34
g. Market externality; bagaimana dapat meminimalkan market externalities
yang negatif dan meningkatkan yang positif. h.
Conversation; berkaitan dengan isue-isue antara lain ecolabeling, greenpeace.
i. Price flexibility; dalam kegiatan bagaiman penyesuaian atau perubahan
harga dengan adanya perubahan biaya. Keragaan pasar merupakan hasil akhir yang dicapai akibat dari penyesuaian
yang dilakukan oleh lembaga pemasaran pada struktur pasar tertentu, didefinisikan sebagai seberapa bagus sistem pemasaran bisa memenuhi harapan
masyarakat dan pelaku pasar. Secara teoritis keragaan suatu industri ditentukan oleh 2 faktor yaitu: struktur industri jumlah dan ukuran perusahaan, derajat
diferensiasi produk, dan kemudahan keluar masuk pasar; dan market conduct harga di tingkat produsen, produk, dan strategi promosi Kohl dan Uhl, 1990.
Dari penjelasan diatas maka dapat disebut bahwa keragaan pasar merupakan hasil keputusan akhir yang diambil yang berhubungan dengan proses tawar-
menawar dan persaingan pasar. Keragaan pasar ini dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh pengaruh struktur dan perilaku pasar dalam proses tataniaga suatu
komoditi pertanian. Dengan mengetahui pengaruh struktur dan perilaku pasar maka dapat dilihat apakah tataniaga dari suatu komoditas sudah efisien atau
belum.
3.1.8 Efisiensi Tataniaga
Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan tataniaga adalah tingkat efisiensi dari tataniaga, karena tataniaga yang efisien dapat memberikan kepuasan
kepada semua pihak yang terlibat dalam tataniaga. Tataniaga disebut efisiensi, apabila tercipta keadaan dimana pihak produsen, lembaga tataniaga dan konsumen
memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas tataniaga tersebut. Untuk meningkatkan efisiensi sistem tataniaga, unsur-unsur produsen, lembaga
tataniaga, konsumen serta pemerintah dapat memberikan sumbangan Limbong dan Sitorus, 1985. Mubyarto 1994 menambahkan efisiensi tataniaga dapat
terjadi jika :
35
1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen
dengan biaya semurah-murahnya. 2.
Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam
kegiatan produksi dan tataniaga barang itu. Berdasarkan uraian sebelumnya dapat diintisarikan bahwa efisiensi
tataniaga merupakan suatu kondisi dimana terciptanya kepuasan dan kesejahteraan pada setiap lembaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga.
Pendekatan efisiensi tataniaga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu efisiensi harga dan efisiensi operasional Hammond dan Dahl, 1977. Efisiensi harga
menekankan keterkaitan harga dalam mengalokasikan komoditas dari produsen ke konsumen sebagai akibat perubahan tempat, bentuk, dan waktu termasuk
pengolahan, penyimpanan,
pengangkutan. Efisiensi
operasionalteknis menunjukkan hubungan antara input-output, di mana biaya input pemasaran dapat
diturunkan tanpa mempengaruhi jumlah output barang dan jasa. Efisiensi operasional dalam rantai tataniaga pertanian menekankan pada
kemampuan meminimumkan biaya yang digunakan menyelenggarakan fungsi- fungsi tataniaga, maupun untuk menggerakkan komoditas dari produsen ke
konsumen. Efisiensi operasional diukur dari margin tataniaga, farmer’s share
serta rasio keuntungan dan biaya.
3.1.8.1 Margin Tataniaga
Asmarantaka 1999, mendefinisikan margin tataniaga adalah perbedaan antara harga diberbagai tingkat lembaga tataniaga di dalam sistem tataniaga;
pengertian margin pemasaran ini sering dipergunakan untuk menjelaskan fenomena yang menjembatani gap bridging the gap antara pasar ditingkat petani
farmer dengan pasar ditingkat eceran retailer. Margin tataniaga merupakan perbedaan harga pada tingkat yang berbeda
dari sistem pemasaran atau tataniaga. Margin tataniaga berbeda antara-beda antara satu komoditi hasil pertanian dengan komoditi lainnya. Hal ini disebabkan karena
36
perbedaan jasa yang diberikan pada berbagai komoditi mulai dari pintu gerbang petani ketingkat pengecer untuk konsumen akhir Limbong dan Sitorus, 1985
Marjin tataniaga sebagai perbedaan harga ditingkat petani Pf dengan harga pedagang pengecer Pr. Marjin tataniaga menjelaskan perbedaan harga dan tidak
memuat pernyataan mengenai jumlah produk yang dipasarkan. Nilai marjin tataniaga value of marketing marjin merupakan perkalian antara marjin tataniaga
dengan volume produk yang terjual Pr-Pf x Qrf yang mengandung pengertian marketing cost dan marketing charge Dahl dan Hammond, 1977.
