Kerjasama Antara Petani dengan Pedagang Besar Kejasama Antara Pedagang Besar dengan Pedagang Pengecer Kerjasama Antara Petani dengan Pedagang Pengecer Kejasama Antara Pedagang Pengumpul Kebun dengan Sub Terminal

87 petani dan pedagang besar. Pada saat penelitian ini dilakukan, harga wortel dari petani ke pedagang besar sebesar Rp1.200Kg. Sistem penentuan harga ditingkat pedagang besar juga dilakukan berdasarkan mekanisme pasar yang ada. Namun harga jual ditingkat pedagang besar juga dipengaruhi oleh besarnya biaya tataniaga yang dikeluarkan, harga beli, tingkat keuntungan yang ingin diraih, dan juga harga jual wortel di pedagang besar lainnya. Penentuan harga dipedagang pengecer juga tidak berbeda dengan penentuan harga yang terjadi ditingkat pedagang besar yaitu sesuai dengan mekanisme pasar, biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengecer, keuntungan yang diinginkan serta harga yang ditawarkan pedagang pengecer lainnya pesaing.

6.3.2.3 Kerjasama Antar Lembaga Tataniaga

Kerjasama antar lembaga tataniaga dalam sistem saluran tataniaga II dapat dilihat dari jalinan kerjasama antara petani dengan pedagang besar, pedagang besar dengan pedagang pengcer serta pedagang pengecer dengan konsumen akhir.

a. Kerjasama Antara Petani dengan Pedagang Besar

Kerjasama yang terjalin antara petani dengan pedagang besar yang dimaksud adalah pedagang besar yang terdapat di Desa Sukatani dapat memenuhi kebutuhan penjualan wortelnya yang berasal dari petani langsung begitu juga sebaliknya, bagi petani keberadaan pedagang besar dapat membantu dalam pemasaran pada wortel yang dihasilkannya. Selain itu keuntungan lain yang diperoleh petani ialah petani dapat memperoleh keuntungan lebih dibanding menjual melalui PPK. Petani yang menjual langsung ke pedagang besar umumnya merupakan petani yang memiliki jumlah panen wortel dalam kapasitas besar. Selanjutnya pedagang menyediakan biaya berupa modal guna membeli wortel yang dihasilkan oleh petani. 88

b. Kejasama Antara Pedagang Besar dengan Pedagang Pengecer

Kerjasama yang terjalin antara kedua belah pihak terjadi di pasar pasar tradisional PIKJ. Kerjasama berupa pedagang besar selalu menyediakan wortel yang akan dijual pedagang pengecer dan sebaliknya pedagang pengecer dapat memenuhi permintaan konsumen akhir yang ingin membeli wortel di kiosnya.

c. Kerjasama Antara Pedagang Pengecer dengan Konsumen

Kerjasama antara pedagang pengecer dan konsumen yang dimaksud ialah kerjasama yang terbentuk di Pasar Cimanggis, Pasar Family dan Pasar Klender. Selanjutnya konsumen akhir mempersiapkan biaya berupa modal untuk membeli wortel dari pedagang pengecer tersebut guna memenuhi kebutuhan hidupnya. 6.3.3 Perilaku Pasar pada Saluran Tataniaga III 6.3.3.1 Praktek Pembelian dan Penjualan Pada sistem saluran tataniaga III terdapat tataniaga yang terlibat antara lain petani, dan pedagang pengecer. Pada saluran ini petani mengambil peran PPK dan pedagang besar dengan menjual wortel langsung kepada pedagang pengecer. Hal ini dilakukan karena adanya hubungan kekerabatan antar petani dengan pedagang pengecer yang berada di Pasar TU Bogor dan Warung Jambu. Petani mengantarkan langsung wortel ke pedagang pengecer untuk selanjutnya dibayar secara tunai atau selambat-lambatnya pada saat pengiriman berikutnya keesokan harinya. Wortel yang telah dibeli dari petani selanjutnya akan dijual pedagang pengecer kepada konsumen akhir dimana pedagang pengecer tersebut berjualan.

6.3.3.2 Sistem Penentuan Harga

Pada saluran tataniaga III ini lembaga tataniaga yang terlibat diantaranya petani dan pedagang pengecer. Pada saluran tataniaga ini petani langsung menjual wortelnya kepada pedagang besar di desa. Penentuan harga yang dilakukan antara petani dan pedagang pengecer adalah berdasarkan mekanisme dan informasi harga pasar yang diperoleh antara petani dan 89 pedagang besar. Pada saat penelitian ini dilakukan, harga wortel dari petani ke pedagang besar sebesar Rp1.800Kg. Penentuan harga dipedagang pengecer juga sesuai dengan mekanisme pasar, biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengecer, keuntungan yang diinginkan serta harga yang ditawarkan pedagang pengecer lainnya.

6.3.3.3 Kerjasama Antar Lembaga Tataniaga

Kerjasama antar lembaga tataniaga dalam sistem saluran tataniaga III dapat dilihat dari jalinan kerjasama antara petani dengan pedagang pengcer serta pedagang pengecer dengan konsumen akhir.

a. Kerjasama Antara Petani dengan Pedagang Pengecer

Kerjasama yang terjalin antara petani dengan pedagang pengecer ialah dimana petani dapat secara langsung memasarkan wortelnya kemudian memperoleh keuntungan yang lebih dikarenakan peran dari PPK dan pedagang besar diambil alih olehnya. Pedagang pengecer mendapat keuntungan karena mendapat wortel yang lebih fresh, harga belinya pun lebih murah dibandingkan jika membeli dari pedagang besar.

