Pola Saluran Tataniaga II

67 wortel yang terdiri dari risiko fisik dan risiko harga. Fungsi pembiayaan berupa penyediaan biaya berupa modal dalam kegiatan usahatani wortel. Fungsi fasilitas yang dilakukan PPK antara lain fungsi pembiayaan, risiko, informasi pasar serta fungsi grading dan sortasi. Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh PPK yaitu penyediaan modal usaha yang dapat digunakan untuk berbagai aspek tataniaga seperti digunakan untuk membeli wortel yang dihasilkan petani, membayar sewa mobil, dan tenaga kerja pemborong. Fungsi penaggungan risiko yang dialami PPK yaitu tidak tersedianya wortel di Kecamatan Pacet sehingga PPK harus memenuhi permintaan dengan memasok dari daerah yang lebih jauh sehingga biaya yang akan dikeluarkan akan semakin besar. Risiko akibat perubahan harga yang terjadi dipasaran termasuk ke dalam risiko yang dialami PPK. Fungsi sortasi dan grading juga dilakukan oleh PPK. Fungsi ini dilakukan guna untuk memisahkan komoditas sesuai dengan pasar tujuan. Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang besar yaitu dapat berupa fungsi pembiayaan, risiko, dan informasi pasar. Fungsi pembiayaan seperti pembiayaan atas pengangkutan wortel dari PPK ke pedagang besar ditanggung oleh pedagang besar. Fungsi risiko dapat terjadi dari perubahan harga yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan cepat akibat tingginya supply. Fungsi informasi pasar dapat dilakukan dengan pengetahuan mengenai ketersedian pasokan wortel di pasar dan dapat menjadi informan untuk lembaga tataniaga lainnya. Pedagang pengecer juga melakukan fungsi fasilitas seperti pembiayaan, risiko serta informasi pasar. Fungsi pembiayaan dapat berupa pembiayaan atas kegiatan operasional dalam melakukan sistem jual beli termasuk sewa tempat dan retribusi. Risiko yang ditanggung pedagang pengecer yaitu penyusutan bobot dan kerusakan wortel jika semakin lama tidak dibeli konsumen. Informasi pasar yang dimiliki pedagang pengecer berupa informasi harga dan jumlah pasokan.

6.1.2 Pola Saluran Tataniaga II

Saluran tataniaga II merupakan saluran tataniaga yang terdiri dari petani – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen akhir. Berbeda dengan saluran tataniaga I, saluran tataniaga II tidak melibatkan lembaga tataniaga pedagang pengumpul kebun sebagai pedagang perantara antara petani dengan pedagang 68 besar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa dari 20 petani yang menjadi responden menjual wortel yang dihasilkannya kepada pedagang besar sebanyak 5 orang 25 persen. Petani yang menjual wortel ke pedagang besar merupakan petani yang sudah berlangganan dan produksi wortelnya dalam jumlah besar yaitu lebih dari 5 kuintal. Pedagang besar umumnya membeli wortel dengan sistem timbang, yakni pedagang besar membayar sesuai dengan kuantitas wortel yang dibeli. Pedagang besar dalam tataniaga wortel mendistribusikan wortel ke Pasar lokal dan juga ke Supermarket. Perbedaanya terletak pada wortel yang didistribusikan dimana pedagang besar yang mendistribusikan wortel ke supermarket melakukan grading terlebih dahulu sedangkan pedagang besar yang menjual ke lokal Pasar Family, Pasar Ciracas, Pasar Pondok Bambu, dan lain- lain tidak melakukan grading dan sortasi. Pedagang besar yang menjual hasil wortel ke supermarket adalah CV Agro Segar yang didirikan dan dimiliki oleh Bpk Santoso. Guna memenuhi permintaan wortel yang berkualitas, CV Agro Segar melakukan penyortiran ketat pada wortel yang dibeli dari petani-petani yang telah bekerjasama dengan perusahaan. CV Agro Segar menjual wortel ke supermarket dan restoran di wilayah Jakarta dan sekitarnya, salah satu supermarket yang membeli wortel adalah Giant, sedangkan restoran-restoran Jepang dan Korea di wilayah Jakarta diantaranya Tobak dan Hyang Su. Wortel yang didistribusikan untuk konsumen restoran, CV Agro Segar mengemasnya dalam satu paket bersama komoditi lain seperti daun bawang, lobak, tomat, selada, brokoli dan lain sebagainya. Kapasitas pengiriman wortel ke supermarket tidak terlalu banyak yaitu kurang dari dua kuintal setiap kali pengiriman dalam sehari, hal ini karena perusahaan tidak hanya mengirim komoditi wortel saja. Sistem pembayaran yang dilakukannya pun menggunakan pembayaran sebagian, yaitu produk yang diterima pihak supermarket baru akan dibayarkan pada pengiriman selanjutnya dengan mempertimbangkan kualitas produk. Dalam hal ini pihak supermarket melakukan penyortiran kembali sebelum di jual kembali ke konsumen akhir. 69

