63
6.1.1 Pola Saluran Tataniaga I
Saluran tataniaga I merupakan saluran tataniaga yang terdiri dari petani –
pedagang pengumpul kebun PPK – pedagang besar – pedagang pengecer –
konsumen akhir. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa dari 20 petani yang menjadi responden menjual wortel yang dihasilkannya kepada
PPK sebanyak 13 orang 65 persen. Petani yang menjual wortel ke PPK merupakan petani yang luas lahannya dibawah 0,05 hektar dengan jumlah panen
kurang dari 300 kilogram 3 kwintal. Petani umumnya lebih banyak yang mendistribusikan wortel melalui PPK karena beberapa hal yaitu terdapat petani
yang tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi. Biaya tersebut ditanggung oleh PPK dengan cara PPK langsung mendatangi dan mengangkut hasil panen petani
untuk didistribusikan kembali. Selain itu, sebagian umum petani tidak perlu bekerja atau menyewa tenaga kerja untuk melakukan pemanenan dan
pengangkutan. Pembelian wortel oleh PPK pada umumnya tidak hanya dari satu petani saja yang dilakukan dengan dua sistem yaitu sistem borongan dan sistem
Petani
Pedagang Pengecer STA
Pedagang Besar Pedagang
Pengumpul Kebun
Konsumen Akhir
65 10
25
Gambar 3. Saluran Tataniaga Wortel di Kecamatan Pacet Tahun 2012
64
timbang. PPK menggunakan salah satu sistem sesuai dengan kebiasaanya. PPK yang menggunakan sistem borongan merupakan PPK yang langsung membeli
wortel yang belum dipanen kemudian ditaksir jumlah produksinya untuk kemudian dibayarkan ke petani. Sistem borongan dapat beresiko bagi PPK jika
estimasi jumlah produksinya lebih besar dari hasil yang diperoleh setelah panen. Tapi selama melakukan sistem ini, PPK lebih sering memperoleh keuntungan
dengan kondisi seperti ini, dimana hasil estimasinya lebih kecil dari hasil panen. PPK yang menggunakan sistem timbang merupakan PPK yang membeli hasil
panen wortel dengan cara mendatangi petani yang sedang panen kemudian menimbang hasil produksinya yang selanjutnya dibayar sesuai dengan jumlah
timbangannya. Petani di Kecamatan pacet yang menjual ke PPK dengan sistem borongan sebanyak 8 petani dan 5 petani lainnya menjual dengan sistem timbang.
Pada penelitian ini, PPK yang menjadi responden berjumlah sebanyak tujuh orang tiga PPK dari desa Sukatani dan masing-masing dua PPK dari desa
Cipendawa dan Ciherang, dimana dari ketujuh orang responden lima diantaranya masing-masing dua PPK dari desa Sukatani dan desa cipendawa dan satu PPK
dari desa Ciherang menjual ke pedagang besar dan dua lainnya menjual ke STA Sub Terminal Agribisnis. Wortel yang telah diterima PPK selanjutnya dilakukan
pemotongan daun dan akar tanpa melewati tahap pencucian yang kemudian dibungkus dengan menggunakan karung dan diangkut ke tujuan pasar PPK.
Dalam saluran tataniaga I, PPK selanjutnya mendistribusikan kembali wortel yang telah dibelinya kepada pedagang besar.
Pedagang besar yang menjadi tujuan pasar wortel dalam penelitian ini berjumlah empat orang. Dua diantaranya terdapat di desa Sukatani dan masing-
masing satu di desa Cipendawa dan Ciherang. Pedagang besar biasanya langsung menerima wortel yang diantar oleh PPK ketempatnya. Setelah wortel diterima,
wortel kemudian dicuci hingga bersih dari tanah. Pedagang besar juga melakukan kegiatan pengemasan dengan menggunakan plastik bening. Pedagang besar pada
umumnya menerima wortel dari PPK pada siang hari. Wortel yang telah dicuci bersih siap didistribusikan langsung ke pedagang pengecer pada sore atau malam
hari yang berada di pasar Cipanas, pasar TU Bogor, pasar Senen dan pasar Depok
65
Baru. Pedagang pengecer selanjutnya melakukan sortasi dan grading pada wortel yang dibelinya sebelum selanjutnya dijual kepada konsumen akhir.
6.1.1.1 Fungsi Pertukaran pada Saluran Tataniaga I
Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh petani berupa fungsi penjualan. Fungsi penjualan yang dilakukan yaitu penjualan hasil panen berupa komoditi
wortel kepada PPK. Penjualan wortel langsung dilakukan di kebun petani dengan sistem borongan maupun sistem timbang dengan pembayaran tunai dari pihak
PPK kepada petani setelah berakhirnya panen yang dilakukan PPK. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh PPK berupa fungsi pembelian dan
penjualan. Fungsi pembelian sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa PPK membeli langsung di kebun petani dengan sistem borongan maupun timbang
dan pembeyarannya pun dilakukan secara tunai setelah panen. Sedangkan fungsi penjualan yaitu penjualan kembali wortel kepada lembaga tataniaga selanjutnya
yaitu pedagang besar. Penjualan wortel oleh PPK dilakukan kepada pedagang besar di Desa yang selanjutnya didistribusikan ke pasar tradisional atau pasar
induk pasar TU Bogor, PIKJ, pasar Senen. Pembayaran terkadang dilakukan secara tunai yaitu pembayaran langsung saat barang diterima oleh pedagang besar,
tetapi terkadang pembayarannya dapat tertunda keesokan harinya pada saat PPK melakukan pengiriman selanjutnya.
