Kebutuhan Akan Tempat Tinggal Keterdesakan Ekonomi

Pada tahun 1995-2002 konversi lahan di Kampung Sampay lebih cepat dibandingkan dengan konversi lahan di Kampung Sukatani karena mudahnya akses pada jalan raya dan sarana perekonomian. Hal ini menyebabkan semakin sedikit lahan pertanian yang ada di Kampung Sampay. Sementara kegiatan perubahan peruntukkan lahan di Kampung Sukatani berlangsung secara lambat karena saat ini masih banyak lahan pertanian yang dapat dimanfaatkan rumah tangga setempat. Seperti pada uraian sebelumnya yang menjelaskan tentang adanya pergeseran kegiatan konversi lahan ke daerah-daerah yang masih banyak lahannya dapat membuat Kampung Sukatani menjadi target dari kegiatan konversi lahan selanjutnya.

5.2.4 Tipe Konversi Lahan Berdasarkan Pelaku Konversi

Kebutuhan akan tempat tinggal dan keterdesakan ekonomi bagi warga lokal serta keinginan untuk melakukan investasi bagi warga luar desa para pemilik modalinvestor menjadi salah satu faktor yang mendorong terjadinya konversi lahan.

5.2.4.1 Warga Lokal

5.2.4.1.1 Kebutuhan Akan Tempat Tinggal

Kepadatan penduduk di Desa Tugu Utara semakin meningkat setiap tahunnya karena bertambahnya jumlah warga lokal atau pun karena jumlah migrasi warga yang semakin besar. Peningkatan tersebut mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal semakin meningkat sehingga banyak warga yang melakukan konversi lahan di lahan produktif untuk dijadikan tempat tinggal. Berdasarkan hasil penelitian kepada 60 responden warga Desa Tugu Utara terdapat enam rumah tangga 10 persen yang mengubah lahan pertanian menjadi tempat tinggal. Salah satu kasus perubahan peruntukkan lahan pertanian menjadi tempat tinggal yaitu kasus yang terjadi pada keluarga Bapak Haji Jpr. Awalnya tempat tinggal yang ditempati keluarga tersebut adalah lahan sawah yang digunakan untuk kegiatan pertanian. Dulu saya pernah memiliki lahan sawah seluas 5000 meter, tetapi sekarang sudah dijadikan rumah. Walaupun sayang lahan sawah harus dikonversi, tapi apa boleh buat, saya dan keluarga membutuhkan tempat tinggal dan alhamdulillah sekarang jadi memiliki rumah sendiri. Lahan yang dijadikan rumah seluas 4000 meter dan hanya sisa 1000 meter. Sekarang lahan yang 1000 meter menjadi lahan yang tidak terpakai Haji Jpr, 60 tahun. Bapak Haji Jpr merupakan salah satu warga Kampung Sampay yang terpaksa melakukan konversi lahan pertanian menjadi tempat tinggal. Saat itu beliau sudah menikah dan belum memiliki tempat tinggal sehingga berinisiatif untuk mengkonversi lahan pertanian miliknya karena tidak memiliki cukup uang untuk membeli rumah ditempat lain. Tidak ada penyesalan dari bapak Haji Jpr setelah lahannya terkonversi karena menurut beliau jika lahannya tidak dikonversi menjadi tempat tinggal, mungkin saat ini beliau dan keluarga tidur dijalanan. Uraian di atas menunjukkan bahwa kebutuhan akan tempat tinggal menjadi salah satu pendorong terjadinya konversi lahan pertanian di Desa Tugu Utara.

