Perlakuan Terbaik Asam Sunti

Analisis sidik ragam penerimaan keseluruhan panelis luar Aceh terhadap produk asam sunti yang dihasilkan Lampiran 30, menunjukkan bahwa perlakuan suhu pengeringan berpengaruh nyata P0.05 terhadap produk asam sunti yang dihasilkan, sehingga diperoleh hasil uji lanjut Duncan untuk penerimaan keseluruhan panelis luar Aceh Lampiran 31, yaitu nilai tertinggi terdapat pada perlakuan suhu pengeringan 80°C yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan suhu 50°C, akan tetapi berbeda nyata dengan perlakuan suhu 65°C yang merupakan nilai terendah dari perlakuan yang ada. Akan tetapi perlakuan tingkat kematangan buah belimbing wuluh dan interaksi antara kedua perlakuan tersebut tidak memperlihatkan adanya pengaruh nyata P0.05 terhadap produk asam sunti yang dihasilkan.

4.2.1.8. Perlakuan Terbaik Asam Sunti

Dari hasil penelitian utama tahap pertama yang telah dilakukan, maka dicari perlakuan terbaik dari produk asam sunti yang dihasilkan untuk digunakan pada penelitian utama tahap kedua. Hasil perlakuan terbaik yang didapatkan mengacu pada banyaknya penerimaan keseluruhan panelis pada setiap perlakuan asam sunti yang disajikan dan tidak terlepas dari analisis fisik dan kimia yang telah dilakukan. Pemilihan Perlakuan terbaik berdasarkan kesukaan panelis terhadap suatu produkdidasarkan pada suatu pemikiran bahwa kualitas produk tidak hanya dinilai dari sudut obyektif, tetapi produk pangan juga mempunyai kualitas dari sudut subyektif. Sebaliknya, kualitas subyektif ditentukan dari penilaian instrumen manusia atau yang lebih dikenal sebagai sifat sensori organoleptik. Uji sensori organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Menurut Soekarto 1990 uji fisik dan kimia serta uji gizi dapat menunjukkan suatu produk pangan bermutu tinggi, namun tidak akan ada artinya jika produk tersebut tidak dapat dikonsumsi karena tidak enak atau sifat organoleptiknya tidak membangkitkan selera atau tidak dapat diterima konsumen. Berdasarkan dari penilaian keseluruhan baik panelis Aceh maupun panelis luar Aceh terhadap produk asam sunti, perlakuan tingkat kematangan buah belimbing wuluh setengah matang dengan suhu pengeringan 50°C selama 8 jam merupakan produk yang masih dapat diterima oleh panelis dengan nilai yang lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan lainnya. Adapun nilai parameter dari perlakuan terbaik yang diperoleh antara lain rendemen 50.74, kadar air 74.85, pH 1.74, total asam 37.80 dan asam oksalat 4.76; nilai kecerahan L 46.06, nilai a 0.05 dan nilai b 26.49; nilai kesukaan panelis Aceh terhadap rasa, warna, aroma, tekstur dan keseluruhan berturut-turut adalah 4.3, 5, 4.8, 4.2, dan 4.6, sedangkan nilai kesukaan panelis luar Aceh terhadap rasa, warna, aroma, tekstur dan keseluruhan berturut-turut adalah 3.6, 4.5, 4.1, 3.7 dan 4. Setelah dilakukan pengamatan terhadap nilai dari hasil analisis lainnya maka perlakuan tingkat kematangan buah belimbing wuluh setengah matang dengan suhu pengeringan 50°C memiliki nilai yang tidak lebih rendah dari perlakuan lainnya. Tabel urutan nilai dari hasil setiap analisis disajikan pada Lampiran 32.

4.2.2. Penelitian Utama Tahap Dua

Penelitian utama tahap kedua dilakukan pada produk asam sunti hasil penelitian pengering cabinet dryer dan asam sunti lokal penjemuran. Asam sunti hasil penelitian yang digunakan untuk pembuatan bubuk merupakan asam sunti dari perlakuan terbaik yang diperoleh pada penelitian tahap pertama yaitu asam sunti dengan menggunakan belimbing wuluh setengah matang pada suhu pengeringan 50°C. Sedangkan asam sunti lokal yang digunakan merupakan asam sunti yang didatangkan dari daerah Aceh dengan proses pengeringan matahari. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa konsentrasi dekstrin yang ditambahkan ke dalam ekstrak asam sunti dan tingkat suhu pengeringan spray dryer yang digunakan terhadap sifat fisik, kimia dan organoleptik produk akhir bubuk asam sunti, serta menentukan mutu terbaik bubuk asam sunti yang dihasilkan berdasarkan preferensi konsumen. Tahap proses pembuatan bubuk asam sunti dilakukan dengan cara mencampur asam sunti dan air. Adapun tujuan dari penambahan air adalah untuk menaikkan volume cairan yang akan dikeringkan. Perbandingan antara asam sunti dan air yang dicampur adalah 1:1.5 500 gr asam sunti: 1.5 liter air, kemudian campuran tersebut asam sunti dan air diblender. Selanjutnya dilakukan pengepresan dan penyaringan dengan menggunakan kain saring. Penyaringan ini digunakan untuk memisahkan sari asam sunti dengan ampas asam sunti, setelah