Pedagang besar juga melakukan fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian yang dilakukan sama halnya dengan fungsi penjualan yang dilakukan
oleh PPK. Fungsi penjualan pedagang besar berupa penjualan kembali wortel kepada pedagang pengecer yang biasanya menjadi langganan tetap di pasar-pasar
tradisonal dengan sistem pembayarannya tunai. Fungsi pembelian yang dilakukan oleh pedagang pengecer sama halnya
dengan fungsi penjualan yang dilakukan oleh pedagang besar. Pada fungsi penjualan pedagang pengecer melakukan penjualan kepada konsumen akhir yang
berbelanja di pasar tempatnya berjualan.
6.1.1.2 Fungsi Fisik pada Saluran Tataniaga I
Beberapa fungsi fisik yang dilakukan pada saluran tataniaga I ini adalah fungsi pengangkutan, penyimpanan dan pengemasan. Pada saluran tataniaga I
66
petani tidak melakukan keseluruhan fungsi fisik, karena fungsi-fungsi tersebut dilakukan oleh PPK.
PPK melakukan keseluruhan fungsi fisik berupa pengangkutan, pinyimpanan dan pengemasan. Fungsi pengangkutan yang dilakukan yaitu
pengangkutan hasil panen wortel dari lahan petani ke tempat penampungan atau gudang miliknya. Pengangkutan dilakukan menggunakan alat transportasi berupa
motor ataupun mobil pick-up yang disewa seharaga Rp 100.000,- per satu kali angkut dari lahan ke gudang PPK. Fungsi penyimpanan juga terkadang dilakukan
oelh PPK, namun jangka waktu simpannya relatif singkat 1 hari, misalnya wortel dipanen sore hari kemudian di simpan dan akan dikirim pada pagi
keesokan harinya. Saat wortel sampai di tempat PPK, wortel langsung di bersihkan dengan cara pencucian. Setelah dicuci wortel pun di kemas
menggunakan karung dan siap dikirim ke pedagang besar. Fungsi fisik yang dilakukan pedagang besar antara lain fungsi
pengangkutan. Fungsi pengangkutan pedagang besar yaitu pengakutan wortel dari tempat PPK hingga sampai ke tempatnya biaya pengangkutan ditianggung
pedagang besar. Selain itu pedagang besar juga melakukan fungsi pengemasan yaitu, pengemasan kembali wortel sesuai dengan jumlah yang diminta oleh
masing-masing pedagang pengecer. Pedagang pengecer hanya melakukan fungsi fisik pengangkutan yaitu
berupa pengangkutan dari kios pedagang besar ke tempat pedagang pengecer melakukan penjualan kios pedagang pengecer yang kemudian dijual kepada
konsumen yang melakukan pembelian.
6.1.1.3 Fungsi Fasilitas pada Saluran Tataniaga I
Fungsi fasilitas dapat berupa fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Petani pada
saluran tataniaga I melakukan fungsi fasilitas berupa penanggungan risiko dan pembiayaan. Fungsi pengangungan risiko terjadi apabila petani melakukan
penjualan dengan sistem borongan kepada PPK yaitu adanya kemungkinan wortel yang diborong sebenarnya berjumlah jauh lebih besar dari estimasi PPK.Selain itu
fungsi penanggungan risiko berupa penerimaan kemungkinan kerugian pemasaran
67
wortel yang terdiri dari risiko fisik dan risiko harga. Fungsi pembiayaan berupa penyediaan biaya berupa modal dalam kegiatan usahatani wortel.
Fungsi fasilitas yang dilakukan PPK antara lain fungsi pembiayaan, risiko, informasi pasar serta fungsi grading dan sortasi. Fungsi pembiayaan yang
dilakukan oleh PPK yaitu penyediaan modal usaha yang dapat digunakan untuk berbagai aspek tataniaga seperti digunakan untuk membeli wortel yang dihasilkan
petani, membayar sewa mobil, dan tenaga kerja pemborong. Fungsi penaggungan risiko yang dialami PPK yaitu tidak tersedianya wortel di Kecamatan Pacet
sehingga PPK harus memenuhi permintaan dengan memasok dari daerah yang lebih jauh sehingga biaya yang akan dikeluarkan akan semakin besar. Risiko
akibat perubahan harga yang terjadi dipasaran termasuk ke dalam risiko yang dialami PPK. Fungsi sortasi dan grading juga dilakukan oleh PPK. Fungsi ini
dilakukan guna untuk memisahkan komoditas sesuai dengan pasar tujuan. Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang besar yaitu dapat berupa
fungsi pembiayaan, risiko, dan informasi pasar. Fungsi pembiayaan seperti pembiayaan atas pengangkutan wortel dari PPK ke pedagang besar ditanggung
oleh pedagang besar. Fungsi risiko dapat terjadi dari perubahan harga yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan cepat akibat tingginya supply. Fungsi
informasi pasar dapat dilakukan dengan pengetahuan mengenai ketersedian pasokan wortel di pasar dan dapat menjadi informan untuk lembaga tataniaga
lainnya. Pedagang pengecer juga melakukan fungsi fasilitas seperti pembiayaan,
risiko serta informasi pasar. Fungsi pembiayaan dapat berupa pembiayaan atas kegiatan operasional dalam melakukan sistem jual beli termasuk sewa tempat dan
retribusi. Risiko yang ditanggung pedagang pengecer yaitu penyusutan bobot dan kerusakan wortel jika semakin lama tidak dibeli konsumen. Informasi pasar yang
dimiliki pedagang pengecer berupa informasi harga dan jumlah pasokan.
6.1.2 Pola Saluran Tataniaga II