5.2.4.1.2 Keterdesakan Ekonomi

Sebagian besar rumah tangga Desa Tugu Utara sudah tidak lagi memiliki lahan milik sendiri baik lahan yang produktif maupun lahan yang kurang produktif. Hal ini terjadi karena kondisi ekonomi rumah tangga mengalami penurunan apalagi setelah terjadinya krisis ekonomi tahun 1998. Krisis ekonomi tersebut mengakibatkan lahan menjadi suatu komoditas yang layak untuk diperjualbelikan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Sebanyak 26,1 persen rumah tangga menjual lahan pertanian miliknya sendiri dimana 17,4 persen rumah tangga Kampung Sampay dan 8,7 persen rumah tangga Kampung Sukatani 12 . Kondisi ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur agraria terkait penguasaan lahan pertanian. Selain itu, ada pula rumah tangga yang keluar dari kampung atau desanya sendiri untuk memperoleh keuntungan ekonomi diluar pertanian. Seiring dengan penjualan lahan dan berpindah tempatnya rumah tangga ke luar kampung atau desa menyebabkan rumah tangga beralih pekerjaan dari sektor pertanian menjadi bekerja diluar sektor pertanian. Banyak warga yang pindah keluar kampung atau desa. Ya, sebetulnya begitu mereka, berawal dari pola pikir mereka yang sangat pendek. Dia menjual lahan, kemudian pindah dengan kenyataan disini semua. Dia di tempat baru juga belum tentu mendapat lahan seperti diawal. Mereka jangan-jangan karena nafsu, mengejar emosi ingin membeli ini dan itu. Rata-rata mereka juga berubah pekerjannya menjadi kuli kasar, kuli bangunan Bapak Ymc, 42 tahun. 12 Jumlah responden diambil dari rumah tangga yang berkecimpung di dunia pertanian yaitu sebanyak 23 rumah tangga atau 23,33 persen dari 60 rumah tangga. Berdasarkan pernyataan bapak Ymc 42 tahun rumah tangga Desa Tugu Utara banyak yang menjual lahan karena rendahnya tingkat pendidikan, sehingga pola pikirnya menjadi pendek dengan menjual lahannya dan tidak mempertimbangkan kondisi jangka panjang. Rumah tangga tersebut mudah tergiur dengan keuntungan ekonomi sesaat seperti membeli barang-barang elektronik, kendaraan bermotor dan lain sebagainya. Keuntungan jangka pendek dapat dirasakan sesaat setelah lahan terjual, namun kebutuhan ekonomi semakin lama akan semakin meningkat sehingga rumah tangga tersebut tidak lagi memiliki aset berupa lahan untuk dimanfaatkan.

5.2.4.2 Warga Luar Desa Pemilik ModalInvestor

Dokumen yang terkait

Identifikasi dan Analisis Permasalahan Institusi dalam Kompleksitas Penataan Kawasan Puncak (Studi Kasus Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor)

1 14 162

Analisis Sosio Agraria Dan Konversi Lahan Serta Strategi Perlindungan Lahan Sawah Di Kota Sukabumi

0 8 99

Dampak Ekowisata Terhadap Kondisi Sosio-Ekonomi dan Sosio-Ekologi Masyarakat di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (Studi Citalahab Central dan Citalahab Kampung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

1 7 153

Dampak sosio=ekonomi da ekologi kawasan industri batu bata (kasus kampung Ater dan Ciawitan desa Gorowong kecamatan Parung Panjang kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 191

Dampak Sosio-Ekonomis dan Sosio-Ekologis Akibat Industri Manufaktur (Studi Kasus: Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi)

0 12 199

Dampak aktivitas pertambangan bahan galian golongan c terhadap kondisi kehidupan masyarakat desa (analisis sosio-ekonomi dan sosio-ekologi masyarakat Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 14 120

Analisis Sistem Tataniaga Komoditas Brokoli di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

3 15 230

Fluks CO2 dari Andosol pada Penggunaan Lahan Kebun Teh dan Tanah Bera di Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 3 25

Penggunaan Lahan Dan Nilai Sewa Lahan (Land Rent) Di Kawasan Puncak; Studi Kasus Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 5 70

Pengaruh Konversi Lahan Hutan Tehadap Sifat Fisika Tanah (Studi Kasus : Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Bogor)

0 4 44