Gambar 1. Hubungan antara fungsi
– fungsi pertama dan turunan terhadap margin tataniaga dan nilai margin tataniaga Limbong dan Sitorus,
1987
Keterangan : Pr
= Harga di tingkat pedagang pengecer Pf
= Harga di tingkat petani Sr
= Supply di tingkat pengecer derived supply Sf
= Supply di tingkat petani Dr
= Demand di tingkat pengecer derived demand Df
= Demand di tingkat petani primary demand Qr, f = Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan tingkat pengecer
Berdasarkan Gambar 1 diatas dapat dilihat besarnya nilai Margin Tataniaga yang merupakan hasil perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat
lembaga tataniaga dalam hal ini selisih harga eceran dengan harga petani dengan
37
jumlah produk yang dipasarkan. Semakin besar perbedaan harga antara lembaga- lembaga tataniaga yang terlibat, terutama antara harga yang terjadi di tingkat
eceran dengan harga yang diterima petani, maka semakin besar pula margin tataniaga dari komoditi yang bersangkutan. Hal ini disebabkan banyak lembaga
tataniaga yang terlibat mengakibatkan biaya tataniaga meningkat akan diikuti peningkatan pengambilan keuntungan oleh setiap lembaga tataniaga yang terlibat.
Pada dasarnya besar kecilnya marjin pemasaran sering digunakan sebagai kriteria untuk penilaian apakah pasar tersebut sudah efisien atau belum. Namun
tinggi-rendahnya margin pemasaran tidak selamanya dapat digunakan sebagai ukuran efisiensi kegiatan pemasaran. Secara umum suatu sistem pemasaran dapat
dikatakan efisiensi, apabila dalam memasarkan suatu komoditi yang sama terdapat penyebaran margin yang merata dan masing-masing memiliki keuntungan
kesejahteraan di semua pelaku pemasaran. Dari penjelasan mengenai margin tataniaga yang telah disebutkan diatas
dapat dikatakan bahwa marjin tataniaga adalah perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani produsen, atau dapat
juga dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen sampai ke titik konsumen akhir.
Tingginya margin tataniaga belum mencerminkan efisiennya jasa yang diberikan oleh sistem tataniaga tersebut. Salah satu indikator yang cukup berguna
adalah memperbandingkan bagian yang diterima farmer’s share oleh petani
Limbong dan Sitorus, 1985.
3.1.8.2 Farmer’s Share
Salah satu indikator yang menentukan efisiensi pemasaran ialah farmer’s
share selama komoditas tidak berubah bentuk hinga sampai di tangan konsumen akhir. Bagian yang diterima petani far
mer’s share merupakan perbandingan harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar konsumen. Bagian yang
diterima lembaga pemasaran ini dinyatakan dalam persentase Limbong dan Sitorus, 1987.
Farmer’s Share mempunyai hubungan yang negatif dengan margin tataniaga, karena apabila margin tataniaganya semakin tinggi umumnya akan
38
mengakibatkan farmer’s share akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya.
Sehingga, f armer’s share mempunyai nilai yang relatif lebih rendah jika harga di
tingkat konsumen akhir relatif tinggi jika dibandingkan dengan harga yang diterima oleh petani. Sebailknya juga jika
farmer’s share mempunyai nilai yang relatif lebih tinggi jika harga di tingkat konsumen akhir tidak terpaut jauh jika
dibandingkan dengan harga yang diterima oleh petani.
3.1.8.3 Rasio Keuntungan dan Biaya RC
Kriteria lain yang biasanya digunakan dalam menetukan efisiensi tataniaga dari suatu komoditas ialah rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Hal ini
dikarenakan pembanding opportunity cost dari biaya adalah keuntungan. Sistem tataniaga secara teknis dikatakan efisien apabila rasio terhadap biaya semakin
besar dan nialinya berniali positif atau lebih besar dari nol 0. Menurut Limbong dan Sitorus 1987, tingkat efisiensi suatu sistem
pemasaran dapat dilihat dari penyebaran rasio keuntungan dan biaya dengan demikian, meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya dan marjin
pemasaran terhadap biaya pemasaran, maka secara teknis sistem pemasaran tersebut semakin efisien.
3.2 Kerangka Berfikir