40
harga jual tiap-tiap lembaga sampai ke konsumen akhir. Besar kecilnya marjin tataniaga tidak selamanya dapat digunakan sebagai ukuran efisiensi tataniaga.
Dapat dikatakan efisiensi, apabila dalam memasarkan suatu komoditi yang sama terdapat penyebaran margin yang merata dan masing-masing memiliki
keuntungan kesejahteraan di semua lembaga yang terlibat. Keefisienan tataniaga yang berhubungan dengan margin tataniaga terjadi jika margin tataniaga yang
diterima oleh setiap lembaga sesuai dengan sedikit banyaknya fungsi tataniaga yang dilakukan terhadap suatu komoditi pertanian dari produsen petani hingga
ke konsumen akhir. 3.2.5 Kontribusi
farmer’s share terhadap efisiensi tataniaga
Sama halnya dengan margin tataniaga, besar kecilnya farmer’s share
belum tentu menjadi tolak ukur pada tataniaga yang efisien. Namun secara umum farmer’s share menjadi sebuah indikator untuk melihat perbandingan bagian yang
diterima petani terhadap harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Tetapi apabila mengacu pada pernyataan awal maka hubungan efisiensi tataniaga
terhadap farmer’s share adalah efisiensi akan tercapai jika farmer’s share
besarnya sesuai dengan fungsi-fungsi yang dilakukan petani berpengaruh terhadap harga jual ditingkat petani serta peran jumlah lembaga tataniaga dan
saluran tataniaga.
3.2.6 Kontribusi rasio keuntungan dan biaya terhadap efisiensi tataniaga
Rasio keuntungan dan biaya mengacu pada efisiensi operasional, yaitu membandingkan antara keuntungan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan.
Jika penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya merata pada setiap lembaga tataniaga maka secara teknis saluran tataniaga tersebut semakin efisien.
3.3 Kerangka Pemikiran Operasional
Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah pengahasil wortel yang potensial. Walaupun tidak semua petani di desa tersebut
menguasahakan wortel, namun pada saat ini berdasarkan pengamatan di lapangan wortel merupakan salah satu komodti sayuran yang paling mendominasi. Dalam
menjalankan usahanya para petani di Kecamatan Pacet mempergunakan beberapa
41
lembaga-lembaga pemasaran maupun tataniaga seperti pedagang pengumpul maupun pedagang pengecer untuk membantu para petani guna memasarkan hasil
wortel yang diproduksinya. Selain itu pemasaran wortel semakin dibantu dengan keberadaan Sub Terminal Agribisnis STA. STA yang merupakan tempat
transaksi petani dan pedagang komoditi sayuran ini tidak hanya berperan sebagai tempat atau pasar penampungan, melainkan juga sebagai pusat informasi harga
baik dari tingkat petani, pengumpul, grosir dan eceran melalui papan pengumuman harga yang ada di STA. Walaupun demikian dengan adanya
fasilitas STA yang pada dasarnya dapat membantu para petani dalam menyalurkan hasil produksinya, tidak semua petani memanfaatkan keberadaan
STA tersebut. Tidak sedikit petani yang memilih menggunakan saluran tataniaga lainnya, seperti menjual ke pedagang pengumpul kebun tengkulak dan lain
sebagainya. Realita di lapangan menujukkan bahwa petani wortel dalam menjalankan
kegiatan usahataninya terutama pada saat memasarkan hasil produksinya, terdapat beberapa kendala seperti adanya perbedaan harga yang relatif cukup besar di
tingkat petani dengan harga yang diterima konsumen akhir.
Kecamatan Pacet sebagai salah satu penghasil sayuran yang salah satunya wortel menarik untuk
ditelusuri bagaimana sistem tataniaga yang terjadi pada lokasi atau sentra produksi wortel tersebut, mengingat variatifnya saluran distibusi wortel.
Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi analisis fungsi-fungsi tataniaga,
saluran tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar mulai dari petani sampai dengan pedagang pengecer. Sedangkan analisis kuantitatif meliputi analisis
margin tataniaga yang digunakan untuk mengetahui perbedaan harga di tingkat lembaga pemasaran yang terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran.
Farmer’s share diguanakan untuk mengetahui perolehan petani yaitu dengan membandingkan harga yang dibayarkan konsumen akhir yang dinyatakan dalam
persentase. Analisis rasio keuntungan dan biaya untuk mengetahui merata tidaknya penyebaran rasio keuntungan dan biaya di setiap lembaga pemasaran.
Untuk mengetahui efisiensi tataniaga dapat diukur melalui efisiensi operasional dengan memperhatikan nilai margin tataniaga, f
armer’s share, rasio
42
keuntungan dan biaya. Efisiensi operasional menunjukkan biaya minimum yang dapat dicapai dalam pelaksanaan fungsi dasar pemasaran yaitu pengumpulan,
transportasi, penyimpanan, pengolahan, distribusi dan aktivitas fisik dan fasilitas.
Dengan mengkaji serta menganalisis lembaga- lembaga tataniaga yang terlibat pada setiap saluran pemasaran yang terjadi di Kecamatan Pacet diharapkan tercapai
satu hasil atau rekomendasi pola saluran yang paling efisien masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat dalam sistem tataniaga wortel di Kecamatan Pacet. Agar
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 mengenai kerangka pemikiran operasional
tataniaga wortel di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Tataniaga Wortel di
Kecamatan Pacet
Analisis Kuantitatif :
1. Margin tataniaga
2.
Farmer‘s share
3.
Rasio keuntungan dan biaya
Terdapat perbedaan harga wortel yang cukup besar antara harga di tingkat petani dan di tingkat konsumen akhir
Bagaimana tataniaga wortel di Kecamatan Pacet, Kabupaten
Cianjur
Analisis Kualitatif :
1. Saluran tataniaga dan lembaga tataniaga
2. Fungsi-fungsi tataniaga 3. Struktur Pasar
4. Perilaku Pasar
Analisis Tataniaga Wortel di Kecamatan Pacet, Kabupaten
Cianjur
Rekomendasi Alternatif Saluran Tataniaga yang Efisien
43
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi
dilakukan secara sengaja purposive dengan rujukan Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura BPBTPH yang mengemukakan
bahwa tiga dari tujuh desa di Kecamatan Pacet yang memproduksi wortel dalam jumlah besar. Pengumpulan data dilakukan selama tiga bulan yaitu dari bulan Juni
sampai Agustus 2012.
4.2 Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan langsung
di lapangan, pencatatan, dan wawancara langsung dengan petani serta lembaga- lembaga yang terlibat pada tataniaga seperti pedagang pengumpul, dan pedagang
pengecer. Disamping itu juga, pengamatan responden dilakukan dengan menggunakan metode informasi dari pelaku pasar pada saat penelusuran saluran
tataniaga, sehingga responden yang diambil adalah responden yang benar-benar memasok sayuran wortel ke pasar.
Data lain yang dibutuhkan yaitu data sekunder, data ini dikumpulkan dari instansi terkait seperti, Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik, Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Bogor serta Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, internet dan
literatur-literatur atau sumber –sumber lain yang terkait dengan judul penelitian.
Adapun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : 1.
Untuk analisis lembaga dan saluran tataniaga, data yang dikumpulkan meliputi :
A. Tingkat produsen petani, yaitu :
a. Karakteristik petani : Umur, pendidikan dan pengalaman bertani.