b. Kerjasama Antara Pedagang Pengecer dengan Konsumen

Kerjasama antara pedagang pengecer dan konsumen yang dimaksud ialah kerjasama yang terbentuk di Pasar TU Bogor dan Pasar Warung Jambu. Selanjutnya konsumen akhir mempersiapkan biaya berupa modal dalam bentuk uang tunai untuk membeli wortel dari pedagang pengecer tersebut guna memenuhi kebutuhan hidupnya. 6.3.4 Perilaku Pasar pada Saluran Tataniaga IV 6.3.4.1 Praktek Pembelian dan Penjualan Petani wortel di Kecamatan Pacet hanya melakukan praktek penjualan saja. Petani pada saluran tataniaga IV menjual hasil panennya kepada PPK. Praktek penjualan yang terjadi pada umumnya terjadi dengan sistem borongan sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Sistem pembayarannya pun dilakukan secara tunai setelah pemborong melakukan 90 panen. Pada saluran tataniaga IV secara umum tidak mengeluarkan biaya tataniaga karena biaya ditanggung oleh pemborong PPK, biaya yang dikeluarkan melainkan hanya biaya produksi. PPK kemudian membawa wortel yang telah dipanen ke tempat penyimpanannya gudang untuk kemudian dibersihkan cuci dan dijual. Pada saluran tataniaga IV ini PPK menjual wortelnya kepada STA. Sistem pembayaran yang dilakukan yaitu dengan cara tunai atau paling lambat satu hari yaitu pada pengiriman berikutnya. STA menerima wortel dalam kondisi wortel telah dibersihkan tanpa dicuci dan telah di packing dengan karung. Setelah wortel diantarkan PPK ke STA, STA kemudian melakukan sortasi, grading, dan wrapping sebelum selanjutnya dijual kepada pedagang pengecer. Pedagang pengecer berasal dari Pasar Senen dan Supermarket giant. Selanjutnya setelah barang siap, STA mengantarkan ke pedagang pengecer tersebut. pedagang pengecer selanjutnya menjual kepada konsumen akhir yang membeli wortel untuk konsumsi. Konsumen akhir secara langsung datang ke pasar tradisional untuk melakukan pembelian wortel tersebut.

6.3.4.2 Sistem Penentuan Harga

Petani tidak dapat mempengaruhi penetapan harga, dimana petani hanya bertindak sebagai price taker penerima harga yang berlaku di pasar. Petani tidak memiliki kuasa karena penentuan harga terbentuk secara alami dengan adanya mekanisme pasar. Petani di lokasi penelitian dapat dengan bebas memilih untuk mendistribusikan wortelnya kepada PPK manapun. PPK yang menyalurkan komoditinya ke STA menghadapi struktur pasar bersaing, dimana harga mengikuti harga pasaran yang berlaku ditingkat pedagang besar. PPK maupun STA tidak dapat mempengaruhi terbentuknya harga disebabkan harga terbentuk atas mekanisme pasar. Sistem penentuan harga pada saluran tataniaga IV dapat di bedakan menjadi dua, yaitu antara sistem penetuan harga oleh pedagang pengecer dari pasar modern supermarket dan sistem penentuan harga oleh pedagang pengecer di Pasar Senen. Harga yang ditentukan pedagang pengecer supermarket lebih 91 tinggi dibanding dengan harga yang ditetapkan oleh pedagang pengecer di pasar tradisional. Sistem penentuan harga berdasarkan kualitas wortel yang diperjualbelikan, kualitas wortel di supermarket lebih baik dibanding dengan wortel yang dipasarkan di pasar tradisional. Selain itu biaya tataniaga yang dikelurakan serta keuntungan yang diinginkan juga mempengaruhi penentuan harga jual di supermarket. Penentuan harga jual di pasar tradisonal berbeda dengan penentuan harga di supermarket dikarenakan oleh penentuan harga dipasar tradisional lebih kepada mengikuti harga keseimbangan atau harga pasaran.

6.3.4.3 Kerjasama Antar Lembaga Tataniaga

Kerjasama antar lembaga tataniaga dalam sistem saluran tataniaga IV dapat dilihat dari jalinan kerjasama antara petani dengan PPK. PPK dengan STA, STA dengan pedagang pengecer serta pedagang pengecer dengan konsumen akhir. a. Kerjasama Antara Petani dengan Pedagang Pengumpul Kebun Kerjasama antara petani dengan PPK pada umumnya terjalin karena kedua belah pihak sudah saling mengenal sebab masih bermukim di satu wilayah desa yang sama. Oleh sebab itu hubungan kemitraan dilandasi oleh keuntungan dan kekerabatan. Kerjasam lain yang terbentuk antara petani dan PPK yaitu biasanya PPK memberi bantuan pinjaman modal kepada petani yang kekurangan modal. Modal tersebut umumnya dibayar setelah panen dimana panennya kemudian dibeli oleh PPK.

b. Kejasama Antara Pedagang Pengumpul Kebun dengan Sub Terminal

Agribisnis STA Kerjasama antara PPK dengan STA yang dimaksud merupakan kerjasama yang terjalin atas kebutuhan masing-masing pihak untuk menerima dan menyalurkannya kembali kepada lembaga tataniaga selanjutnya. Dalam hal ini, PPK sebagai pihak yang menyalurkan menjual wortel kepada pedagang besar. STA sangat terbantu dengan keterlibatannya karena dapat membantu petani sebagai wadah pemasaran selain itu tujuan dari adanya STA juga dapat 92 membantu petani yang belum memiliki pasar. PPK juga terbantu dengan adanya pasar sasaran atas wortel yang dibelinya dari petani.

c. Kerjasama Antara Sub Terminal Agribisnis STA dengan Pedagang