6.1.2.1 Fungsi Pertukaran pada Saluran Tataniaga II

Pada saluan tataniaga II, terdapat tiga lembaga yang terlibat dan melakukan fungsi pertukaran yaitu petani, pedagang besar dan pedagang pengecer. Petani melakukan fungsi pertukaran berupa fungsi penjualan kepada pedagang besar. Dalam fungsi ini penjualan dilakukan kepada pedagang besar dengan sistem timbang. Petani memanen wortelnya kemudian dicuci dan dibersihkan untuk kemudian dibawa ke tempat pedagang besar untuk ditimbang. Pedagang besar juga melakukan fungsi pertukaran yakni berupa penjualan dan pembelian. Pedagang besar membeli komoditi wortel dari petani kemudian menjualkan ke pedagang pengecer. Umumnya pedagang besar telah memiliki tujuan pasar supermarket, restoran, dan pasar-pasar di daerah Ibu kota. Fungsi pertukaran selanjutnya dilakukan pedagang pengecer. Fungsi pertukaran yang dilakukan sama halnya dengan fungsi pertukaran yang dilakukan pedagang besar. Dalam hal ini, pedagang pengecer membeli wortel dari pedagang besar dan menjualnya ke konsumen akhir. 6.1.2.2 Fungsi Fisik pada Saluran Tataniaga II Pada saluran tataniaga II, semua lembaga tataniaga melakukan fungsi fisik. Petani melakukan fungsi fisik berupa pengangkutan termasuk pencucian. Dalam saluran tataniaga ini, petani melakukan fungsi fisik sebelum melakukan penjualan kepada pedagang besar. pengangkutan biasa dilakukan menggunakan motor. Pencucian di lakukan di rumah petani. Pedagang besar dalam saluran tataniaga melakukan berbagai fungsi fisik seperti pengangkutan, penyimpanan, dan pengemasan. Fungsi pengangkutan dilakukan dari tempat pedagang besar ke tempat pedagang pengecer. Fungsi penyimpanan terkadang dilakukan khusus untuk tujuan pasar tradisional, sedangkan untuk supermarket dan restoran pedagang pengecer selalu memberikan komoditas yang segar untuk mengurang risiko pengembalian oleh pihak pedagang pengecer. Fungsi pengemasan dilakukan dengan berbagai jenis sesuai dengan tujuan pasar. Bagi pasar tradisional umumnya pengemasan dilakukan menggunakan karung sedangkan untuk restoran dilakukan menggunakan plastik wrapping dalam satuan sepuluh kilogram dan untuk ke supermarket di-wrapping dan diberi alas menggunakan spons dan dibungkus dengan satuan bervariasi 70 sesuai dengan timbangan tetapi kurang dari satu kilogram lima sampai tujuh batang wortel. Pedagang pengecer melakukan fungsi fisik berupa pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi pengangkutan dilakukan pedagang pengecer baik di pasar tradisional maupun di supermarket dan restoran. Pedagang pengecer di pasar melakukan pengangkutan dari mobil ke losskios tempat mereka berjualan sedangkan pedagang pengecer supermarket atau restoran melakukan pengangkutan dari mobil pengantar ke dalam gudangnya.

6.1.2.3 Fungsi Fasilitas pada Saluran Tataniaga II

Fungsi fasilitas dapat berupa fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Petani pada saluran tataniaga II melakukan fungsi fasilitas berupa penanggungan risiko dan pembiayaan. Fungsi pengangungan risiko berupa penerimaan kemungkinan kerugian pemasaran wortel yang terdiri dari risiko fisik dan risiko harga. Fungsi pembiayaan berupa penyediaan biaya berupa modal dalam kegiatan usahatani wortel dan juga biaya pengangkutan ke pedagang besar. Selain itu terkadang petani juga mengeluarkan biaya lebih untuk menyewa tenaga kerja sewaktu-waktu jika jumlah panen banyak. Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang besar yaitu dapat berupa fungsi pembiayaan, risiko, dan informasi pasar. Fungsi pembiayaan seperti pembiayaan atas pengangkutan dan pengemasan oleh pedagang besar. Fungsi risiko dapat terjadi dari aktivitas pengembalian wortel karena mudah rusak. Fungsi informasi pasar dapat dilakukan dengan pengetahuan mengenai ketersedian pasokan wortel di pasar dan dapat menjadi informan untuk lembaga tataniaga lainnya. Pedagang pengecer juga melakukan fungsi fasilitas seperti pembiayaan, risiko serta informasi pasar. Fungsi pembiayaan dapat berupa pembiayaan atas kegiatan operasional dalam melakukan sistem jual beli termasuk sewa tempat dan retribusi. Risiko yang ditanggung pedagang pengecer yaitu penyusutan bobot dan kerusakan wortel jika semakin lama tidak dibeli konsumen. Informasi pasar yang dimiliki pedagang pengecer berupa informasi harga dan jumlah pasokan. Pedagang pengecer seperti restoran juga melakukan fungsi pengolahaan. 71

6.1.3 Pola Saluran Tataniaga III