahan pertanian sebesar 100 meter persegi sampai 2400 meter persegi dan 5000 meter persegi sampai 7400 meter persegi. Sebelum terjadi perpindahan penguasaan lahan jumlah rumah tangga yang termasuk kedalam dua kategori tersebut secara berturut-berturut berjumlah satu dan tiga rumah tangga, namun setelah terjadi perpindahan penguasaan lahan, warga yang memiliki lahan seluas 100 meter persegi sampai 2400 meter persegi meningkat menjadi dua orang dan warga yang memiliki lahan seluas 5000 meter persegi sampai 7400 meter persegi menjadi tidak ada. Hal ini membuktikan bahwa derajat luas lahan yang dikuasai rumah tangga setempat mengalami penurunan. Sementara itu, untuk rumah tangga yang menguasai lahan seluas 2500 meter persegi sampai 4900 meter persegi tidak mengalami perubahan baik sebelum maupun setelah terjadinya perpindahan penguasaan lahan. Tabel 10. Perubahan Luas Lahan Pertanian Rumah Tangga Kampung Sukatani 2000-2010 Perubahan Luas Lahan Derajat kuatnya akses terhadap luas lahan Total rumah tangga I II III IV V Sebelum terjadi perpindahan penguasaan lahan 15 6 1 1 7 30 Setelah terjadi perpindahan penguasaan lahan 17 5 2 2 4 30 Keterangan: n = 30 rumah tangga I = 0 hektar II = 0,01 hektar – 0,24 hektar III = 0,25 hektar – 0,49 hektar IV = 0,50 hektar - 0,74 hektar V = + 0,75 hektar Berdasarkan data pada Tabel 10 di atas ditunjukkan bahwa terjadi perubahan luas lahan karena adanya perpindahan penguasaan lahan. Kemudian dari data di atas juga dapat ditarik interpretasi bahwa rumah tangga Kampung Sukatani seperti halnya rumah tangga Kampung Sampay mengalami penurunan derajat luas lahan yang dikuasai rumah tangga. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan jumlah rumah tangga yang tidak memiliki lahan 0 hektar sebelum dan setelah terjadinya perpindahan penguasaan lahan. Sebelum terjadi perpindahan penguasaan lahan jumlahnya sebanyak 15 rumah tangga, namun setelah terjadi perpindahan penguasaan lahan jumlahnya meningkat menjadi 17 rumah tangga. Kondisi ini serupa dengan kategori luas lahan sebesar 2500 meter persegi sampai 4900 meter persegi yang mengalami peningkatan dari yang awalnya sebanyak satu rumah tangga menjadi dua rumah tangga. Selain itu rumah tangga yang menguasai lahan seluas lebih dari 7500 meter persegi mengalami penurunan setelah terjadi perpindahan penguasaan lahan menjadi empat rumah tangga dari yang sebelum terjadi perpindahan penguasaan lahan sebanyak tujuh rumah tangga. Akan tetapi, berbeda dengan rumah tangga yang menguasai lahan seluas 100 meter persegi sampai 2400 meter persegi, sebelum terjadi perpindahan penguasaan lahan jumlahnya sebanyak enam rumah tangga namun setelah terjadi perpindahan penguasaan jumlahnya menurun menjadi lima rumah tangga. Sementara itu untuk rumah tangga yang menguasai lahan seluas 5000 meter persegi sampai 7400 meter persegi jumlahnya meningkat menjadi dua rumah tangga dari yang awalnya hanya berjumlah satu rumah tangga. Paparan di atas menunjukkan bahwa penurunan derajat penguasaan lahan diiringi dengan penurunan derajat luas lahan yang dikuasai rumah tangga di Kampung Sampay dan Kampung Sukatani. Perubahan derajat luas lahan tersebut antara lain: 1. Terjadi peningkatan rumah tangga yang tidak memiliki lahan. 2. Terjadi penurunan rumah tangga yang menguasai lahan sangat luas lebih dari 7500 meter persegi

6.2 Persepsi Atas Kesempatan Kerja

Dokumen yang terkait

Identifikasi dan Analisis Permasalahan Institusi dalam Kompleksitas Penataan Kawasan Puncak (Studi Kasus Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor)

1 14 162

Analisis Sosio Agraria Dan Konversi Lahan Serta Strategi Perlindungan Lahan Sawah Di Kota Sukabumi

0 8 99

Dampak Ekowisata Terhadap Kondisi Sosio-Ekonomi dan Sosio-Ekologi Masyarakat di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (Studi Citalahab Central dan Citalahab Kampung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

1 7 153

Dampak sosio=ekonomi da ekologi kawasan industri batu bata (kasus kampung Ater dan Ciawitan desa Gorowong kecamatan Parung Panjang kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 191

Dampak Sosio-Ekonomis dan Sosio-Ekologis Akibat Industri Manufaktur (Studi Kasus: Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi)

0 12 199

Dampak aktivitas pertambangan bahan galian golongan c terhadap kondisi kehidupan masyarakat desa (analisis sosio-ekonomi dan sosio-ekologi masyarakat Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 14 120

Analisis Sistem Tataniaga Komoditas Brokoli di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

3 15 230

Fluks CO2 dari Andosol pada Penggunaan Lahan Kebun Teh dan Tanah Bera di Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 3 25

Penggunaan Lahan Dan Nilai Sewa Lahan (Land Rent) Di Kawasan Puncak; Studi Kasus Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 5 70

Pengaruh Konversi Lahan Hutan Tehadap Sifat Fisika Tanah (Studi Kasus : Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Bogor)

0 4 44