Gambaran Umum Kampung Sampay dan Kampung Sukatani

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan lahan di Desa Tugu Utara didominasi oleh hutan heterogen sebesar 714 hektar atau sekitar 34,01 persen dari total luas lahan yang ada di wilayah ini. Penggunaan lahan terbesar kedua digunakan sebagai kebun atau tegalan sebesar 688 hektar atau 33 persen. Kemudian penggunaan lahan sebesar 531 hektar atau 25,56 persen dimanfaatkan sebagai perkebunan swasta. Sementara untuk lahan pertanian hanya sebesar sepuluh hektar untuk lahan sawah dan delapan hektar untuk lahan sawah beririgasi atau sekitar 0,5 persen dan 0,4 persen dari luas total lahan.

4.1.6 Kegiatan Pertanian

Desa Tugu Utara memiliki enam kelompok tani yang sebagian besar mengusahakan pertanian sayur. Kelompok tani ini terdiri dari kelompok tani Suka Tani, kelompok tani Wijaya Tani, kelompok tani Kaliwung Kalimuncar, kelompok tani Puncak Sejati, kelompok tani Godong Organik dan kelompok tani Pemuda Sampay yang tergabung dalam sebuah Gabungan Kelompok Tani Gapoktan dan diketuai oleh Bapak Uyh dari Kelompok Tani Suka Tani. Pertanian sayur yang dihasilkan oleh warga Desa Tugu Utara melalui kelompok tani antara lain kubis, wortel, bawang daun, kacang merah, cabai dan tomat. Penguasaan lahan pertanian di Desa Tugu Utara terdiri dari lima bentuk penguasaan lahan yaitu: 1 Petani pemilik: petani yang memiliki lahan pertanian dan menggarap lahannya sendiri; 2 Petani dengan menggunakan sistem sewa: bentuk penguasaan lahan dengan menyewa lahan pertanian milik orang lain; 3 Petani dengan menggunakan sistem bagi hasil: bentuk penguasaan lahan dengan menggarap lahan milik orang lain tanpa mengeluarkan biaya, kemudian hasil pertaniannya dibagi setengah-setengah dengan pemilik lahan; 4 Petani dengan menggunakan sistem tumpang sari: bentuk penguasaan lahan dengan memanfaatkan lahan pertanian milik orang lain dan menikmati keuntungan yang dihasilkan dari lahan pertanian tersebut dengan syarat menjaga batas-batas lahan pertanian agar tidak dimanfaatkan orang lain; dan 5 Tunakisma: tidak memiliki lahan dan tidak mempunyai lahan garapan.

