Margin Tataniaga Keragaan Pasar

94 Tabel 18. Presentasi Total Biaya Tataniaga, Keuntungan dan Margin Tataniaga Wortel di Kecamatan Pacet Tahun 2012 Uraian Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Biaya Tataniaga 37,47 23,11 25,67 20,45 Keuntungan 39,19 58,00 61,96 29,85 Margin Tataniaga 76,67 81,11 87,63 50,30 Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa perbedaan-perbedaan antara biaya tataniaga, keuntungan serta margin tataniaga wortel yang diperoleh. Pada saluran tataniaga I, saluran tataniaga II dan saluran tataniaga III terdapat margin yang tinggi. Hal ini dikarenakan karakteristik pasar yang dihadapai oleh ketiga saluran tataniaga tersebut merupakan pasar persaingan sempurna yaitu ang dicirikan dengan banykanya penjual dan pembeli, produk yang dijual homogen, mudahnya keluar masuk pasar serta tidak adanya hambatan untuk masuknya pelaku pasar kedalam pasar tersebut.

6.4.1 Margin Tataniaga

Efisiensi tataniaga suatu produk salah satunya dapat dilihat melalui analisis margin tataniaga yaitu dengan melihat perbedaan yang terjadi disetiap lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat. Besar dan kecilnya margin tataniaga dapat ditentukan oleh besarnya biaya dan keuntungan yang diterima oleh lembaga tataniaga. Besarnya biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh setiap lembaga tataniaga sesuai dengan saluran-saluran yang ditempuhnya, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 2. Biaya-biaya yang dikeluarkan antara lain biaya tenaga kerja, penyusutan, transportasi, pengemasan, komunikasi, bongkar muat, retribusi, listrik dan sewa kios. Sedangkan dari sisi keuntungan dapat diukur dari besarnya imbalan jasa yang diterima atas biaya yang dikelurkan dalam penyaluran wortel. Pada saluran tataniaga I, petani tidak mengelurkan biaya tataniaga tetapi biaya ditanggung oleh PPK selaku lembaga tataniga selanjutnya. Jumlah biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh PPK yaitu sebesar Rp 372,5kg wortel. Biaya tersebut terdiri dari biaya tenaga kerja, penyusutan, pengemasan, komunikasi dan 95 listrik yang masing-masing sebesar Rp 200kg, Rp 100kg, Rp 40kg, Rp 2,5kg dan Rp 10kg wortel. Lembaga lain yang terlibat dalam saluaran tataniaga I yaitu pedagang besar dan pedagang pengecer, dimana total biaya yang dikeluarkan masing- masing sebesar Rp 295,42kg dan Rp 456,26kg wortel. Lembaga tataniaga yang memperoleh keuntungan paling besar yaitu pedagang pengecer, yaitu sebesar Rp 743,74kg wortel. Keuntungan yang diperoleh PPK tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh pedagang pengecer. Hal ini terjadi karena jauhnya jarak antara kedua lembaga ini sehingga harga yang diterapkan oleh pedagang pengecer lebih tinggi dibandingkan dengan harga pada PPK karena biaya-biaya yang dikeluarkan. Pada saluran tataniaga II, yang terlibat antara lain petani, pedagang besar dan pedagang pengecer. Dalam saluran ini, sama halnya dengan saluran tataniaga I dimana petani tidak mengeluarkan biaya tataniga. Total biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar dan pedagang pengecer tersebut masing-masing sebesar Rp 583,90kg dan Rp 456,26kg wortel. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh kedua lembaga tataniaga tersebut terdiri dari biaya tenaga kerja, transportasi, penyusutan, pengemasan, sewa kios, bongkar muat, retribusi dan listrik. Pada saluran tataniga III petani mengambil peran PPK dan pedagang besar karena dalam hal ini petani langsung mendistribusikan wortel yang dipanennya ke pedagang pengecer yang berada di Bogor. Total biaya yang dikeluarkan oleh petani yaitu sebesar Rp 265,83kg wortel yang terdiri dari biaya panen, pencucian, sortasi, pengemasan dan pengangkutan. Keuntungan yang diperoleh petani pada saluran tataniaga III ini cukup besar yaitu sebesar Rp 1101,22kg wortel dari harga jual Rp 1.800kg. Pedagang pengecer selaku lembaga yang menerima wortel sekaligus mendistribusikan kembali wortel ke konsumen akhir mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp 632,64kg dengan keuntungan diterima yaitu sebesar Rp 1067,36 kg dari harga jual Rp 3.500kg. Pada saluran tataniaga IV hampir sama halnya dengan saluran tataniaga I, perbedaannya terletak pada peran pedagang besar dilakukan oleh STA. Petani dalam saluran tataniaga ini tidak mengeluarkan biaya tataniaga karena biaya tersebut ditanggung oleh PPK. Biaya yang dikeluarkan PPK terhitung sebesar Rp 96 180kg yang terdiri atas biaya tenaga kerja, transportasi,penyusutan, pengemasan, dan biaya listrik. Keuntungan yang diperoleh PPK sebesar Rp 420kg. PPK kemudian mendistribusikan wortel ke STA yang kemudian dilakukan beberapa perlakuan. Biaya yang dikeluarkan STA sebesar Rp 554,89kg dengan keuntungan sebesar Rp 645,11kg dari harga jual sebesar Rp 2.600kg wortel. Wortel selanjutnya didistribusikan kepada pedagang pengecer. Biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 632, 64kg dengan keuntungan sebesar Rp 767,36kg dari harga jual sebesar Rp 4.000kg. Berikut adalah rincian perhitungan dari biaya, margin dan keuntungan tataniaga wortel di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada Lampiran 3.

6.4.2 Farmer’s Share