4.2 Gambaran Umum Kampung Sampay dan Kampung Sukatani

Kampung Sampay merupakan kampung yang berada dekat pusat pemerintahan, mudah dalam akses perekonomian, dan jarak antara kampung dengan jalan raya hanya sejauh 500 meter. Nama Kampung Sampay merupakan nama yang diambil dari sebuah kali yaitu kali Sampay “Oooh nama Sampay itu asalnya dari kali neng, dulu ada kali yang namanya Sampay jadi kampung ini dinamakan Kampung Sampay “ Bapak Ddi, 50 tahun, sedangkan Kampung Sukatani merupakan kampung yang lokasinya jauh dari pusat pemerintahan Tugu Utara, pusat transportasi dan jauh dari pusat perekonomian. Jarak dari Kampung Sukatani menuju jalan raya sejauh dua kilometer. Jarak yang jauh ini ditambah lagi dengan perjalanan menuju kampung yang menanjak dan berliku-liku, sehingga membutuhkan waktu sekitar 15 menit menggunakan sepeda motor dan sekitar 45 menit dengan berjalan kaki untuk sampai ke kampung ini. Selain itu, Kampung Sampay adalah kampung yang padat dengan bangunan-bangunan baik rumah, villa, maupun toko-toko, sementara Kampung Sukatani adalah kampung yang berada di pegunungan dengan bentangan alam perkebunan teh dan lahan pertanian yang indah. Di Kampung Sampay rata-rata warganya bermatapencaharian sebagai sopir taksi, tukang ojeg, penjual jasa villa, dan pedagang, sementara di Kampung Sukatani sebagian besar warga bermatapencaharian sebagai buruh tani, petani penggarap, buruh bangunan dan penjaga villa. Kemudian dilihat dari ikatan kekeluargaannya, terdapat perbedaan antara Kampung Sampay dan Kampung Sukatani dimana ikatan kekeluargaan antar warga di Kampung Sampay cenderung kurang akrab dibandingkan dengan ikatan kekeluargaan di Kampung Sukatani. Warga Kampung Sampay sibuk dengan kegiatannya masing-masing seperti menjaga toko, menjaga villa, dan lain sebagainya, sementara di Kampung Sukatani hubungan antara warga yang satu dengan warga yang lainnya terjalin dengan baik, warga sering melakukan komunikasi satu sama lain karena tempat tinggal yang berdekatan dan memiliki waktu untuk bercengkerama, selain itu biasanya warga Kampung Sukatani memiliki hubungan persaudaraan seperti kakak atau adik, orang tua dan anak, menantu dan lain sebagainya. Dibidang pertanian, hanya sedikit warga Kampung Sampay yang berkecimpung di dunia pertanian. Hal ini terjadi karena sudah tidak ada lagi lahan pertanian yang dapat dimanfaatkan warga setempat. Lahan pertanian di kampung ini dikuasai oleh warga luar desa, selain itu juga biasanya warga luar desa ini menggunakan tenaga kerja yang dibawanya dari kota untuk mengurus lahan pertanian miliknya, sehingga sulit bagi warga lokal untuk memperoleh manfaat dari lahan pertanian tersebut. Berbeda halnya dengan keadaan pertanian di Kampung Sukatani dimana lahan pertanian masih melimpah, walaupun sebagian besar lahan pertanian di kampung ini dimiliki warga luar desa, namun warga lokal memiliki kesempatan untuk bekerja di lahan tersebut. Di Kampung Sukatani terdapat dua kelompok tani dalam memproduksi hasil pertaniannya. Kelompok pertama menggunakan pertanian organik dan kelompok kedua menggunakan bahan-bahan kimia dalam memproduksi hasil pertaniannya. Kelompok yang bergelut dibidang pertanian organik terdiri dari sebagian warga yang menekuni pertanian organik dan bukan merupakan kelompok resmi, sementara kelompok yang bergelut dibidang pertanian kimia merupakan salah satu kelompok tani resmi di Desa Tugu Utara yakni Kelompok Tani Sukatani yang beranggotakan 18 orang. Kedua kelompok tani ini sebagian besar memproduksi sayur-sayuran seperti kubis, cabai, ceisin, dan lain sebagainya.

4.3 Sejarah dan Fakta Konversi Lahan di Desa Tugu Utara

Dokumen yang terkait

Identifikasi dan Analisis Permasalahan Institusi dalam Kompleksitas Penataan Kawasan Puncak (Studi Kasus Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor)

1 14 162

Analisis Sosio Agraria Dan Konversi Lahan Serta Strategi Perlindungan Lahan Sawah Di Kota Sukabumi

0 8 99

Dampak Ekowisata Terhadap Kondisi Sosio-Ekonomi dan Sosio-Ekologi Masyarakat di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (Studi Citalahab Central dan Citalahab Kampung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

1 7 153

Dampak sosio=ekonomi da ekologi kawasan industri batu bata (kasus kampung Ater dan Ciawitan desa Gorowong kecamatan Parung Panjang kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 191

Dampak Sosio-Ekonomis dan Sosio-Ekologis Akibat Industri Manufaktur (Studi Kasus: Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi)

0 12 199

Dampak aktivitas pertambangan bahan galian golongan c terhadap kondisi kehidupan masyarakat desa (analisis sosio-ekonomi dan sosio-ekologi masyarakat Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 14 120

Analisis Sistem Tataniaga Komoditas Brokoli di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

3 15 230

Fluks CO2 dari Andosol pada Penggunaan Lahan Kebun Teh dan Tanah Bera di Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 3 25

Penggunaan Lahan Dan Nilai Sewa Lahan (Land Rent) Di Kawasan Puncak; Studi Kasus Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 5 70

Pengaruh Konversi Lahan Hutan Tehadap Sifat Fisika Tanah (Studi Kasus : Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Bogor)

0 4 44